Tujuan

"DUNIA YANG KAU PIJAK SAAT INI BERNAMA TRANSCENDENCE BRANCH." Gema suaranya menyebar ke segala arah.

"Jadi kau tidak bisa berbuat apa-apa pada dunia ini?" Tyrell menaikkan alis.

"IYA, AKU HANYA BISA KELUAR MASUK KEDALAMNYA. MENDENGAR DARI PARA PRIMORDIAL CREATOR DULU... MEREKA MENGATAKAN KALAU DUNIA FONDASI YANG KAU PIJAK ITU DIBUAT OLEH SEBUAH KEBERADAAN TERLUPAKAN DAN TERTUA YANG PERNAH ADA."

Sebuah kebenaran disampaikan, mengalir seperti aliran waktu yang tak terlihat, membawa bayang-bayang dari era yang telah lama runtuh.

"DIA DINAMAKAN FORGOTTEN PRIMORDIAL, ALIAS SANG PRIMORDIAL YANG TERLUPAKAN. AKU BERHARAP BISA BERTEMU DENGANNYA KARENA AKU MENDENGAR RUMOR KEKUATANNYA DULU DAN MENGAGUMINYA HINGGA SAAT INI." Nada kekaguman yang tidak bisa disembunyikan terdengar jelas. Bahkan entitas agung pun mampu menyimpan kekaguman pada sesuatu yang tak lagi dikenang oleh eksistensi.

"Yang kau maksud dengan 'dulu' berarti itu sudah ribuan atau bahkan jutaan tahun lalu?"

Waktu menjadi kabur, tak lagi relevan dalam ranah di mana sejarah hanya sekedar gema yang tertinggal.

"AKU TIDAK TAU, MUNGKIN SUDAH MELEBIHI ITU... AKU TIDAK PERNAH MENGHITUNG PERIODE WAKTU DUNIA PADA MORTAL."

“Hmmmm... lalu di mana sang Primordial yang kau maksud?”

“AKU TIDAK TAU, KARENA AKU TIDAK BISA MENGGUNAKAN CLAIRVOYANCE PADA KEBERADAAN YANG LEBIH TINGGI DARI DIRIKU”

Keterbatasan kekuatan terasa seperti tembok tak kasat mata, menahan setiap upaya menembus tabir realita.

“Hmmm baiklah, lalu beritahu aku cara keluar dari sini?!” Nada putus asa Tyrell tercampur harap.

“AKU TIDAK MEMPUNYAI KUASA UNTUK MEMINDAHKAN MU ATAUPUN SEJENISNYA KECUALI AKU MENGIRIM AVATAR KU… KARENA AVATAR KU BERASAL DARI DUNIA LUAR DAN AKU MEREKONSTRUKSI TUBUH AVATAR KU KEMUDIAN MENGIRIM KEDALAM SITU, KETIKA KAU SUDAH BERADA DI DALAM DIMENSI INI KAU TIDAK BISA KELUAR KECUALI KAU BISA MEMBELOKKAN RUANG.” Penjelasan itu meluncur berat, menyingkap mekanisme rumit di balik lapisan eksistensi.

“Membelokkan ruang? apa kau bisa memberitahu ku bagaimana itu bisa terjadi?”

Keingintahuan terpatri, meretas keheningan dengan desakan logis.

“AKU SUDAH LAMA TIDAK MELAKUKAN ITU, KU INGAT KAU HARUS MEMBUAT SUATU PERANTARA SEPERTI GATE ATAU SEJENISNYA.”

Sisa ingatan Tyrell terlihat samar.

Tyrell mengerutkan kening, pikirannya melayang cepat merangkai konsep ilmiah dan sihir murni sekaligus. “Aku tau!” gumamnya dalam hati. Menatap kegelapan di hadapannya, matanya penuh perhitungan yang sulit dipaham—sebuah teknik yang lebih dari sekadar membelokkan energi. Ia merapatkan kedua telapak tangan, membiarkan Solid Chaos Energy bergerak di antara jari-jarinya. Energi itu ia bentuk menjadi garis lurus yang menusuk ruang tiga dimensi, menembus dinding-dinding realitas.

Dalam sekejap, garis itu memanjang tanpa batas, mengiris dimensi ke-3 seperti laser, lalu memaksa masuk ke celah retakan dimensi ke-4. Tyrell menahan nafas saat aliran Chaos Energy beresonansi dengan struktur ruang, menciptakan titisan halus yang menghubungkan banyak alam. Tyrell tau—jika garis ini bisa di panjangkan lebih jauh, mungkin akan mencapai dimensi ke-5, tempat yang bukan lagi realitas yang bisa dinalar oleh logika biasa.

Kemudian, dengan sekali pola ulang, ia menumpuk segala materi dan prinsip yang dia tau menjadi pembentukan wormhole, goresan ringan di ruang, menyatu perlahan dengan dinding-dinding dimensi. Seketika, titik pusat garis itu melebar, membentuk lingkaran gelap berbentuk terowongan—lubang tanpa tepi yang berdenyut samar.

Tyrell mengangkat wajahnya, menatap lorong hitam yang muncul di udara. Dengan cepat, ia melangkah maju dan menghilang ke dalam Wormhole itu, menembus dimensi semesta lain. Di belakangnya, ribuan tetes Energy perlahan rapat, menutup jejaknya di Transcendence Branch… meninggalkan ruang kosong itu dan kembali sunyi.

Setelah ia melangkah, sebuah ingatan kecil kembali muncul di pikirannya: Soul Memory yang ia letakkan dalam jiwa Arthur. Tyrell tak perlu mencari lokasi Arthur secara langsung—ia cukup menembus kordinat supranatural. Seketika, lubang energi bundar terbuka di hadapannya—sebuah lubang seperti portal.

Ia melangkah ke dalam lubang itu. Tubuhnya seperti tertarik kencang oleh arus ruang-waktu yang diciptakannya sendiri. suara tak bergema, dan tak ada oksigen, cara dia bernafas adalah dengan cara mengubah materi dalam Chaos Energy untuk menjadi oksigen. Tyrell tersenyum, mata ungunya berkedip samar di kegelapan—dan kemudian tubuhnya lenyap, tergelincir ke dalam wormhole arah pada posisi Soul Memory Arthur.

.

.

Dalam sekejap, Tyrell muncul di dunia tempat Arthur berada—sebuah hutan lebat yang sunyi. Langkahnya hampir di ketahui, tubuhnya menghilang dari deteksi apapun, menyatu sempurna dengan ruang sekitarnya. Di balik bayangan pepohonan, ia memandangi pemandangan tak terduga. 

Arthur, berdiri di tengah kelompok Orc, hanya memegang ranting kayu kecil. 

Daripada menggunakan tombak Air miliknya yang mematikan, Arthur mengayunkan ranting itu dengan serius.

Tyrell menaikkan alis, bertanya-tanya. "Kenapa dia pakai ranting? Dia bisa habisi mereka semua dengan tombaknya. .." pikir Tyrell. 

Namun itu berubah jadi kekaguman saat melihat Arthur menyalurkan sejenis Aura merah ke ranting tersebut. Ternata Arthur ingin meniru gerakan Tyrell sebelumnya, ketika ia mengayunkan pedangnya. Dalam satu tebasan ringan, ranting itu memotong udara dan— 

BRUKK! 

Perut salah satu Orc terbelah dua, jatuh seketika. 

Tyrell terkejut. Ia muncul dari balik semak dengan langkah ringan. "Jenius—" katanya, terkagum. 

Arthur kaget dan berbalik cepat. "Uaaaa! Sialan kau, Tyrell!" 

Tyrell tertawa lepas. "Hahahaha! Maafkan aku!" ucapnya, menepuk bahu Arthur. 

"Darimana saja kau? Kenapa kau sangat lama di dalam sana?" tanya Arthur sambil mengatur napas dan mengusap keringat di dahinya.

Tyrell, agak bingung merangkai kata-kata. "Hmm? Aku tidak lama kok... Soalnya tadi aku bertemu seorang Dewa di dalam sana."

Arthur terkejut dan mendekat wajahnya. "Tidak lama matamu! Kau menghilang sekitar empat jam!"

"Apa?? Tapi... rasanya aku hanya beberapa menit di sana."

Arthur terdiam sebentar, mengangguk pelan. "Hmmm... sepertinya waktu di tempat yang kau kunjungi berbeda jauh dari dunia ini."

Tyrell menatap langit. "Dan aku mendapatkan informasi menarik. Ternyata dunia yang kita pijak sekarang... diciptakan oleh Dewa yang kutemui itu."

Arthur sangat terkejut. "Apa?? Jadi maksudmu... kita bukan berada di Bumi?"

Tyrell mengangkat bahu, ekspresinya tenang dan serius. "Aku tidak tahu pasti tentang itu. Mungkin kita memang tidak berada di planet bernama Bumi."

Arthur menelan ludah, peluh menetes di pelipisnya. "Memang... memang sepertinya kita berada di dunia lain. Dan sekarang aku baru sadar... bagaimana cara kita kembali ke planet asal kita?!"

"Mungkin kita bisa kembali," kata Tyrell sambil mencoba memberitahu. "Aku mendapat kemampuan baru untuk berpindah tempat secara instan."

Arthur nyaris terjungkal. "Apa!! Kau lagi-lagi membuatku terkejut, Tyrell! Apa kau bisa membawa orang lain dengan kemampuan itu?"

Tyrell tampak berpikir keras, matanya memandang ke tanah. "Hmmmm... Aku juga tidak tahu. Entah kenapa, aku memang punya beberapa kemampuan tapi belum tahu cara memakainya semua. Tapi... mungkin kita bisa kembali ke Bumi kalau tahu lokasi tepatnya."

"Apa kau tahu lokasi Bumi? Kau bisa tahu lokasi ku dari mana? Jangan-jangan... itu karena kau bereinkarnasi dari kehidupan sebelumnya? Mungkin kemampuanmu berasal dari sana?"

Tyrell menjawab perlahan. "Aku tidak tahu lokasi Bumi, jadi belum bisa menggunakannya untuk wormhole. Tapi... aku tahu lokasi mu karena aku membuat semacam pelacak. Aku memakai [Memorize]—menandai ingatanmu sebagai titik acuan."

Arthur tampak terpaku. "[Memorize]...? Kalau begitu... apa sekarang kau mengingat sesuatu? Maksudku... mungkin kita bisa menemukan petunjuk tentang ingatanmu... di sini."

Tyrell terdiam. Angin berhenti berhembus sesaat.

Kemudian dengan suara pelan namun jelas, Tyrell berkata:

"Aku ingat... sedang membuat semacam Garis Putih di dalam tubuhku. Titik-titik bercahaya yang kuhubungkan—seperti rangkaian, atau mungkin jalur kekuatan. Aku menghubungkan antara Mana dan Chaos Energy, dalam skala besar..."

Arthur memperhatikannya serius. Wajah Tyrell tampak sedikit tegang.

"Aku juga ingat sedang... menahan sesuatu. Sesuatu yang besar. Tapi aku belum tahu apa itu. Seolah... aku menghentikan sesuatu agar tidak keluar, atau tidak masuk."

Arthur menelan ludah. "Jadi... kau hanya ingat sebagian?"

Tyrell mengangguk pelan. "Ya. Saat ini... hanya sekian persen dari seluruh ingatan kehidupan sebelumnya."

Arthur menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat satu jari. "Berarti sekarang kita punya dua tujuan utama: Pertama, membuatmu mengingat siapa dirimu sebenarnya... dan kedua, mencari cara kembali ke planet asal kita—kalau memang itu memungkinkan."

Tyrell sulit merangkai-kata. "Kau tadi bertanya soal [Memorize]? Aku juga tidak tahu asal-usul kemampuan itu... Tapi waktu pertama kali kita datang ke hutan ini, aku langsung merasakan bahwa dunia ini... sangat penuh dengan Mana."

"Aku langsung sadar, ini tempat asing dan pasti berbahaya. Jadi secara naluriah aku memfokuskan diriku, dan… aku bisa melihat ingatanmu. Entah bagaimana, aku memasukkan sedikit Mana-ku ke dalam memori itu, seolah memberi tanda... mungkin itu yang membuatku bisa tahu lokasi keberadaanmu."

Arthur bersandar ke pohon terdekat. "Jadi kau... menanamkan semacam GPS di dalam diriku?"

"Kurang lebih seperti itu. Tapi bisa jadi ada fungsi lain—mungkin nanti kita temukan."

Arthur terkekeh, lalu matanya menyipit penasaran. "Jadi, selain itu, apa lagi yang kau lihat dalam ingatanku? Atau apa lagi yang kau dapatkan dari sana?"

Tyrell dalam hati berkata: "(Eternal Flames... sebaiknya nanti saja kutunjukkan padanya.)"

Tanpa menjawab, Tyrell mengangkat tangan kanannya. Sebuah bola kecil muncul—Dark Plasma, pekat seperti malam tanpa bintang, melayang tepat di atas telapak tangannya.

Seketika itu juga… cahaya sekitar mereka meredup.

Bukan karena matahari tertutup awan. Tapi karena plasma hitam itu menyerap cahaya sekitarnya, seolah menelan terang di dunia ini.

Arthur sedikit berkeringat, mata melebar. Ia tahu betul... benda sekecil itu bisa membumihanguskan seluruh hutan dalam hitungan detik.

Tyrell mengangkat tangannya, menampilkan bola kecil yang mengambang di atas telapak tangan kanannya.

"Ini... aku beri nama Dark Plasma." Cahaya langsung redup. Suasana jadi sunyi, Seolah Dunia menahan napas.

"ASTAGA! Hei—sebaiknya kau matikan itu sekarang juga!"

Tyrell menatap sambil perlahan menutup tangannya. Dark Plasma menghilang. "Aku juga tak tahu seberapa jauh kekuatan ini bisa berkembang. Tapi sekarang... lebih penting untuk mengontrolnya." Seketika, cahaya alam kembali seperti semula.

Arthur memegangi dadanya yang berdebar. "Untung saja kau nggak berlama-lama membiarkan Dark Plasma itu. Barusan... cahaya di sekitar kita seperti direbut paksa. Sepertinya api yang kau buat tadi adalah kebalikan dari cahaya... malah menyerapnya."

Tyrell sedikit terbingung. "Hmmm... (Padahal, di tempat tadi, api ini justru bisa menerangi kegelapan.)"

Arthur mendekat dan menunjuk sekeliling. "Lihat... dedaunan dan batang pohon sekitar kita. Warnanya jadi setengah hitam, seperti terbakar... tapi nggak ada api. Efeknya menyeramkan."

Tyrell memperhatikan bekas energi miliknya yang masih tersisa samar-samar. Seperti Dunia tidak membiarkan sebuah energi asing mempengaruhi.

"Mungkin aku tidak merasakan panas karena kau menaruh semacam pelindung di sekitarku. Tapi tetap saja... sebaiknya kau jangan pakai itu kecuali benar-benar darurat." ucap Arthur.

Tyrell mengangguk sambil menarik napas. "Kau benar."

Setelah beberapa detik, Tyrell mengalihkan topik. "Ngomong-ngomong... kenapa tadi kau menggunakan ranting untuk melawan orc? Bukannya kau punya senjata yang lebih baik?"

Arthur menggaruk kepala. "Eh... tadinya aku mau meniru gaya pedangmu tadi. Tapi ternyata hasilnya jauh banget. Beda level. Ibarat nuklir dibanding pedang Lightsaber."

Tyrell langsung menyipitkan mata. "Lightsaber? Kenapa kau membandingkannya begitu? Dasar gamer..."

Arthur tertawa. "Hahaha! Aku juga nggak tahu... spontan aja keluar di kepalaku."

"Ngomong-ngomong, Chloe dan Charles ke mana?" tanya Tyrell sambil menoleh ke arah jalur setapak hutan.

Arthur menjawab sambil duduk bersandar pada pohon, "Tadi mereka pergi. Mungkin buat nukerin hadiah dari misi kita itu. Chloe cuma bilang, 'Misiku selesai, kami cuma butuh bukti kalau si Emperor Goblin udah mati. Sekarang kami balik ke Mansion. Kau mau ikut?' Tapi aku bilang bakal nungguin kamu."

Tyrell sedikit terdiam. "Kau nunggu aku selama 4 jam? Terima kasih... Lalu, kau nggak nyoba masuk ke portal itu?"

Arthur menggeleng pelan. "Aku... nggak bisa."

"Hah? Kenapa?" Tyrell terkejut pelan.

"Karena pas kamu masuk, portalnya langsung menghilang begitu saja."

Tyrell sangat terkejut. "(Jadi... portal itu cuma diciptakan khusus buat aku? Apa yang akan terjadi kalau yang masuk bukan aku?)" pikirnya.

Arthur menduga, "Yah, aku juga nggak tahu... kalau aku masuk, mungkin aku bakal terlempar ke tempat lain. Atau... lenyap."

Tyrell langsung berkata tegas, "Sebaiknya jangan."

Arthur mengangguk. "Jadi sekarang, apa yang akan kamu lakukan?"

"Maksudmu... soal kita yang terjebak di planet ini?"

"Tepat sekali. Kita nggak bisa cuma diam. Kita harus cari jalan pulang."

Tyrell melihat sekeliling, lalu bertanya, "Untuk sekarang... di mana mayat goblin tadi?"

Arthur bingung, "Kau maksud... si Emperor Goblin yang kita bunuh?"

"Iya. Aku ingin lihat lagi. Soalnya... aku merasa ada yang janggal."

Arthur berdiri dan memberi tanda dengan kepalanya. "Oke, ikut aku."

Arthur dan Tyrell berjalan menembus pepohonan, menuju tempat di mana mayat Emperor Goblin seharusnya tergeletak. Tapi sebelum mereka sampai ke sana, langkah mereka terhenti.

Dari balik semak, mereka melihat seekor kucing hitam berdiri di atas perut mayat goblin itu. Detik berikutnya, kucing itu berubah—tubuhnya memanjang, bulu-bulunya lenyap, dan berdirilah seorang laki-laki berambut hitam dengan telinga kucing di atas kepalanya dan mata sipit berwarna emas yang memancarkan aura aneh.

"Semoga tidak ada yang melihatku di sini," gumamnya sambil memandang sekitar, tak sadar bahwa Tyrell telah mengaktifkan kemampuan tak terlihat yang membuat mereka berdua tak terdeteksi.

Arthur berbisik lirih di dekat Tyrell, "Tyrell... itu... sepertinya kucing yang waktu itu kita temukan."

Tyrell mengangguk pelan, pandangannya tak lepas dari sosok setengah manusia itu.

Laki-laki kucing itu lalu menunduk, meletakkan tangannya di atas perut mayat Emperor Goblin. Seketika, tubuh goblin itu berubah menjadi abu—perlahan naik ke udara, lalu mengalir masuk ke tubuh manusia kucing itu seperti tersedot kedalam ruang vakum.

Arthur menahan napas, lalu berbisik, "Hei, Tyrell... dia menyerap mayat itu. Mungkin... untuk menambah kekuatannya?"

Tyrell menjawab pelan, "Aku tahu... tenang saja, dia tidak bisa melihat kita."

"(Perasaan ini... akhirnya aku mencapai tingkat Master setelah sekian lama terjebak di tingkat Legend)," gumam lelaki kucing itu, menutup matanya sebentar dan menghirup udara dalam-dalam.

"Sniff... ?!" Ia tiba-tiba membuka matanya lebar. "Aku mencium aroma... yang terasa familiar?!"

Dari balik semak, Arthur tersentak. Ia menoleh pelan ke arah Tyrell dan berbisik, "Hei, Tyrell... sepertinya dia mulai menyadari kita. Kita harus pergi sekarang sebelum terlambat."

Tyrell mengangguk singkat. Dalam sekejap, mereka mundur perlahan, bergerak tenang tanpa suara, seperti bayangan yang terseret angin.

Sementara itu, lelaki kucing itu menyipitkan matanya ke arah tempat mereka tadi berdiri. Ia tak melihat siapa pun—tapi sensasi kehadiran yang sempat ia rasakan perlahan memudar menjauh.

Ia menghela napas berat, wajahnya tampak bimbang. "Aneh... siapa pun itu, mereka tidak berniat menyerang. Tapi... kenapa rasanya seperti aroma dari masa lalu?"

Tanpa berlama-lama lagi, lelaki kucing itu membalikkan badan, lalu melompat menjauh, mengikuti arah ia datang sebelumnya—menghilang di antara bayang pepohonan.

  1. Adalah kumpulan padat dari Materi kosong yang tak akan bisa dijadikan apapun selain kekosongan
  2. Adalah pecahan ingatan milik Tyrell yang muncul saat pertama kali menyentuh portal di chapter awal. [Soul Memory] bisa diubah dalam bentuk lain yang bisa menjadi seperti sebuah gps yang melacak orang ataupun menandai lokasi tertentu
  3. Kemampuan bawaan Tyrell yang dia ingat tepat saat menyentuh Portal di Chapter awal. Digunakan untuk menandai ingatan orang dan bisa digunakan untuk kemampuan lain seperti [Teleport] secara instant ke tempat sekitar orang yang ditandai