Setelah mereka kembali ke dalam mansion tempat pendaftaran, suasana menjadi lebih tenang. Beberapa menit kemudian, Calvin muncul dari balik meja dengan dua buah kartu kecil di tangannya.
"Nah... ini dia," kata Calvin sambil menyerahkan satu kartu ke masing-masing.
"Arthur, ini milikmu. Dan Tyrell, ini milikmu. Sekarang, kalian harus mengikat kartu ini dengan jiwamu—
Calvin menjentikkan jarinya dan lingkaran sihir muncul di bawah kaki mereka, menyala pelan dengan simbol-simbol kuno berwarna biru pucat.
Calvin menunjuk kartu milik Arthur lebih dulu, "Baik, Arthur. Teteskan darahmu di kartu ini. Kalau sudah, kamu bisa menyimpan kartumu langsung ke dalam
Arthur mengangguk. Ia memanggil Water Flowing Arrow, lalu menggunakannya untuk menusuk jari telunjuknya secara halus. Setetes darah jatuh ke kartu, dan seketika itu juga, kartu lisensinya memancarkan cahaya hangat keemasan.
Arthur mengangkat kartu itu, lalu menutup matanya sebentar. Dalam sekejap, kartu itu lenyap, tersimpan ke dalam dimensi pribadinya.
"Bagus, sekarang giliranmu Tyrell," ujar Calvin sambil menyerahkan kartu yang satu lagi.
Tyrell tanpa banyak bicara menggigit jarinya hingga darah menetes. Tapi saat tetesan darah menyentuh kartu...
...tidak terjadi apa-apa.
Tak ada cahaya. Tak ada reaksi.
Calvin mengerutkan dahi, jelas terlihat bingung."Hmmm... aneh. Kenapa kartu milikmu tidak bereaksi sama sekali?"
Tyrell menatap kartunya sejenak lalu mengangkat bahu."Aku juga tidak tahu."
Calvin menghela napas pelan sambil menatap Tyrell. "Sepertinya... kau memang bukan orang biasa. Sejak tadi, semua yang kau lakukan terasa benar-benar di luar nalar."
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada pasrah. "Yasudah, mungkin tidak apa-apa kalau kau tidak bisa melakukan Soulbound. Yang penting, kalau kalian ingin mengambil misi di tempat lain, cukup tunjukkan kartu kalian sebagai bukti."
"Oke pak, terima kasih," ucap Arthur sopan.
Arthur dan Tyrell pun meninggalkan ruangan dan berjalan menuju papan misi di sisi ruangan lain. Langkah mereka tenang, tapi wajah Arthur mulai terlihat lesu begitu sampai di depan papan.
"Nah... kan sudah kuduga," Arthur menghela napas panjang.
"Misi tingkat D yang mau kita ambil tadi... udah diambil orang. Hadeuuhh..."
Tyrell hanya menatap sebentar papan itu, lalu menunjuk ke salah satu kertas yang tertempel di bagian atas.
"Yasudah, ambil aja yang ini. Misi tingkat B ini terlihat menarik."
Arthur melirik ke arah misi itu, lalu tersenyum tipis. "Hah, kalau denganmu sih... misi tingkat A juga kayaknya bisa kita sikat."
Misi tingkat B yang mereka ambil cukup menantang:Mengumpulkan lima Heart of Hobgoblin.
Terdengar sederhana, tapi kenyataannya tidak semudah itu.Hanya sekitar satu dari tiga Hobgoblin yang meninggalkan jantung mereka dalam kondisi utuh. Sisanya hancur bersama tubuh mereka saat pertempuran berakhir.
Setelah resmi menerima misi, Tyrell dan Arthur segera bergerak cepat. Mereka mulai bertanya pada beberapa orang di sekitar mansion tentang lokasi terakhir para Hobgoblin terlihat. Informasi pun terkumpul dalam waktu singkat. Begitu mereka memastikan lokasi target, mereka tidak buang-buang waktu.
.
Di Benua Helbert, dalam ruang tahta Kerajaan Eldrich...
Cahaya sore menembus kaca kastil yang tinggi, menciptakan bayangan panjang di lantai marmer putih. Di atas takhta berlapis emas, Raja Eldrich duduk dengan ekspresi gelisah.
"Maaf, Yang Mulia..." suara pelan terdengar dari tangan kanannya, "Tapi... kita benar-benar tidak bisa mencegahnya."
Raja Eldrich mengepalkan tangan, matanya menatap kosong ke depan.
"Sial... bagaimana aku bisa mempertahankan kerajaan ini kalau semuanya bergerak di luar kendaliku?"
Tangan kanannya menunduk dalam-dalam. "Ampuni saya..."
Namun raja hanya menggeleng lemah. "Tidak. Ini bukan salahmu."
Tiba-tiba, pintu besar ruang tahta terbuka dengan pelan. Seorang pria berjubah panjang—berwarna gelap dengan corak misterius—melangkah masuk perlahan.
Corak jubahnya... mengingatkan pada kerajaan Elf di utara.
"Selamat sore, Raja Eldrich," ucapnya tenang.
Tangan kanan sang raja langsung bereaksi, menarik pedang dari pinggang.
"Siapa kau!? Berhenti! Jangan bergerak!"
Orang berjubah itu langsung mengangkat kedua tangannya dengan santai, seolah tak terancam sedikit pun.
"Eits... tenang dulu. Aku hanya lewat dan... kebetulan mendengar percakapan kalian. Aku datang untuk membantu."
Suasana berubah tegang. Sang raja menatap tajam ke arah tamu tak diundang itu, mencoba membaca niat di balik kata-katanya.
Raja Eldrich mulai berkeringat. Bukan karena takut, tapi karena rasa tidak tahu itu jauh lebih berbahaya dari rasa gentar. Sosok di depannya—berjubah asing dan penuh teka-teki—tidak bisa diukur kekuatannya, bahkan oleh insting tajam yang telah ia asah selama puluhan tahun sebagai raja.
"Memangnya apa yang bisa kau bantu?" tanyanya akhirnya, suara tetap tegas walau nadanya berat.
Orang berjubah itu tersenyum tipis. Senyum yang membuat seluruh ruangan terasa lebih dingin.
"Aku tahu... kalian sedang panik karena meteor besar sedang meluncur ke arah kerajaan ini, bukan?"
Para prajurit dan tangan kanan raja menegang.
"Itu benar..." Raja Eldrich mengaku. "Salah satu Penyihir tingkat Master kami—yang memiliki kemampuan
Ia berhenti sejenak berdiri tepat disamping Raja, menatap langit-langit seolah melihat meteor itu lewat batinnya. "Meteor itu... seukuran lima kali menara penyihir, dan akan jatuh dalam dua jam."
Orang berjubah itu masih tersenyum.
"Kalau begitu... bagaimana kalau aku tawarkan kesepakatan?"
Orang berjubah itu kembali tersenyum, langkahnya tenang saat ia melangkah lebih dekat ke pusat ruangan.
"Yah... Seharusnya kalian membutuhkan bantuanku untuk menghentikan meteor itu kan? Aku bisa melakukannya dengan mudah."
Suara tenangnya membuat beberapa prajurit menoleh, saling bertukar pandang. Tangan kanan Raja Eldrich menatap penuh curiga.
"Memangnya... kau benar-benar bisa?"
Tanpa menjawab langsung, orang berjubah itu mengambil sebuah apel dari dalam jubahnya dan melemparkannya ke udara. Apel itu melayang sebentar... lalu seketika berhenti. Benar-benar diam, menggantung di udara seolah waktu berhenti hanya untuknya.
"Kemampuan Time Stop," katanya pelan. "Lihat baik-baik. Aku bahkan tak perlu mempertahankan sihir ini. Aku bisa pergi sekarang, dan apel itu akan tetap membeku dalam waktu selama satu tahun penuh."
Semua mata di ruangan menatap apel itu dengan ngeri dan kagum. Tidak berputar, tidak jatuh, tidak terpengaruh gravitasi. Seolah dunia menolaknya untuk bergerak.
"Dalam waktu itu," lanjutnya, "kalian punya cukup kesempatan untuk mempersiapkan kekuatan—senjata, sihir, pasukan—untuk menghancurkan meteor sebelum waktu berjalan kembali."
Raja Eldrich menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan.
"Itu memang pilihan terbaik untuk saat ini..." ucapnya. "Tapi... aku tahu kau tidak akan memberi bantuan semacam itu tanpa imbalan, bukan?"
Orang berjubah itu tertawa pelan.
"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin... sesuatu yang kecil. Tapi cukup berarti bagiku."
Orang berjubah itu mengangkat tangannya perlahan, lalu menunjukkan sebuah kristal berwarna biru cemerlang. Kristal itu tampak berdenyut lembut, seolah memiliki napasnya sendiri.
"Aku hanya ingin satu hal—informasi tentang cara mengaktifkan
Raja Eldrich memperhatikan kristal itu dengan penuh minat, lalu menoleh pada tangan kanannya.
"Hmm... apakah itu kristal asli?"
Sang tangan kanan mengangguk pelan, sedikit ragu, namun tidak menemukan tanda-tanda pemalsuan.
"Yasudah lah..." Raja Eldrich akhirnya mengangguk. "Mari kita lakukan. Kami akan memberimu informasi itu."
Orang berjubah itu mengangkat tangannya ke langit-langit ruangan, mulai merapal mantra yang terasa berat di udara. Suasana menjadi hening, nyaris membekukan napas.
"
Lingkaran sihir berlapis muncul di atas kerajaan, bercahaya dengan energi kuno tingkat 9. Namun dalam dua detik, cahaya itu meredup sedikit. Mana miliknya tidak cukup untuk menyelesaikan mantra secara penuh.
Lingkaran itu menurun menjadi tingkat 8, dan akhirnya berhenti—masih kuat, tapi tidak maksimal.
"Sihir ini hanya akan membekukan waktu selama enam bulan," ucapnya tenang. "Itu batasnya, untuk saat ini."
Meski bukan satu tahun penuh seperti janjinya, tetap saja itu waktu yang sangat berharga bagi Kerajaan Eldrich.
Raja Eldrich menunduk pelan. "Enam bulan cukup... terima kasih atas bantuanmu."
"Jadi—."
Namun semuanya berubah dalam sekejap...
Bola api raksasa yang ditembakkan oleh Tyrell terus melesat ke atas, menembus awan dan terus naik, jauh melampaui lapisan atmosfer biasa. Jika ini Bumi, mungkin ia sudah berada di dekat eksosfer. Tapi ini bukan Bumi. Atmosfer di planet ini lebih tebal dan lebih luas, namun bahkan batas itu pun tak mampu menahan kekuatan serangan Tyrell.
Ketika bola api itu hanya berjarak sekitar satu kilometer dari meteor yang sangat besar yang mengarah ke benua—terjadilah...
DUAARRR!
Lima ledakan berturut-turut yang menggetarkan langit dan bumi. Suara dentumannya tak hanya mengguncang atmosfer, tapi menggema ke seluruh dunia, seperti suara dewa yang membelah langit.
Gelombang kejutnya menyebar seperti badai tak terlihat, melewati gunung, samudra, dan hutan tanpa bisa dihentikan.
Di suatu tempat jauh dari lokasi kejadian—di atas puncak gunung bersalju dalam istana yang terbuat dari kristal putih—seseorang membuka matanya.
Rambut peraknya terurai seperti cahaya bulan, dan tatapannya dalam seperti langit malam yang penuh bintang. Ia perlahan duduk dari tempat tidurnya, seolah terbangun dari tidur panjang.
"Sudah... saatnya, ya?" gumamnya pelan.
Dia adalah salah satu dari 6 Knights Genesis. Dan sekarang, dunia sedang berubah.
.
Sementara itu, di sisi lain, Arthur dan Tyrell tiba di sebuah wilayah yang sunyi di pinggiran hutan utara. Pohon-pohon tinggi menjulang, dan suara binatang liar bergema dari kejauhan. Di sinilah para Goblin—termasuk Hobgoblin—sering berkeliaran.
"Baiklah... saatnya farming," gumam Arthur sembari merenggangkan tubuh.
Tyrell mengangguk pelan. "Ingat, kita butuh jantungnya utuh. Jangan terlalu meledakkan mereka."
Arthur terkekeh. "Kamu ngomong gitu ke diri sendiri kan? Karena selama ini kamu yang suka bikin ledakan nggak jelas."
Tyrell cuma tersenyum tipis. Mereka lalu mulai menyisir area tersebut, waspada terhadap suara gerakan dan bau busuk khas makhluk goblin.
Di tengah hutan yang sudah sunyi karena pertarungan yang baru saja berakhir…
Tyrell menatap kantong kulit yang sekarang berat oleh isi jantung Hobgoblin.
"Setelah berkali-kali menggunakan
Namun, di balik ekspresinya yang tenang, pikirannya mulai bergejolak.
(Juga… semakin sering aku menggunakan kemampuan ini… semakin aku mulai mengingat… siapa aku sebenarnya. Potongan-potongan memori, dan keterkaitan kemampuanku satu dengan yang lain, perlahan muncul kembali.)
"Yuk, kita balik," ucap Arthur santai sambil mengusap keringat dari dahinya.
Namun belum sempat mereka melangkah jauh—
DUAAAARRRR!!!
Terdengar suara ledakan dahsyat dari langit yang sangat jauh. Getarannya membuat pepohonan di sekitar bergetar ringan, dan burung-burung beterbangan panik.
Keduanya refleks menengadah ke langit.
Tyrell membeku sejenak, matanya membelalak.
(!!! Apa itu barusan...?)
(Jangan-jangan... itu efek dari Vector Manipulation-ku?! Apakah... kekuatanku mengusik sesuatu... lebih besar?) Sebuah firasat aneh menyelusup ke dalam dadanya—perasaan bahwa sesuatu yang sangat besar telah mulai bergerak...
Beberapa menit setelah mereka sampai di Mansion...
Tyrell dan Arthur bergegas melewati gerbang besar yang sekarang tampak sepi. Tidak ada penjaga, tidak ada petugas—hanya keheningan dan angin sore yang bertiup pelan.
Mereka sempat memeriksa ke belakang Mansion, dan bahkan ke gudang tempat biasa orang-orang berkumpul. Tapi hasilnya sama saja: kosong.
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk menunggu di dekat gerbang depan.
Beberapa menit kemudian…
Dua orang yang tampak familiar muncul dari arah jalan setapak. Arthur langsung mengenali mereka.
(Mereka kan… yang waktu itu ngomongin soal murid Class A...) gumam Arthur dalam hati.
Salah satu dari mereka menyapa lebih dulu. "Apa kalian baru kembali dari Aula Kerajaan?"
Arthur bingung. "Aula kerajaan?"
Tyrell dengan cepat membisikkan sesuatu ke telinga Arthur. "Hei, kayaknya semua orang dipanggil ke Aula Kerajaan gara-gara ledakan tadi."
Orang itu kembali bertanya. "Apa mungkin kalian baru saja kembali dari misi?"
Arthur mengangguk. "Iya, kami baru kembali. Memang ada apa?"
Salah satu dari mereka mulai menjelaskan panjang lebar:
"Tadi sekitar lima menit lalu, semua orang dipanggil ke Aula Kerajaan. Ada pengumuman penting dari pihak atas. Mereka bilang—"
‘Bagi siapapun yang dapat memberikan informasi tentang ledakan yang baru saja terjadi, akan diberi hadiah. Karena dua jam yang lalu, Kerajaan Eldrich mengirim peringatan bahwa sebuah meteor raksasa sedang menuju ke arah dunia ini. Tapi, barusan terdengar suara ledakan hebat dari langit—dan kami menduga itu adalah meteor yang meledak.
Namun kami punya dua masalah:
1). Kami tidak tahu lokasi pasti ledakan, jadi kami tidak tahu ke mana arah pecahan meteor untuk dicegah dari menghantam Kerajaan Elf.
2). Kami ingin tahu siapa yang menghentikan meteor itu, atau apa penyebab meteor itu meledak. Karena menurut penyihir tingkat tinggi dengan kemampuan [Precognize], meteor itu tidak mungkin meledak dengan sendirinya.
Datanglah ke Aula jika kalian punya informasi. Sekian, terima kasih.’
Arthur melirik ke arah Tyrell. "Gimana? Kita ikutan kasih info, nggak?"
Tyrell berpikir sejenak, lalu menoleh pada dua orang tadi. "Apa kami bisa ikut kasih informasi juga?"
Salah satu dari mereka mengangguk. "Tentu saja. Bahkan orang luar pun boleh."
Di sisi lain...
Tepat di atas tempat meteor itu meledak, langit masih tampak menyisakan bekas cahaya kemerahan. Namun... tidak ada puing meteor jatuh. Semuanya seperti terangkat dan terlempar keluar atmosfer.
Energi Vector Manipulation Tyrell tidak hanya mempercepat bola apinya—ia juga secara tidak langsung menciptakan tarikan vektor ke arah atas, yang mengangkat sebagian besar pecahan meteor dan menolaknya keluar dari planet.
Ledakan bukan hanya menghancurkan—tetapi juga mengalihkan lintasan kehancuran.
Namun tanpa disadari oleh Tyrell...
Salah satu pecahan yang lebih kecil tidak tertarik keluar angkasa. Ia meluncur perlahan…Turun… menuju suatu wilayah tandus……dan menancap jauh di tengah Hutan Gelap Valzarn, membelah tanah dan menebarkan energi aneh ke sekelilingnya.