Bab 14. The Graduation (12) [End]

Hanya Queenta yang bisa melihat apa yang terjadi. Itu dimulai dengan Ressa berdiri dari kursinya dan mendekati para penonton dengan ekspresi mengerikan. Dia tersenyum sangat lebar dan menunjukkan gigi-gigi yang tajam sebelum salah satu matanya meledak, mengeluarkan banyak darah yang langsung mengalir ke lantai setelah menodai kebaya yang dia kenakan.

Belum sempat Tiara atau yang lain teriak ngeri, suara dari sebelah Tiara menarik perhatian semua orang.

Saat Ressa 'menatap' ke arah Thoriq, kepala laki-laki itu meledak seperti balon. Cairan otaknya yang bening dan kental berceceran ke segala penjuru arah, bahkan  tidak ada tengkorak yang tersisa, seakan memang semuanya hancur tak bersisa.

Tiara yang ada di sebelahnya adalah orang yang terkena cairan otak dan percikan darah terbanyak di wajah dan tubuh bagian atasnya. Berbeda dengannya, Pak Marno segera membalikkan badannya sehingga itu hanya mengenai punggungnya.

Wajahnya pucat dan badannya bergetar hebat. Tiara tidak mempercayai apa yang dia lihat. Sekarang hanya sebuah tubuh tanpa kepala terduduk diam di kursi sebelahnya, dia meneriakkan nama teman laki-lakinya dengan histeris, disusul Erna yang segera berdiri untuk melihat situasi.

Yunita tidak bisa bereaksi apa-apa karena dia terlalu takut dan ngeri dengan apa yang terjadi pada Thoriq.

Tiara dengan nafas tersenggal-senggal mencoba menjauh, namun saat berdiri, dia segera tumbang ke lantai. Kakinya terasa sangat lemas dan dia tidak bisa merasakan ada tenaga apapun dalam dirinya. Tiara hanya bisa menangis sambil menundukkan kepalanya, melihat ke lantai yang ternodai darah dan cairan otak Thoriq.

Belum sempat dia menenangkan diri, suara KREK yang terdengar sangat jelas datang dari arah mayat Thoriq. Tiara segera menoleh dan matanya bergetar hebat saat dia melihat pemandangan itu.

Satu persatu, tangan dan kakinya terpelintir sebelum menekuk ke sudut tidak manusiawi. Suara patahan tulang terus terdengar saat itu terjadi secara berurutan. Tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, lalu kaki kiri. Tubuh Thoriq lalu jatuh ke depan seperti sekarung kentang dalam sak saat yang tersisa dari dirinya hanyalah bagian badannya saja.

Queenta menonton dengan ekspresi ngilu, walau dia tidak menyukai Thoriq karena apa yang dilakukan pada Ressa, melihat adegan bagaimana dia mati sedikit menarik simpatinya. Oh well, he deserved it.

Bagaimana kejadian selanjutnya? Ya, Ressa satu persatu menghabisi semua orang kecuali Tiara yang hanya bisa menekuk kakinya dan menunduk ke lantai sambil menutup telinganya rapat-rapat saat mendengar jeritan teman-temannya yang dibantai oleh Ressa, dia terlihat sangat ketakutan.

Queenta hanya menghela nafas panjang dan melihat ke arah lain sambil memastikan Joshua tidak mendengar suara jeritan Erna, Pak Marno atau Yunita.

Akhirnya setelah setengah jam menikmati apa yang dia lakukan, Ressa berhenti dan penampilannya kembali ke gadis cantik murah senyum. Dia meraih Tiara yang ada di lantai dan membantunya berdiri.

"Oh, Tiara."

Saat namanya disebut, Tiara menggigit bagian bawah bibirnya sampai terluka. Dia takut, sangat takut.

Apakah dia takut karena rasa bersalah mendalam kepada temannya yang sudah meninggal dunia? Ataukah dia takut berakhir seperti yang lainnya? Bau anyir darah segar dan sesuatu yang lengket di bagian tubuh atasnya membuat kepalanya pusing dan badannya sangat lemas.

Dia ingin pingsan saja jika dia bisa.

Ressa meraih dagu Tiara dan mengangkatnya, membuat perempuan yang ketakutan itu harus bertatapan dengan pupil hitam Ressa yang tampak mati saat tidak ada cahaya apapun yang terpancar dari sana. Ressa tersenyum manis ke Tiara, satu-satunya teman dekat yang tidak memiliki niat jahat padanya.

"Terima kasih untuk segalanya."

Queenta tidak minat melihat ini setelah melihat pembantaian, jadi dia tetap melihat ke arah lain walau dia masih bisa dengan suara Ressa di aula yang hening ini.

Sistem kembali berbicara di kepalanya.

``Selesai. Skenario kali ini selesai.``

Dengan helaan nafas panjang dari Sistem Nomor 204, tombol 'End' ditekan dan dia segera menulis laporan kinerja Queenta dan Joshua secara singkat dalam menjalankan skenario <The Graduation>.

Queenta tidak sempat menoleh ke belakang untuk mengintip Ressa dan Tiara karena dia sudah dipindahkan kembali ke dunia nyata.

"....."

Upacara belum juga selesai??

Queenta kira saat dia kembali, dia sudah ada di kelas, namun yang dia lihat adalah dirinya masih berada di barisan kelas di upacara hari senin ini. Di sebelahnya Joshua juga berpikir hal yang sama dan bernapas lega. Saat ini posisinya masih istirahat di tempat, namun dia tidak bisa menahan diri untuk menepuk pipinya dengan keras.

"Itu tadi nyata? Astaga..." Nada tidak percaya itu membuat Queenta menyeringai. Namun dia tidak mengatakan apapun dan hanya menutup matanya, merasa lega itu sudah selesai.

Rasanya sangat.. aneh.

Joshua melirik ke sebelah dan menemukan Queenta sedang dengan ekspresi damai menutup matanya, mendekat sedikit lalu menundukkan kepalanya. Para guru yang berbaris di belakang menggelengkan kepala mereka saat mereka hanya bisa berdoa untuk keselamatan Joshua.

Bagaimana bisa anak itu tidak pernah jera?

Bahkan Bu Citra, wali kelas mereka berdua juga tidak bisa tidak menghela nafas panjang, merasa lelah. Kedua orang itu pasti akan bertengkar lagi, pasti. Bu Citra membatin mengapa Kepala Sekolah sempat-sempatnya berpidato soal ketertiban sekolah di saat dia menutup mata seolah buta melihat Queenta dan Joshua yang senang membuat ulah.

Huhu, kenapa Pak Marno tidak berangkat-berangkat sih? Setidaknya duo anak bermasalah itu akan sedikit jinak jika ada dia, batin Bu Citra dan beberapa guru lainnya. Sisanya hanya diam, tidak peduli, tapi diam-diam mereka bersyukur karena tidak menjadi guru pengajar kelas XII OTKP 2.

Queenta tidak menoleh saat Joshua mendekat, dia hanya memasang ekspresi 'kapan selesai ini anj' sambil melihat ke depan.

"Terima kasih."

"...?"

Seakan mendengar sesuatu yang dia kira sedikit impossible, Queenta menoleh dengan slow motion, matanya terbelalak. Melihat ekspresi lucu itu Joshua nyengir dan kembali ke posisinya.

"Terima kasih untuk segalanya."

"????"

Bahkan teman-teman sekelas mereka yang berbaris di depan shock berat dan dengan kompak menoleh ke belakang, hanya untuk melihat ekspresi santai serta lembut di wajah Joshua saat melihat Queenta. Mereka tidak bisa tidak membatin: Kok?????

"...."

Queenta memasang ekspresi aneh sebelum menggelengkan kepala. "Ew."

"... aku dah makasih secara tulus lho."

"Dih, siapa yang butuh? Ga usah gitu, jijik."

Senyum Joshua menegang saat dia merasa tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Queenta. Dia menyikut dengan sedikit keras sambil tersenyum cerah. "Sialan."

Queenta tersenyum dingin dan mencubit pergelangan tangan Joshua. "Ngomong apa kamu? Ulangi ga."

"Ga mau, ngatur." Saat Joshua memperlihatkan ekspresi yang menurut Queenta menjengkelkan, Queenta memukul bahu Joshua dengan sedikit kencang. Semua orang bisa mendengar tabrakan tulang dengan tulang dan meringis ngilu.

Orang yang dipukul sediri cuma bisa meringis kesakitan namun ekspresinya masih lebih lembut daripada biasanya. Sayang sekali tidak ada yang benar-benar memperhatikan, jadi mereka tidak bisa melihat bagaimana pandangan Joshua lebih lembut kepada Queenta. Bahkan setelah dilukai pun orang itu tetap tersenyum tipis.

Tanpa sadar semua orang mengeluarkan helaan nafas saat melihat bahwa keduanya masih tidak akur seperti biasanya. Melihat atau bahkan membayangkan dua orang itu bersahabat atau sekedar dekat saja membuat semua orang merinding. Apakah matahari akan terbit dari barat?

Queenta tidak peduli apakah Joshua kesakitan atau tidak, pandangannya kembali ke depan.

Sistem yang selesai menulis laporan ke pusat, mendapatkan respon cepat. Yakin jika hasilnya akan baik karena mereka menyelesaikannya dengan sukses, Sistem mengirim salinan ke Queenta dan Joshua.

Ding!

[<The Graduation>(Finished)

Level kesulitan : Easy → Medium

Deskripsi : Kakak kelas kalian tiga tahun yang lalu meninggal tepat semalam sebelum dia bisa diwisuda. Sebagai adik kelas yang baik, bukankah kalian akan membantu dia merasakan bagaimana rasanya wisuda?

Objektif :

1. Satukan semua bagian tubuhnya (Progress 100%)

2. Wisudakan dia (Progress 100%)

Misi tersembunyi :

Buat kakak kelas kalian puas (Progress 100%)

Kegagalan : Tidak bisa kembali ke dunia nyata

Hasil Evaluasi:

Dinyatakan BERHASIL dengan predikat ((A+))]

Melihat nilai mereka, Queenta dan Joshua merasa puas. Namun kepuasan mereka tidak bertahan lama saat tiba-tiba Sistem berteriak ke mereka.

``Astaga! A+ di skenario pertama kalian! Astaga apa aku bermimpi? Hasilnya lebih baik dari perkiraanku!``

Sistem Nomor 204 terdengar sangat bahagia atas pencapaian Queenta dan Joshua di misi pertama mereka. Dengan hubungan seperti itu, dengan pemula seperti Sistem Nomor 204, mendapatkan nilai B sudah termasuk bagus. Siapa yang menyangka kinerja mereka mendapatkan peringkat penyelesaian A+! Ada + nya!!

Queenta hanya menggelengkan kepala mendengar betapa energiknya Sistem Nomor 204, sementara Joshua hanya bisa tersenyum sambil memijat bahunya yang masih nyeri.

"Yah, baguslah hasilnya memuaskan."

``Iya! Aku sangat senang--Tunggu.``

Saat tiba-tiba Sistem berhenti di tengah-tengah, Queenta punya feeling sesuatu akan datang. Sementara Joshua merasa tidak nyaman, kelopaknya mata kirinya berkedut, ada sesuatu yang akan datang. Jika saja orang tahu kemampuan mereka, keduanya pasti akan dilihat sebagai alarm pendeteksi bahaya.

Dengan rasa tidak nyaman, Queenta dan Joshua menatap satu sama lain. Akhirnya saat tiba sesi doa bersama, Sistem sudah kembali.

``Astaga..``

Sistem kemudian menjelaskan bahwa dia dihubungi oleh kantor pusat.

``Ada keanehan dari laporan kinerja kalian. Tampaknya aku kurang berhati-hati, jadi mereka mengirimkan skenario lainnya segera setelah mereka tahu bahwa kalian memiliki peringkat penyelesaian A+ di misi pertama.``

Sistem menghela nafasnya, tampaknya dia menganggap gampang hasil A+ itu dan dengan begitu saja mengirim hasil aslinya ke kantor pusat.

"Apa tidak ada yang pernah?"

``Bukannya tidak pernah, hanya saja jarang sekali. Selama beberapa dekade ini di Divisi Persahabatan yang mendapatkan nilai A di misi pertama bisa dihitung.``

"Dan kami mendapatkan A+"

Queenta memijat keningnya. Siapa yang mengira penyelesaian sempurna akan sangat dicurigai. Joshua memiliki sentimen yang sama, namun dia tetap berpikir positif. "Apa yang mereka kirimkan?"

``Skenario baru berjudul <Cursed Mansion>.``

Horor lagi.

Queenta reflek menoleh ke laki-laki yang berdiri di sebelahnya.

Joshua diam saja, namun dia nampak sedang memikirkan sesuatu sebelum menganggukkan kepalanya. Sistem yang melihat reaksi itu tidak bisa tidak bertanya.

``Kamu tidak apa-apa?``

Jelas sekali dua orang itu, Queenta dan Sistem Nomor 204, merupakan saksi betapa takutnya Joshua dengan hal-hal berbau horor atau darah. Joshua hanya tersenyum saat dia merasakan Sistem khawatir padanya, bahkan walau perempuan di sebelahnya tidak bertanya, dari tatapannya Joshua sudah tahu bahwa Queenta sedikit khawatir.

Itu membuatnya senang.

"Aku tidak apa-apa."

Sistem hanya bisa menerima jawaban Joshua dan membaca konten nya.

``Astaga, kita akan menyamar dan masuk ke dunia lain.``

"????"

``Aku tidak boleh banyak bicara, tapi aku harus mengatakan ini sebelum aku mengaktifkan skenario ini.``

Queenta dan Joshua : Hah, Sekarang??

Mereka baru saja balik!

Walau badan mereka tidak merasa pegal atau sakit, mental mereka terkuras untuk menyelesaikan misi itu. Apalagi mengingat mereka baru saja membiarkan beberapa orang mati.

Joshua menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan karena itu bukan haknya membela yang lain disaat Ressa dilukai seperti itu.

Berbeda jauh dengan Joshua, Queenta tidak peduli mereka mati atau hidup. Dia dan Joshua bisa keluar dari sana dia sudah puas, tapi harus diakui, melihat sekilas bagaimana Thoriq mati membawa kepuasaan dalam dirinya.

Sekarang mereka harus menjalankan skenario lainnya.

``Di dunia lain, orang-orang terjebak menjadi seorang player untuk Sistem. Aku tidak tahu seperti apa Sistem disana, jadi kumohon jangan lakukan hal yang aneh-aneh. Kalian harus membaur dengan para player lainnya karena kalian akan terlibat skenario multiplayer. Mungkin kalian diberi backstory, aku tidak tahu pasti.``

``Berhati-hatilah dan lindungi satu sama lain.``

[<Cursed Mansion>

Level kesulitan : Medium

Deskripsi : -

Objektif :

1. Bertahan hidup dengan menjaga satu sama lain

2. Jangan sampai ada yang tahu jika kalian bukan bagian dari Sistem itu

3. Selesaikan skenario dengan sempurna

Kegagalan : Tidak bisa kembali ke dunia nyata]

Queenta dan Joshua merasa secara perlahan kesadaran mereka ditarik, tidak seperti sebelumnya dimana mereka langsung dipindahkan. Tampaknya Sistem masih memiliki hal yang ingin disampaikan

``Agar tidak ketahuan aku tidak bisa berinteraksi dengan kalian dan hanya bisa melihat.``

``... Tolong berhati-hatilah.``

Bersamaan dengan suara Sistem yang menghilang, mereka berdua pun memasuki dunia lain.