WebNovelOk..64.71%

10. Special Child

Helikopter berputar-putar di atas Akademi Viper, suara baling-balingnya memenuhi udara. Kamera dari berbagai media berita terfokus pada kejadian luar biasa yang terjadi di halaman akademi. Tayangan langsung ini dengan cepat menjadi sorotan nasional. Dari layar televisi hingga media sosial, semua mata tertuju pada monster mengerikan yang melayang di langit, dikelilingi lingkaran pelindung bercahaya biru.

Di bawah pelindung itu, Vishap berdiri tegap. Wajahnya tetap tenang, meskipun napasnya sedikit berat. Keringat membasahi pelipisnya, tapi ia tak menunjukkan tanda-tanda gentar. Vishap, Ketua OSIS yang dikenal sebagai lambang kekuatan dan keanggunan, kini menghadapi ancaman terbesar yang pernah menguji kemampuannya.

POV Vishap

"Hah... Kau benar-benar menyulitkan, Alter Ego," gumam Vishap sambil mengamati monster itu. Makhluk tersebut terus mengamuk tanpa arah, menghancurkan apa saja yang ada dalam jangkauannya. Tentakel-tentakelnya menghantam tanah dengan kekuatan luar biasa, membuat retakan besar di permukaan dan menghancurkan sebagian besar bangunan di dalam lingkar pelindung. Akademi bergetar seolah akan runtuh kapan saja.

"Kalau bukan karena pelindung ini, kerusakan sudah meluas ke seluruh kota," pikir Vishap. Ia menghela napas dalam, mencoba mengatur energinya.

"Kurasa... Aku harus sedikit berlebihan kali ini, ya?"

Vishap mengangkat tangannya perlahan, seakan memanggil sesuatu dari dimensi lain. Udara di sekitarnya berubah dingin, penuh tekanan yang bahkan terasa dari luar pelindung. Para penonton dari balik layar televisi pun bisa merasakan betapa beratnya situasi ini.

"Aeon Chain."

Empat pilar bercahaya muncul dari udara, masing-masing memancarkan energi ruang dan waktu yang murni. Pilar-pilar ini melesat turun dengan kecepatan luar biasa, menghantam tanah di sekitar monster itu. Begitu pilar-pilar tersebut tertanam, lingkaran runa raksasa muncul, mengelilingi alter ego tersebut.

"Grrraaaaahhh!!" Monster itu mengaum keras, tentakel-tentakelnya bergerak liar, mencoba melawan kekuatan yang menahannya. Namun, setiap tentakel yang ia gerakkan segera terbelit rantai energi yang muncul dari pilar-pilar itu. Rantai tersebut berpendar seperti kilatan listrik, mengeluarkan suara mendesis setiap kali mereka menyentuh kulit monster itu.

"Diam di tempatmu!" teriak Vishap, mengayunkan tangannya untuk memperkuat cengkeraman rantai. Satu per satu, tentakel monster itu tertarik dan terikat erat, seolah tertambat pada ruang itu sendiri. Monster itu terus meronta, tubuhnya menggeliat-geliat dengan amarah yang semakin menggila.

Namun Vishap tidak berhenti. Dengan setiap gerakan tangannya, rantai itu semakin menekan, semakin kuat, hingga akhirnya seluruh tentakel monster itu terbelit tanpa ampun. Sekarang, makhluk itu benar-benar tidak bisa bergerak.

"Hah... Ini baru permulaan," gumam Vishap sambil mengamati makhluk yang kini terkurung sepenuhnya. Ia mengencangkan cengkeramannya pada ruang waktu, memastikan bahwa monster itu tidak akan bisa melarikan diri. Tapi meski terbelenggu, aura gelap yang menguar dari tubuh monster itu terus menekan, membuat Vishap harus tetap waspada.

Di luar pelindung, helikopter-helikopter berita menangkap semua ini dengan detail yang sempurna. Suara para reporter bercampur dengan siaran langsung.

"Kita melihat sosok Ketua OSIS Akademi Viper, Vishap, yang kini menghadapi monster mengerikan ini sendirian. Ini adalah pemandangan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya!"

"Pelindung biru itu menjaga para murid dan staf akademi dari kehancuran total, tapi lihatlah! Vishap tampaknya harus menghadapi kekuatan yang bahkan bisa menghancurkan seluruh kota. Akankah dia berhasil?"

Sementara itu, di dalam pelindung, Vishap tetap berdiri kokoh meskipun tubuhnya sudah mulai terasa kelelahan. Energi besar yang dikeluarkannya untuk menciptakan pilar dan rantai ini bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Tapi ia tidak punya pilihan lain.

"Aku harus mengakhiri ini sekarang," pikir Vishap. Pandangannya tertuju pada monster itu yang meskipun terbelenggu, masih memancarkan aura mengancam. Alter Ego ini bukan hanya sekadar makhluk; ia adalah ancaman yang bisa melahap apa saja, termasuk dirinya.

Suasana menjadi semakin mencekam. Setiap orang yang menonton dari balik layar hanya bisa menahan napas, menanti langkah Vishap berikutnya. Tapi Vishap tahu, ini baru awal dari pertempuran yang panjang. Ia harus mengerahkan segala kemampuannya untuk memastikan monster itu tidak hanya terkurung, tetapi juga dimusnahkan sepenuhnya.

"Jangan meremehkan Ketua OSIS Akademi Viper," ucap Vishap pelan, tapi dengan penuh keyakinan. Rantai-rantai itu bersinar semakin terang, bersiap untuk langkah pamungkas.

"Penghancur pertama: Aeon Disruptor," suara Vishap terdengar dingin dan penuh wibawa, seperti seorang maestro yang memimpin orkestra terakhir dunia.

Detik pertama.

Ruang di sekitarnya berubah drastis. Udara menjadi berat, seperti tertarik oleh gravitasi tak kasat mata. Cahaya biru keunguan mulai memancar dari tanah hingga ke langit, membentuk pola rumit yang terlihat seperti retakan kaca di dimensi itu sendiri.

Detik kedua.

Semua orang terdiam. Dimensi yang Vishap panggil perlahan terbuka di tengah udara, seperti pintu ke dunia lain. Getaran energi yang tak terlukiskan mengalir keluar, membuat murid-murid dan guru-guru yang menyaksikan dari balik pelindung merasa seperti sedang menghadapi kekuatan yang melampaui pemahaman manusia.

Mata monster Alter Ego melebar, tubuhnya menggeliat liar. Ia tahu apa yang akan terjadi. "GRAAAAAAAHHHHH!!" Jeritannya menggema, begitu kuat hingga getarannya bahkan bisa dirasakan di dada semua orang, meski pelindung Vishap menahan sebagian besar suara itu.

Detik ketiga.

Dari dalam dimensi tersebut, dua tangan raksasa muncul perlahan. Tangan itu terlihat seperti makhluk ilahi, berwarna ungu kebiruan dengan garis-garis bercahaya yang menyala, seperti nadi dari energi murni ruang dan waktu. Permukaan tangan itu berkilauan, seolah terdiri dari serpihan bintang yang terkompresi.

Kerumunan di luar pelindung menatap dengan mata terbelalak. Reporter di helikopter kehilangan kata-kata. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan keagungan itu. "Ini... Ini seperti melihat kekuatan seorang dewa," bisik salah seorang guru.

Detik keempat.

Tangan itu bergerak, perlahan tapi pasti, menuju monster Alter Ego. Dengan gerakan mengintimidasi, kedua tangan itu menggenggam monster tersebut. Suara jeritannya meningkat, seakan tubuhnya hendak pecah. "GRAAAHHHHHHH!!" Suara itu begitu keras hingga bahkan pelindung Vishap bergetar, dan beberapa murid harus menutup telinga mereka meski sudah dilindungi.

Vishap tidak goyah. Dengan satu gerakan tangan, ia memerintahkan dimensi itu untuk menarik mangsanya.

Detik kelima.

Tangan raksasa itu mulai menarik monster Alter Ego ke dalam dimensi. Setiap sentimeter tubuh monster itu yang ditelan oleh dimensi menghasilkan suara mendesing yang aneh, seperti dunia sedang merobek dirinya sendiri untuk menutup luka yang dalam. Monster itu menggeliat dengan kekuatan terakhirnya, mencoba melawan, tetapi tidak ada gunanya. Dimensi itu adalah penjara absolut, dan Vishap adalah penguasanya.

Detik keenam.

Tubuh Alter Ego sepenuhnya tertelan ke dalam dimensi. Ruang yang sebelumnya terbuka mulai menutup perlahan, menyisakan kilauan energi yang menghilang seperti asap. "Caaaah...." Suara lembut terdengar ketika dimensi itu benar-benar tertutup, tetapi suara itu justru menimbulkan ketegangan yang merinding di setiap orang yang mendengarnya.

Retakan di udara, yang semula terlihat seperti jendela ke dunia lain, perlahan-lahan menyatu kembali. Dengan suara lembut namun tegas, ruang itu tertutup sepenuhnya, meninggalkan Vishap berdiri sendirian di tengah medan pertempuran yang hancur lebur.

Keheningan melanda. Tidak ada yang berani berkata-kata. Vishap menurunkan tangannya perlahan, napasnya masih teratur, meskipun energi yang ia keluarkan tadi cukup untuk menghancurkan seluruh akademi.

"Selesai," ucapnya dingin, membalikkan tubuh tanpa memandang ke arah di mana monster itu dulu berdiri.

Dari luar pelindung, seorang reporter berteriak ke mikrofon dengan suara gemetar, "Anda baru saja menyaksikan sesuatu yang hanya bisa digambarkan sebagai... keajaiban! Vishap, Ketua OSIS Akademi Viper, telah mengalahkan makhluk yang seharusnya mustahil untuk dikalahkan!"

Namun, Vishap tidak mendengar itu semua. Ia hanya melirik ke arah para murid yang terlindungi. Matanya bertemu dengan K sejenak. Tanpa berkata apa-apa, ia memberi isyarat halus dengan kepalanya. Pesan yang jelas: semuanya sudah aman.

Dan untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Vishap berdiri di antara puing-puing, dalam keheningan yang penuh kemenangan. Ketua OSIS. Sang pengendali ruang dan waktu. Murid terhebat dalam sejarah Akademi Viper. Vishap. Hanya 5 detik... Hanya 5 detik.

Pelindung mulai runtuh perlahan. Udara yang selama ini terjebak di dalam lingkaran pelindung Vishap mengalir keluar, membawa sisa-sisa energi yang berat dan menakutkan. Para murid di sekitarnya menggigil, tidak hanya karena dinginnya udara yang keluar, tetapi juga karena rasa takut yang mendalam. Beberapa dari mereka jatuh terduduk, bahkan ada yang pingsan.

Vishap melayang turun dengan tenang. Kakinya menyentuh tanah yang telah hancur lebur, sementara tatapannya tetap dingin seperti biasa. Wajahnya yang tanpa emosi membuatnya tampak seperti makhluk di luar nalar manusia—seorang penguasa absolut yang baru saja menyelamatkan semua orang, tapi tampak tidak peduli akan tindakannya sendiri.

"Ya... Aku menang," ucapnya dengan nada datar, seolah-olah baru saja menyelesaikan pekerjaan harian yang membosankan. Suaranya mengisi udara, membungkam semua bisikan dan gumaman.

Ia melirik ke sekitar, melihat puing-puing yang berserakan, tanah yang hancur, dan gedung akademi yang hampir runtuh. "Semua hancur. Ya kan?" ucapnya dengan nada ringan, seperti berbicara tentang cuaca.

Tidak ada yang berani menjawab. Semua murid, guru, dan staf hanya terdiam, tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Vishap mendesah kecil. "Semuanya boleh pulang ke rumah masing-masing. Jangan berdiri di sini lagi. Aku, guru-guru, kepala sekolah, petugas, dan anggota OSIS lainnya akan mengurus ini. Jadi... pergilah."

Kerumunan perlahan bubar. Tidak ada protes, tidak ada keluhan. Mereka semua tahu ini bukan permintaan, melainkan perintah. Beberapa menit kemudian, halaman akademi yang sebelumnya penuh dengan ribuan murid kini menjadi kosong. Hanya tersisa puing-puing, debu, dan para pengurus yang bergerak dengan diam di bawah perintah Vishap.

Di rumah K.

K membuka pintu dengan langkah santai seperti biasa. Keadaan di rumahnya terasa sangat kontras dengan apa yang baru saja terjadi di akademi. Ia melihat kakeknya sedang duduk di ruang tamu, menonton televisi dengan tenang.

"Siapa itu? Yang ada di TV?" tanya sang kakek, menunjuk ke layar.

Di layar itu, wajah Vishap terpampang jelas. Siaran berita menayangkan rekaman aksinya, lengkap dengan narasi dramatis dari reporter. "Ketua OSIS Akademi Viper, Vishap, telah menunjukkan kekuatan yang tak terbayangkan. Sebuah keajaiban? Atau sesuatu yang lebih dari itu?"

K menjawab dengan nada malas, "Ketua OSIS kami, Kak Vishap. Dia orang yang bukan orang. Lebih tepatnya... dewa."

Kakeknya menatap layar dengan sorot mata serius. "Dia... tidak salah lagi..." gumamnya pelan.

K mengernyit. "Hah? Apa maksudnya, Kek?"

Sang kakek langsung menggeleng, mencoba menyembunyikan sesuatu. "Tidak, tidak ada apa-apa. Kembalilah ke kamarmu, K."

K mengangkat bahu, tidak terlalu peduli. "Yasudah, aku juga tidak begitu peduli."

Ia pun melangkah ke kamarnya, melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan menatap langit-langit. "Hari ini benar-benar... aneh," gumamnya sebelum perlahan-lahan matanya terpejam. Dalam waktu singkat, ia sudah tertidur, membiarkan pikirannya tenggelam dalam kelelahan yang mendalam.

Keesokan harinya.

K bangun dengan suasana yang lebih tenang. Ia menerima pesan dari grup kelasnya yang menyatakan bahwa akademi libur selama empat bulan untuk pemulihan.

Ia menatap layar ponselnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Bagus. Setidaknya aku punya alasan untuk lebih banyak tidur."

Kembali ia rebahkan tubuhnya di kasur, merasa lega dengan keheningan yang akhirnya datang setelah kekacauan besar. Di luar, dunia mungkin masih berbicara tentang Vishap dan peristiwa mengerikan itu, tapi bagi K, hidup terus berjalan seperti biasa.

Dan dengan itu, meskipun semua telah berubah, segalanya terasa... lega.

(Oh ya,Murid yang berubah menjadi alter ego itu Nefa ya,Dan nasib pembully yang membuat Nefa sampai mati karna menjadi alter ego itu dihukum Oleh Vishap langsung,Dia menyuruh mereka Untuk beranjak dari akademi,Dan juga membuat tidak ada akademi yang ingin menerima mereka sebagai murid karna kejadian itu,Mereka disuruh minta maaf langsung ke keluarga Nefa,Mereka juga disuruh denda sebesar 3,5 triliun Per orang,layak sih,adil banget Vishap ya. Karna lagian mereka membully Vishap itu bahkan Hampir mencelakai keluar Nefa,Makanya Nefa sampai stress gitu,jadi ya udah parah banget lah,padahal belum Satu semester)