Pagi yang kelabu menyelimuti desa kecil itu, kabut tebal menggantung di udara. Di antara gerimis yang turun perlahan, Eryan berjalan menyusuri jalan setapak yang sempit, menghindari genangan air yang terkumpul di sana-sini. Ia merasa setiap langkahnya berat, namun tak ada pilihan lain. Ia sudah lama meninggalkan rumah, dan kini hanya ada satu tujuan—mencari jawaban.
Desa ini, tempat ia lahir dan dibesarkan, terasa semakin asing. Segala sesuatu yang dulu akrab kini tampak seperti bayangan masa lalu. Wajah-wajah yang dulu dikenal, kini tampak pudar dan kabur. Tidak ada yang peduli dengan siapa dia sekarang. Tidak ada yang peduli dengan apa yang telah terjadi. Tapi Eryan tahu satu hal—ketidakpedulian ini adalah bagian dari rencananya. Semua ini ada alasannya.
Di ujung jalan, terdapat sebuah rumah kecil, yang kini tampak rusak, hampir runtuh. Rumah itu dulu adalah tempat perlindungan bagi Eryan dan adiknya, tempat di mana mereka tumbuh bersama, sebelum mereka dipisahkan oleh takdir. Sebuah takdir yang telah ditentukan oleh Lord Kaelen, ayah mereka, yang telah merencanakan hidup mereka jauh sebelum mereka tahu apa arti dari kata "pilihan."
Eryan berhenti di depan pintu rumah itu. Pintu yang pernah dibuka oleh ibu mereka, sebelum semuanya berubah. Sebelum ayah mereka membawa mereka berpisah. Eryan tahu, di sinilah semuanya dimulai.
"Tunggu di sini," suara seorang wanita terdengar di belakangnya. Eryan menoleh, dan di sana berdiri seorang gadis muda dengan rambut panjang berwarna cokelat gelap dan mata yang tajam. Dia mengenakan pakaian yang sederhana, namun ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Sesuatu yang membuat Eryan merasa bahwa dia bukan orang biasa.
"Gadis ini...?" gumam Eryan dalam hati.
"Saya tahu Anda mencari sesuatu, Eryan," kata gadis itu, mengamatinya dengan tatapan yang penuh teka-teki. "Dan saya tahu Anda tidak akan berhenti sampai menemukannya. Tapi hati-hati dengan apa yang Anda cari."
Eryan mengerutkan kening. "Siapa Anda?"
"Gadis yang tahu lebih banyak dari yang Anda pikirkan," jawab gadis itu, tersenyum kecil. "Saya tidak datang untuk membantu Anda. Saya datang untuk memberi peringatan."
Eryan merasa ada yang aneh dengan gadis ini, namun ia memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Ia sudah terbiasa dengan orang-orang yang datang dan pergi, yang memiliki cerita mereka sendiri, yang memiliki agenda mereka sendiri.
"Apakah Anda tahu tentang ayah saya?" tanya Eryan, mencoba menggali informasi lebih dalam.
Gadis itu mengangguk pelan. "Tentu. Ayah Anda bukanlah orang yang Anda kira. Dan apa yang ia lakukan pada kalian berdua... lebih rumit daripada yang Anda bayangkan."
Eryan menatap gadis itu dengan cermat. "Apa maksud Anda?"
"Saya tidak bisa memberitahumu semuanya sekarang," jawabnya. "Tapi Anda harus tahu, Eryan, bahwa takdir Anda sudah tertulis. Anda hanya perlu menemukannya. Dan ketika Anda melakukannya, Anda akan melihat dunia dengan cara yang berbeda."
Eryan merasa ada perasaan aneh di dadanya. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, namun ia tahu gadis ini tahu lebih banyak dari yang ia ungkapkan. Namun, ia juga tahu bahwa jawaban itu tidak akan datang dengan mudah.
---
Sementara itu, di dalam istana yang megah, Elyon duduk di hadapan sang ayah. Lord Kaelen berdiri di jendela besar, menatap jauh ke luar, seakan melihat sesuatu yang tak terlihat oleh orang lain. Elyon tidak pernah bisa menebak apa yang ada dalam pikiran ayahnya. Baginya, ayah adalah sosok yang selalu tenang, penuh kontrol, namun juga penuh rahasia.
"Ayah," kata Elyon, memecah keheningan yang menyesakkan. "Apa yang terjadi pada Eryan? Kenapa kita harus terpisah?"
Lord Kaelen berbalik, memandang anaknya dengan mata yang penuh perhitungan. "Apa yang terjadi padanya adalah bagian dari rencana besar, Elyon. Kami hanya menyiapkan Anda untuk apa yang akan datang."
"Rencana besar?" Elyon bertanya, masih tidak mengerti.
"Semua ini adalah ujian. Kekuatan tidak diberikan begitu saja. Anda harus memahaminya, Elyon. Anda harus siap untuk memimpin," kata Lord Kaelen, nada suaranya tegas dan penuh otoritas. "Eryan adalah bagian dari ujian itu. Anda tidak perlu khawatir tentangnya. Fokuslah pada tujuan Anda sendiri."
Elyon mengangguk pelan, namun hatinya terasa berat. Sebuah perasaan yang tak bisa ia jelaskan meresap ke dalam dirinya. Ia merasa seperti sedang berada di ujung jurang, dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
---
Keduanya, Eryan dan Elyon, berjalan menuju takdir mereka masing-masing, tanpa tahu bahwa benang yang menghubungkan mereka semakin rapat. Takdir yang diciptakan oleh ayah mereka akan segera membentuk mereka menjadi dua sosok yang tak bisa dipisahkan, meski mereka berada di jalan yang berbeda.
Namun satu hal yang pasti—tidak ada yang bisa menghindari permainan ini. Semua akan terungkap, pada waktu yang tepat.