Kein dan Mira berdiri di tengah aula yang mulai runtuh akibat pertempuran mereka dengan Sang Ratu Es. Udara dingin yang menusuk perlahan-lahan mereda, memberikan mereka sedikit waktu untuk bernapas. Namun, sebelum mereka sempat merasa lega, suara gemuruh yang mengguncang seluruh kastil memaksa mereka kembali waspada.
"Kein, ada sesuatu yang salah!" Mira berseru, melihat lantai es di bawah mereka mulai retak.
Kein menggenggam pedangnya erat, matanya menatap altar es yang sebelumnya dihuni oleh Artefak Takdir. Dari balik altar, energi dingin yang lebih kuat mulai memancar, membentuk siluet wanita.
"Tunggu," kata Kein, suaranya rendah. "Dia belum selesai."
Kebangkitan yang Tak Terduga
Di depan mereka, sosok Sang Ratu Es perlahan muncul kembali, tetapi kali ini berbeda. Tubuhnya kini memancarkan aura kebekuan yang jauh lebih kuat, dan di tangan kirinya, tongkat es yang sebelumnya dihancurkan Kein telah terwujud kembali, kali ini berbentuk lebih besar dan lebih menyeramkan.
"Kalian pikir aku begitu mudah dikalahkan?" katanya dengan suara yang terdengar seperti ribuan pecahan es yang bergemeretak.
Mira melangkah mundur, matanya melebar karena terkejut. "Dia... Dia menggunakan Artefak Takdir untuk memperkuat dirinya!"
Kein merasakan energi itu juga. Ini bukan hanya kebangkitan; ini adalah transformasi yang membuat Sang Ratu Es menjadi entitas yang lebih mengerikan. "Mira, kita harus mengakhiri ini sekarang, atau kita tidak akan keluar dari tempat ini hidup-hidup."
Pertempuran Kedua Dimulai
Sang Ratu Es mengangkat tangannya, dan badai salju yang jauh lebih besar daripada sebelumnya mulai menyelimuti aula itu. Es mencuat dari tanah seperti tombak, menyerang Kein dan Mira tanpa henti.
Kein melompat ke samping, menghindari tombak es yang nyaris menusuknya. Dia membalas dengan serangan pedangnya, tetapi sebelum pedangnya bisa menyentuh Sang Ratu Es, dinding es tebal muncul di depannya.
Mira mencoba menyerang dengan sihir api, tetapi serangannya hanya memantul kembali oleh lapisan pelindung es yang melingkupi tubuh Sang Ratu Es.
"Dia terlalu kuat!" seru Mira, berusaha tetap tenang meskipun situasinya semakin sulit.
Kein menggertakkan giginya. "Tidak ada yang tidak mungkin. Kita hanya belum menemukan celahnya!"
Strategi Baru
Kein menyadari bahwa kekuatan Sang Ratu Es kini sepenuhnya bergantung pada Artefak Takdir. Cahaya dari artefak itu terus memancar, mengalir ke tubuhnya seperti aliran energi tak terbatas.
"Mira, kita harus memutuskan koneksinya dengan artefak itu!"
Mira mengangguk. "Aku akan mencoba menyerang artefaknya. Tapi kau harus membuatnya sibuk!"
Kein langsung melompat ke arah Sang Ratu Es, menyerangnya dengan serangan beruntun. Pedangnya menghantam dinding-dinding es yang terus muncul untuk melindungi ratu itu, tetapi Kein tidak berhenti. Dia terus menyerang, memaksa ratu itu untuk fokus padanya.
Sementara itu, Mira mulai mempersiapkan mantra besar. Lingkaran sihir muncul di sekelilingnya, memancarkan energi panas yang cukup kuat untuk mencairkan es di sekitarnya.
Namun, Sang Ratu Es menyadari apa yang mereka rencanakan. Dia mengayunkan tongkatnya, menciptakan pusaran es yang meluncur ke arah Mira.
Kein melihat serangan itu dan dengan cepat melompat ke jalurnya, menggunakan pedangnya untuk memecahkan pusaran es itu. "Cepat, Mira! Aku tidak bisa menahannya terlalu lama!"
Momen Penentuan
Mira akhirnya menyelesaikan mantranya. Sebuah bola api besar melesat ke arah Artefak Takdir, menabrak lapisan pelindung yang mengelilinginya. Ledakan besar terjadi, mengguncang seluruh kastil.
Sang Ratu Es berteriak marah, auranya mulai bergetar tidak stabil. "Kalian tidak akan menang!"
Kein memanfaatkan momen itu untuk melompat ke arah ratu, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. Pedang itu menghantam tongkat esnya, menghancurkannya menjadi serpihan kecil.
Ratu itu terjatuh, kekuatannya mulai menghilang seiring dengan pecahnya tongkat es. Tanpa tongkat dan artefak, tubuhnya perlahan memudar, seperti salju yang mencair di bawah matahari.
Namun, sebelum benar-benar menghilang, dia menatap Kein dan Mira dengan tatapan yang penuh kebencian. "Kalian mungkin menang kali ini, tetapi setiap kemenangan membawa harga yang harus dibayar."
Kastil yang Runtuh
Dengan lenyapnya Sang Ratu Es, seluruh kastil mulai runtuh. Kristal es jatuh dari langit-langit, dan retakan mulai menyebar di lantai.
"Kita harus keluar dari sini!" teriak Mira, menarik Kein yang masih berdiri di depan altar.
Mereka berlari secepat mungkin, melewati lorong-lorong yang mulai runtuh. Salju dan es menghujani mereka, tetapi mereka terus bergerak, tidak berhenti sampai akhirnya mereka keluar dari kastil itu.
Ketika mereka akhirnya mencapai dataran bersalju di luar kastil, mereka melihat kastil itu runtuh sepenuhnya, meninggalkan reruntuhan es yang bersinar di bawah sinar matahari.
Mira jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. "Kita berhasil..."
Kein menatap reruntuhan itu dengan tatapan serius. "Ini belum selesai. Artefak Takdir masih ada di sana, dan aku yakin perjalanan kita baru saja dimulai."