Aura dingin yang menusuk semakin intens saat Kein dan Mira berhadapan dengan Sentinel Beku. Sosok penjaga ini bukan hanya kuat secara fisik, tetapi setiap gerakannya tampak seperti bagian dari lanskap beku itu sendiri. Tanah di sekitar mereka mulai mengeras menjadi es yang licin, membuat setiap langkah semakin sulit.
Kein mencengkeram pedangnya erat, rasa lelah yang membebani tubuhnya dia abaikan sepenuhnya. "Mira, kita harus berhati-hati. Ini bukan hanya soal kekuatan, tapi juga strategi."
Mira mengangguk, menggenggam tongkat sihirnya erat. "Aku akan mengalihkan perhatiannya dengan mantra. Fokuslah mencari celah."
Serangan Pertama
Sentinel Beku mengangkat tangannya, dan dari tanah muncul pilar-pilar es yang mencuat dengan kecepatan luar biasa. Kein melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan nyaris, tetapi salah satu pilar menghantam bahunya, membuatnya terhuyung.
Mira melancarkan serangan sihir api, melemparkan bola-bola api ke arah Sentinel Beku. Tetapi, bola-bola itu terpantul oleh perisai es transparan yang mengelilingi tubuhnya. Setiap api yang menyentuh perisai itu langsung padam, seolah tidak pernah ada.
"Tidak ada efek!" Mira berteriak frustrasi.
"Jangan menyerah! Setiap makhluk pasti punya kelemahan!" balas Kein, melangkah maju sambil mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh.
Pedang Kein menghantam perisai es Sentinel Beku, menghasilkan suara dentingan yang memekakkan telinga. Sentinel itu nyaris tidak bergerak, hanya melirik Kein seperti serangga yang tidak signifikan.
Kemudian, Sentinel Beku mengayunkan lengannya, dan sebuah gelombang es menyapu ke arah Kein. Dia mencoba menghindar, tetapi gelombang itu terlalu cepat. Es itu membekukan sebagian tubuhnya, membuatnya sulit bergerak.
"Kein!" Mira berteriak, melompat untuk melindunginya dengan penghalang sihir.
Kebangkitan Tak Terduga
Kein mengerang saat es mulai mencair sedikit berkat perlindungan Mira. "Dia terlalu kuat dalam kondisi ini. Kita butuh sesuatu untuk menembus perisainya."
Penjaga Takdir, yang mengamati dari kejauhan, akhirnya angkat bicara. "Sentinel Beku tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan biasa. Dia adalah bagian dari Artefak Takdir itu sendiri."
Mira menoleh. "Jadi, bagaimana kita bisa mengalahkannya?"
"Energinya terhubung langsung dengan artefak. Jika kalian berhasil memutuskan koneksi itu, dia akan melemah," jawab Penjaga Takdir. "Namun, untuk melakukannya, kalian harus mendekati inti artefak di dadanya. Itu akan menjadi hal yang paling berbahaya."
Kein tersenyum tipis, meskipun napasnya masih berat. "Berbahaya? Itu sudah menjadi bagian dari pekerjaan kami."
Serangan Terkoordinasi
Mira mulai melancarkan mantra baru, kali ini menggunakan kombinasi sihir api dan kilat untuk menciptakan ledakan yang cukup kuat. Sementara itu, Kein memposisikan dirinya di sisi Sentinel Beku, mencari celah untuk mendekati inti artefak di dadanya.
Sentinel Beku menggeram, seolah menyadari strategi mereka. Dengan satu gerakan, dia memanggil badai salju besar yang menyelimuti medan pertempuran. Angin dingin memotong kulit mereka seperti ribuan pisau kecil, dan pandangan mereka menjadi kabur karena salju yang terus berputar.
"Aku tidak bisa melihat!" Mira berteriak, berusaha mempertahankan konsentrasi pada mantranya.
Kein menggertakkan giginya, merasakan beban dingin di sekujur tubuhnya. Tapi dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan mereka. Dengan keberanian yang tersisa, dia menembus badai, bergerak secepat yang dia bisa menuju Sentinel Beku.
Dekat dengan Inti
Saat dia akhirnya berada cukup dekat, Kein melihat inti artefak yang bersinar biru terang di dada Sentinel Beku. Itu adalah sumber kekuatannya, tetapi juga terlihat rapuh, seperti kaca yang siap pecah.
"Ini dia," gumam Kein, mengangkat pedangnya.
Namun, sebelum dia bisa menyerang, Sentinel Beku mengangkat lengannya dan mengayunkan pukulan besar ke arahnya. Kein hanya memiliki sepersekian detik untuk menghindar, tetapi pukulan itu cukup kuat untuk melemparkannya ke belakang, menghantam dinding es.
"Kein!" Mira memanggilnya, tetapi Sentinel Beku mulai mengarahkan perhatiannya padanya.
Taktik Akhir
Kein menggertakkan giginya, menahan rasa sakit di tubuhnya. Dia tidak bisa membiarkan Mira menghadapi Sentinel Beku sendirian. Dengan sisa energinya, dia bangkit kembali dan berteriak keras, menarik perhatian Sentinel.
"Sentinel! Lihat aku!"
Makhluk itu berbalik, memberi Kein kesempatan terakhir untuk menyerang. Mira, menyadari apa yang terjadi, melancarkan mantra sihir terkuatnya, menciptakan ledakan besar yang menghancurkan perisai es Sentinel Beku.
Kein menggunakan momen itu untuk melompat ke arah inti artefak, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh.
Pedangnya menembus inti itu, dan suara retakan terdengar. Cahaya biru terang memancar, diikuti oleh ledakan energi yang mendorong Kein dan Mira ke belakang.
Kemenangan yang Berat
Ketika debu dan es akhirnya mereda, Sentinel Beku tidak lagi berdiri di depan mereka. Hanya ada sisa-sisa pecahan es dan Artefak Takdir yang kini sepenuhnya hancur.
Kein tergeletak di tanah, napasnya terengah-engah. Mira berlari ke arahnya, membantu memeriksanya.
"Kita berhasil," kata Mira, suaranya penuh kelegaan.
Kein tersenyum tipis. "Ya… Tapi aku rasa ini belum akhir dari segalanya."
Penjaga Takdir mendekat, menatap mereka dengan ekspresi penuh penghormatan. "Kalian telah melakukan hal yang luar biasa. Tetapi ingat, ini hanyalah awal dari perjalanan kalian. Dunia masih membutuhkan pahlawan seperti kalian."
Kein dan Mira saling bertukar pandang. Meski mereka telah melewati banyak rintangan, mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang