Serpihan Kekuatan

Hantaman itu bukan hanya sebuah serangan—itu adalah deklarasi kekuatan. Ketika pedang kayu Tyrell menghantam hologram, udara sendiri seperti terbelah, dan ledakan suara yang menyertainya meledak bagaikan dentuman petir di ruang tertutup. Gelombang kejutnya menyebar brutal, membuat Calvin dan Arthur spontan menutup telinga mereka sambil memalingkan wajah, seolah suara itu menembus hingga ke sumsum tulang mereka.

Lalu… keheningan aneh menyelimuti.

Namun bukan keheningan damai—melainkan kekosongan yang mencekam.

Dalam sekejap, ruangan pendaftaran… berubah. Tidak, bukan hancur—terbelah. Dinding, lantai, bahkan bagian langit-langit di sisi setengah ke atas ruangan, semuanya seolah terpotong bersih dengan satu irisan sempurna, seperti kertas yang dipotong oleh bilah surgawi. Tidak ada puing. Tidak ada reruntuhan. Tidak ada bekas kehancuran. Semuanya menghilang begitu saja—lenyap dari eksistensi, seperti dipindahkan ke tempat lain yang tak terjangkau oleh logika biasa.

Namun yang paling mencengangkan—tidak ada satu pun dari mereka bertiga yang terluka. Tak ada goresan, tak ada debu, hanya ketakjuban yang membekukan waktu sejenak.

Dan di tengah semua itu… hologram yang menjadi target Tyrell tetap berdiri tegak. Tak berubah. Tak tergores sedikit pun.

"Apa-apaan itu, apa yang baru saja kau lakukan? Kenapa sepertiga bangunan menghilang dari pandangan mataku? Juga sepertinya kau tidak menyentuh hologramnya karena itu menunjukkan Score 0," teriak Calvin dengan mata yang sangat terkejut, nadanya antara marah, bingung, dan panik.

Tyrell berdiri diam, napasnya teratur, tapi matanya sedikit terkejut saat melihat angka nol yang terpampang di layar penilaian. "(Waduh… sepertinya aku lupa membatasi kemampuanku)" gumamnya dalam hati, sedikit gugup.

Bilah kayu di tangannya tampak seperti sebelumnya—sederhana, tak berbahaya. Tapi sisa hawa dari serangan tadi masih menggantung di udara, seperti bekas cakaran makhluk yang tak berasal dari dunia ini.

"(Juga kalau aku tidak salah lihat... itu merupakan 4-Dimensional Slash, seperti yang pernah aku lihat dari North of Sword King saat masih kecil... Ini sungguh gila. Siapa anak ini sebenarnya...)" Calvin berpikir keras dalam diam, matanya menatap Tyrell dengan campuran ketakjuban dan kewaspadaan. Tangannya masih sedikit bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena kesadaran bahwa sesuatu yang tidak seharusnya mungkin telah terjadi tepat di depan matanya.

Namun, ia menelan keraguan itu dan berkata dengan nada yang kembali tenang, meski sedikit tertekan, "Dan kau masih punya dua. Silakan coba lagi, dan kali ini... serang dengan benar."

Tyrell menanggapi dengan senyum canggung, merasa sedikit bersalah namun tetap santai.

"Baiklah, hehe."

Ia menarik napas dalam, kemudian melangkah kembali ke posisi. Hologram di depannya masih berdiri tak tergoyahkan.

Tubuh Tyrell mulai menunduk sedikit, memasuki posisi siap menyerang. Bahunya rileks namun fokus, matanya menatap lurus ke sasaran. Di dalam pikirannya, berbagai perhitungan dan peringatan melintas cepat.

"(Berarti aku jangan menggerakkan Medan Gelombang ini... lebih baik aku membuat api plasma saja)," pikirnya tenang.

Dan seketika itu juga, cahaya mulai muncul dari pedangnya.

Api biru menyelimuti bilah kayu itu—bukan sembarang api, tapi plasma, bentuk energi superpanas yang bergetar hingga ke dasar ruang. Cahaya biru itu tidak menyala terang seperti api biasa, melainkan berpendar tenang dan mengancam, seperti sesuatu yang seharusnya tidak berada di dunia ini.

Panasnya seharusnya mampu melumerkan baja dalam sekejap. Ratusan… tidak, ribuan kali lebih panas dari api biasa. Dinding di sekitar mereka mulai bergetar pelan, molekul udara tampak bergerak gelisah, seolah dunia sendiri sedang menahan napas.

Namun anehnya, Calvin dan Arthur tidak merasa apa-apa.

Tidak ada panas. Tidak ada tekanan. Hanya ketegangan di dada mereka yang disebabkan oleh kekaguman dan ketidaktahuan.

Tyrell telah mengantisipasinya. Sebuah lapisan tak kasatmata membungkus tubuh mereka—Pelindung Gelombang Panas. Sebuah manipulasi udara tingkat tinggi yang mengisolasi efek lingkungan dari energi ekstrem yang ia ciptakan, membuat seolah Tyrell tak hanya mengendalikan elemen, tapi juga arah atau aliran gelombang dari orang-orang di sekitarnya.

"Satu... dua... tiga..." Calvin mulai menghitung dengan suara tegas, mencoba menjaga prosedur tetap normal meski pikirannya masih belum pulih sepenuhnya dari keanehan sebelumnya.

Dan pada hitungan ketiga, Tyrell bergerak.

Pedang kayunya yang kini menyala dalam nyala plasma biru melesat menebas hologram, tapi tidak ada gelombang kejut, tidak ada dentuman, tidak ada ledakan. Tidak ada kehancuran masif seperti sebelumnya.

Sebaliknya, justru keheningan yang menggelegar.

Suara itu—atau lebih tepatnya, ketiadaan suara—seakan menyedot seluruh atmosfer di ruangan. Bahkan deru nafas Calvin dan Arthur pun tertahan, seperti alam sendiri bingung harus bagaimana merespons pukulan tadi.

Dan kemudian...

Layar hologram menyala perlahan, dan skor muncul. Tapi bukan angka yang mereka harapkan.

Score: -1

Calvin memandangnya, terpaku.

"Hah??? Apa lagi yang kau lakukan?" ucapnya dengan ekspresi bingung bercampur frustrasi. Tangannya terangkat, seolah ingin menunjuk sesuatu, tapi tak tahu harus menunjuk ke mana.

"Kenapa lagi-lagi hologramnya mengeluarkan skor yang sangat aneh... Ini pertama kali terjadi dalam sejarah Kerajaan Elf seperti ini!" katanya sambil memijat pelipis, otaknya berusaha mencerna situasi yang makin tidak masuk akal.

Ia menarik napas panjang dan akhirnya menghela, pasrah. "Jadi gimana ya... yasudah, aku akan lihat yang ketiga kalinya. Jika skornya aneh lagi, mungkin kau tidak akan bisa mengambil misi... kecuali melakukan Party dengan temanmu itu."

Sekali lagi, Calvin memulai hitungannya dengan nada datar, mencoba mempertahankan formalitas.

"Satu...dua... tiga..."

Tyrell maju perlahan. Tak ada cahaya plasma, tak ada aura mengancam. Pedang kayunya tampak biasa saja, bahkan nyaris rapuh setelah dua kali menyentuh batas realitas.

Namun kali ini berbeda. Tyrell tidak menyuntikkan fenomena sihir apapun ke dalam senjatanya. Tidak ada manipulasi udara. Tidak ada api. Tidak ada pelindung.

Hanya satu hal: gerakannya.

Dengan refleks yang bahkan tidak ia sadari sepenuhnya, tubuhnya bergerak cepat—terlalu cepat. Tangannya mengayunkan pedang itu dalam satu tebasan bersih, dengan bantuan Vector Manipulation yang dilakukan secara spontan dan intuitif, seperti kebiasaan yang terukir di bawah sadar. Seolah tubuhnya mengingat sesuatu yang pikirannya belum pahami.

Swuushhhh—

Udara seakan terbelah oleh ayunan itu. Dan kemudian, tanah bergetar.

Gempa. Tapi tidak menyebar keluar. Guncangan itu terfokus hanya di area mansion. Pijakan berderak halus, tiang-tiang bergemetar, debu di atas ambang jendela jatuh dalam garis lurus. Namun anehnya, tidak ada kerusakan besar. Hanya getaran yang tajam...

Pedang kayu di tangan Tyrell retak—lalu patah, pecah menjadi dua dan jatuh ke lantai dengan suara ringan, tak sebanding dengan kekuatan yang baru saja dilepaskannya.

Layar hologram menyala lagi. Dan kali ini...

Score: 25000

Calvin mendengus kecil, mencairkan suasana yang menegang sejak awal. "Nah... akhirnya kau mendapatkan Score normal," Bersamaan dengan teriak Arthur "Huhh??"

Berbeda dengan Arthur yang sangat terkejut, Nada suara Calvin lega, meskipun matanya masih menyiratkan perasaan tidak percaya. Skor 25000 jelas jauh di atas rata-rata, bahkan untuk pendekar elit. Tapi setidaknya, kali ini tidak ada kehancuran dimensi, tidak ada angka minus, dan tidak ada ledakan sunyi.

Sementara itu, Tyrell berdiri membisu, menatap kedua potongan pedangnya. Wajahnya datar, tapi dalam hatinya...

"(Akhirnya aku berhasil membatasi kekuatanku... Tapi yang tadi itu apa? Itu seperti aku bisa menambah kecepatan suatu objek)," pikirnya, perlahan mulai menyadari bahwa kekuatannya jauh lebih dalam dan berlapis dari yang selama ini ia sadari.

Apa yang baru saja ia lakukan bukanlah kekuatan api, udara, atau elemen lain yang telah ia latih. Itu... manipulasi vektor—sesuatu yang menyentuh langsung arah gerakan, percepatan, bahkan realitas fisik suatu objek.

Dan itu terasa alami. Seperti bukan hal baru.

Calvin berdiri dengan tangan menyilang, menatap kembali layar yang kini telah merekam seluruh proses dan mencatat hasil akhir.

"Baiklah, akan aku hitung Score rata-rata mu..." katanya sambil mengetik cepat pada perangkat di tangannya, ekspresinya berusaha tetap tenang meskipun napasnya sedikit tertahan.

"Yaitu 8333 Score." Nada suaranya sedikit terangkat, memberikan bobot pada angka itu.

"Yang berarti setara Class B. Sekarang kita lakukan tes kedua."

Namun Tyrell mengangkat tangan perlahan, ekspresinya tak berubah, tapi nada suaranya jujur dan sedikit waspada.

"Ee... sebentar dulu, Pak. Sepertinya kita melakukan tesnya di luar mansion saja."

Kalimat itu membuat Calvin terdiam sejenak. Kemudian tawa kecil lolos dari bibirnya.

"Kenapa? Memang seberapa besar sih sihirmu itu? Hahaha," Nada tawanya ringan, tapi tidak menutupi rasa penasaran yang semakin menumpuk sejak insiden pertama.

Tyrell mengangkat bahu pelan, senyumnya lemah namun penuh makna.

"Itu... aku juga tidak tahu seberapa batasnya."

Kalimat itu mengalun seperti peringatan, walau diucapkan dengan nada datar. Sebuah kejujuran polos yang justru terdengar mengkhawatirkan. Seolah kekuatannya adalah hutan lebat tak berujung yang belum dijelajahi, bahkan olehnya sendiri.

Calvin terdiam sejenak. Matanya menatap Tyrell dengan sorot penuh pertimbangan, dan detik berikutnya...

"(Karena anak ini terus mengejutkanku... tidak ada salahnya mengikuti keinginannya sekarang)," batinnya, mencoba mengimbangi setiap kejutan yang baru saja dia lihat.

Lalu wajahnya berubah serius.

"Baiklah. Kita lakukan di luar."

Mereka bertiga meninggalkan bangunan dengan langkah ringan namun diselimuti perasaan waspada yang diam-diam tumbuh. Jalan setapak dari batu putih mengantar mereka ke sisi kanan mansion, menuju lahan terbuka yang cukup luas, sekitar tiga puluh meter jauhnya dari bangunan utama. Angin sore berembus perlahan, membawa aroma pepohonan dan rumput yang menghangat di bawah sinar matahari.

Tyrell berjalan paling depan dengan langkah tenang, sedangkan Calvin dan Arthur mengikutinya di belakang, saling bertukar pandang. Sorot mata Calvin menyapu area sekitar, memastikan tidak ada struktur penting yang bisa rusak jika ujian ini kembali memunculkan kekuatan yang tidak terduga.

Setelah mencapai titik yang dirasa cukup aman dari mansion, Calvin berhenti dan menatap tanah lapang yang terbentang di hadapan mereka.

"Baiklah, kita lakukan di sini," ucapnya tegas, menyiratkan bahwa tempat ini sudah cukup jauh dan cukup terbuka untuk menampung apa pun yang akan terjadi.

Tyrell mengangguk ringan, "Baik, Pak. Tapi Pak, sebaiknya kalian berdua menjauh dulu agar tidak kepanasan."

Ucapannya terdengar santai, tetapi di balik kata-kata itu tersembunyi peringatan akan sesuatu yang jauh dari biasa. Tak perlu dijelaskan lebih lanjut, Arthur dan Calvin saling pandang, kemudian perlahan-lahan mulai berjalan mundur menjauh. Langkah mereka hati-hati, mata mereka tetap tertuju pada Tyrell.

Tyrell menatap telapak tangan kanannya sejenak, seolah sedang menyelami sesuatu yang tak terlihat oleh mata biasa. Kemudian, tanpa aba-aba, nyala api muncul—bukan sekadar nyala biasa, melainkan kobaran besar dengan luas hampir dua puluh meter persegi, menyala liar di telapak tangannya, namun tanpa menyentuh tanah atau membakar dirinya. Api itu seperti bergerak tanpa suara, bergulung dan menyebar, menciptakan pusaran panas yang menggetarkan udara di sekelilingnya. Seolah sebuah Singularitas baru sedang dibentuk.

Dengan gerakan tenang namun penuh presisi, Tyrell membentuk kobaran itu menjadi bulat sempurna, seperti matahari mini yang menyala dalam genggaman. Tak lama kemudian, bentuk itu berubah menjadi kotak—sudut-sudut tajam dari unsur yang biasanya tak pernah bisa dikendalikan dengan bentuk geometri yang presisi. Seolah hukum fisika tak lagi berlaku di tangannya.

Kemudian datang tahap terakhir. Ia menekan, menekan, dan terus menekan bentuk kotak itu, memampatkannya ke ukuran sekecil telapak tangannya. Cahaya dari api yang terkompres itu menjadi jauh lebih terang, lebih pekat, dan lebih panas. Meski ukurannya kecil, sensasi panasnya menyebar seperti gelombang ke segala arah.

Saat Tyrell mulai memutar kotak api itu perlahan, hawa panas yang ditimbulkan tak lagi tertahan oleh udara biasa. Tanah di sekitar tempat dia berdiri mulai tampak bergelombang oleh udara panas yang naik. Di kejauhan, Arthur terhuyung sedikit, dan wajahnya menunjukkan ekspresi panik.

"Astaga aku merasakan panasnya, pantas saja kita harus menjauhinya," ucap Arthur, keringat mulai membasahi pelipisnya meski ia berdiri jauh dari pusat api.

Calvin segera merespons dengan pengalaman seorang petarung kawakan. Ia mengaktifkan sihir pelindungnya, Air Domain, yang menyelimuti dirinya dan Arthur. Angin dingin langsung mengalir mengitari mereka, menahan gelombang panas yang hampir membakar kulit mereka. Meski begitu, sorot mata Calvin tak lepas dari pusat kekacauan itu.

Dengan tangan diletakkan di sekitar mulut, ia berteriak keras dari kejauhan.

"HEI TYRELL APA KAU SUDAH SELESAI??? JIKA KAU SUDAH SELESAI KITA BICARAKAN DI DALAM, LEMPAR SAJA KE ATAS SAMPAI KELUAR PLANET INI!"

Tanpa berkata lebih banyak, Tyrell hanya menjawab pendek: "Baiklah."

Ia mengangkat tangannya sedikit dan dengan kekuatan Vector Manipulation, ia mendorong api kecil itu ke atas. Gerakannya begitu pelan dan tenang, namun justru itulah yang membuatnya mengerikan. Api kecil itu meluncur naik dengan kecepatan konstan, menembus atmosfer dengan keheningan yang mencekam, menembus awan, langit, hingga tak terlihat lagi—keluar dari dunia ini, meninggalkan jejak tekanan panas dan distorsi gravitasi yang sesaat terasa di permukaan bumi.

Namun, meskipun lemparan itu tampak selesai tanpa kerusakan...

Apa yang Tyrell lakukan tidak berhenti di sana. Dalam sunyi yang menyelimuti setelah api itu pergi, tekanan udara berubah. Awan mulai bergolak. Dan jauh di atas sana—di luar atmosfer—sebuah gema energi terbentuk... sesuatu yang bisa memicu perhatian lebih dari sekadar kerajaan ini.

Setelah bola api itu menghilang dari pandangan, mereka pikir benda itu meledak diam-diam ke luar batas planet, suasana perlahan kembali tenang. Angin yang tadinya berdesir hangat kembali menjadi dingin, dan langit yang sempat terganggu kembali membiru seperti biasa.

Calvin dan Arthur berjalan perlahan mendekati Tyrell, yang berdiri tenang di tengah tanah yang masih sedikit hangus. Tatapan mereka bukan lagi sekadar kagum—ada ketakutan kecil yang tersembunyi dalam kekaguman itu.

"Hmmm... ini sangat sulit untuk menentukan Class-mu," gumam Calvin sambil menggaruk kepalanya karena kebingungan, matanya masih menatap tempat bola api tadi dilempar.

"Karena kau lebih kuat daripada diriku sendiri... dan aku tidak tahu Class apa yang cocok denganmu. Bahkan... kau seharusnya lebih tinggi dari Class B."

Arthur, yang sejak tadi hanya diam, akhirnya angkat bicara, suaranya tenang tapi penuh perhitungan:

"Bagaimana kalau setarakan saja denganku? Karena jika terlalu tinggi nanti kami juga yang mendapat masalah baru."

Calvin tampak ragu. Ia menghela napas panjang, lalu melirik Tyrell yang hanya menatap mereka berdua dengan senyum tipis.

"Hmmm... Jadi Tyrell, apa kau tidak apa-apa dengan itu?"

Tyrell hanya mengangkat bahu sambil menatap langit yang tadi dia tembuskan bola apinya.

"Atur saja terserah kalian. Aku dan Arthur hanya ingin mengambil misi tanpa mendapat masalah."

"Hadeuh..." Calvin menghela napas sambil menggeleng pelan.

"Ya sudah lah, aku akan atur juga Class-mu jadi Class B. Jadi setelah ini, kalian mau ambil misi tingkat berapa?"

Arthur menjawab dengan tenang, tapi sedikit ragu: "Tadinya... kami ingin mengambil misi Tingkat D."

Calvin langsung menatap mereka dengan ekspresi tak percaya.

"Hah? Misi Tingkat D? Kenapa kalian malah ambil misi dengan hadiah sekecil itu?"

"Biasanya yang ngambil misi kayak gitu itu orang Class D sampai C. Padahal kamu sendiri mungkin bisa ngalahin Hobgoblin Class C dengan mudah!"

Arthur mengangkat alis, sedikit penasaran.

"Memang... Hobgoblin selemah itu?"

Calvin langsung mengangkat satu jari dan menjelaskan dengan nada seperti guru yang sedang mengajar murid:

"Biasanya, dalam satu kelompok Goblin cuma ada dua sampai tiga Hobgoblin. Dan nggak, mereka nggak selemah itu. Bahkan satu Hobgoblin bisa setara dengan dua sampai tiga orang Class C."

Ia lalu menatap mereka serius, suaranya jadi lebih dalam:

"Tapi di atas mereka semua... ada Emperor Goblin. Makhluk yang kekuatannya setara dengan empat orang Class A. Kalau kalian bertemu yang satu itu tanpa persiapan, misi D bisa langsung berubah jadi misi S."

Arthur sedikit ragu, tapi tetap angkat suara, "Baiklah, Pak... terima kasih atas informasinya. Tapi, saya ingin bertanya satu hal lagi. Apa Anda pernah melihat atau mendengar tentang Naga... dari arah barat sana?"

Calvin langsung terdiam sesaat, menatap ke langit seolah mencoba mengingat sesuatu dari masa lalu.

"Naga, ya... Yang aku tahu, cuma ada satu yang tersisa dalam sejarah kita. Ancient Ice Dragon. Dulu, lima dari enam Knight Genesis bertarung melawannya. Butuh waktu satu minggu penuh... hanya untuk menyegelnya."

Ia menatap Arthur dan Tyrell dengan serius.

"Satu-satunya alasan kenapa mereka tidak langsung kalah adalah karena mereka bertarung bersama. Tapi tetap saja, mereka hampir mati semua. Knight keenam tidak hadir waktu itu... katanya sedang berada di planet lain."

Arthur terlihat kagum sekaligus penasaran.

"Whoa... itu sejarah yang luar biasa. Tapi seberapa kuat sebenarnya Enam Knight Genesis itu?"

Calvin tertawa kecil, sedikit bingung.

"Memangnya kau belum pernah dengar cerita tentang mereka? Padahal kisah mereka sudah jadi pelajaran umum di seluruh kerajaan."

Ia lalu melipat tangan dan mengangguk pelan, "Tapi... nanti saja aku ceritakan. Kita harus kembali dulu ke Mansion untuk membuat lisensi kalian."

"Baiklah!" Arthur dan Tyrell menjawab serempak.

Dan begitu saja, mereka bertiga pun kembali ke arah Mansion. Di balik keheningan langkah kaki mereka.

  1. Pengendalian angin yang dilakukan oleh Tyrell di bumi tak lain tak bukan dia mengendalikan momentum dan arah dari suatu hal. Dan dalam benaknya yang dia pikir bisa kendalikan yaitu atom dan hal yang sangat kecil berupa partikel sub atomik, membuatnya secara tidak sadar menyatu dengan fenomena itu dan mengendalikannya secara alami. Namun, seiring berjalannya waktu kemampuan ini tidak hanya sebatas momentum kecepatan dari arah dari suatu hal.
  2. Sihir tingkat tinggi [L] yang digunakan untuk menghalangi dan membelokkan projektil, bisa juga menghalangi suhu dan sejenisnya