Waktu terus berlalu, satu bulan penuh sejak insiden di Akademi Viper. Hari-hari terasa berjalan lambat dan tanpa warna. Bagi K, yang biasanya tak pernah peduli dengan apa pun, situasi ini terlalu monoton. Tak ada latihan fisik, tak ada pelajaran absurd dari Vanther, bahkan tak ada drama kecil seperti Nobu yang meledak-ledak di kelas. Semua terasa seperti... stagnan.
Namun, semuanya mulai berubah ketika grup chat kelas yang biasanya penuh keluhan soal tugas kini dipenuhi sesuatu yang lebih... menarik.
....
[Grup Chat Kelas 1-C]
Julia: "Oke, dengar semua. Aku dan Julian punya ide."
Brandon: "Kalau ini soal tugas lagi, gue keluar dari grup."
Julian: "Enggak, kali ini lebih menarik. Kita mau ngajak kalian semua liburan ke Torus."
Ane: "Torus? Serius? Itu di bagian utara Aurevast, kan? Tempat yang terkenal indah banget?"
Julian: "Betul sekali. Kami sudah cek tempatnya, dan bakal seru. Udara segar, pemandangan indah, gak ada guru yang ganggu, dan tentu saja... bebas tugas untuk sementara!"
Nobu: "Tunggu. Tunggu. Tunggu. Berapa biaya yang harus gue bayar? Jangan ngaco ya, gue gak sekaya kalian."
Julia: "Santai aja, Nobu. Aku dan Julian yang akan tanggung semuanya. Transportasi, penginapan, makanan. Ini hadiah kecil untuk kelas kita."
Froze: "Whoa, serius? Kalian beneran bakal bayar semuanya? Itu pasti mahal banget!"
Julia: "Ya jelas. Uang kami kan gak bakal habis cuma buat liburan kelas kecil ini."
Brandon: "Hahaha, kelas kecil? Julia emang selalu suka merendahkan kita semua, tapi kalau ini liburan gratis, gue sih ikut aja!"
Fritz: "Aku juga ikut! Selama ada makanan enak, aku gak keberatan!"
Chloe: "26 jam perjalanan, ya? Tapi oke, aku juga ikut. Aku butuh suasana baru."
Nobu: "26 jam? Kita ke Torus pakai apa? Gak mungkin jalan kaki, kan?"
Julian: "Tentu tidak, Nobu. Kami sudah menyewa sebuah van besar untuk perjalanan ini. Cukup nyaman, dan semua orang bisa ikut. Jadi, gak ada alasan untuk menolak."
Loomian: "Aku suka ide ini. Torus terkenal punya satwa liar yang menarik. Aku penasaran!"
K: "Hah, liburan? Cuma buang-buang waktu. Kalian semua lebay."
Chloe: "Kamu bilang 'buang-buang waktu' tapi aku yakin kamu bakal ikut juga. Dasar."
K: "Jangan terlalu percaya diri, Chloe."
Nobu: "AYO SEMUA SETUJU! KITA BUTUH LIBURAN! AKU SUDAH MUAK DENGAN TUGAS-TUGAS INI!"
Brandon: "Yuk, kita semua setuju aja. Nobu udah kayak bom waktu sekarang."
Froze: "Haha, aku suka kalau Nobu lagi berapi-api begini. Lebih seru daripada tugas matematika itu."
Julia: "Bagus. Kalau semua setuju, aku akan urus semuanya. Kita berangkat Sabtu pagi. Pastikan kalian siap!"
Hari Sabtu pun tiba. Di sebuah terminal kecil dekat kota, sebuah van besar berwarna hitam mengilap menunggu mereka semua. Julia dan Julian berdiri di depan van dengan gaya seperti pemandu wisata profesional. Julia mengenakan jaket kulit berwarna cokelat muda, sementara Julian dengan kemeja santai dan senyum lebar. Mereka tampak seperti duo bos kelas atas.
"Selamat pagi semuanya!" seru Julian ketika semua murid mulai berdatangan. "Sudah siap untuk perjalanan panjang yang menyenangkan?"
"Siap, bos! Tapi kalau gak ada makanan, aku bakal marah!" teriak Fritz sambil mengangkat tangan.
"Tenang saja. Aku sudah pesan banyak camilan untuk kalian. Lagipula, kami ini tuan rumah yang baik, kan?" balas Julia sambil tersenyum kecil.
K datang paling terakhir, dengan ekspresi bosan yang tak berubah. Dia membawa tas ransel kecil di punggungnya. Chloe, yang sedang berbicara dengan Ane, melirik dan menyeringai. "Akhirnya kamu datang juga, K. Katanya gak mau ikut?"
"Ini bukan karena aku mau," jawab K dingin. "Aku cuma gak ada hal lain yang bisa dilakukan."
"Klasik K," gumam Chloe sambil menggeleng pelan.
Setelah semua murid masuk ke dalam van, perjalanan panjang menuju Torus dimulai. Jalanan panjang, lagu-lagu dari playlist Brandon yang terlalu keras, dan obrolan tanpa henti dari Nobu yang terus mengeluh soal perjalanan 26 jam ini mengisi suasana. Tapi bagi mereka semua, ini adalah awal dari petualangan baru yang—siapa yang tahu—bisa menjadi sesuatu yang lebih menarik daripada sekadar liburan.
Perjalanan panjang menuju Torus ternyata tidak sesederhana yang mereka bayangkan. Meski awalnya semua tampak bersemangat, tak butuh waktu lama untuk rasa lelah, lapar, dan bosan menyerang. Namun, itu juga menjadi momen di mana interaksi antar murid semakin beragam—baik lucu, menyebalkan, maupun tak terduga.
[Pukul 7 pagi – Berangkat dari kota]
Julia: "Oke semuanya, duduk di tempat masing-masing, dan jangan lupa pakai sabuk pengaman! Ini bukan roller coaster, tapi perjalanan panjang bisa bikin kalian terpental kalau gak hati-hati."
Brandon: "Santai aja, kita semua profesional dalam urusan duduk. Tapi gimana playlist-nya? Jangan ada lagu aneh-aneh, ya."
Ane: "Yang penting bukan lagu-lagu jadul. Aku gak mau dengar lagu dari zaman kakek-nenek kita."
Froze: "Kalau ada lagu rock klasik, aku mau! Itu bikin suasana lebih keren!"
Nobu: "Bodoh banget sih kalian ributin lagu. Yang penting ada makanan di jalan, itu baru masalah serius."
Chloe: "Nobu, ini baru jam 7 pagi. Kita bahkan belum lapar. Bisa gak fokus menikmati perjalanan dulu?"
Nobu: "Tch, kalian gak ngerti penderitaanku."
K: (Duduk di belakang, memejamkan mata.) "Bahkan sebelum perjalanan dimulai, kalian semua udah bikin pusing. Ini akan jadi 26 jam neraka."
[Pukul 10 pagi – Restoran kecil pertama]
Setelah sekitar tiga jam perjalanan, van berhenti di sebuah restoran kecil di pinggir jalan. Suasana restoran sederhana tapi nyaman, dengan aroma makanan lokal yang menggugah selera.
Fritz: "Akhirnya! Aku lapar banget. Kalau gak berhenti sekarang, aku bakal makan Brandon."
Brandon: "Berani coba, bro? Aku bakal ngelawan!"
Julia: "Ayo, ayo, jangan drama. Kita cuma punya waktu satu jam, jadi pastikan kalian makan cepat dan jangan bikin masalah."
Chloe: (Menghela napas.) "Kayak siapa yang mau bikin masalah aja."
Semua murid segera memesan makanan. Nobu terlihat paling heboh dengan pilihan menu.
Nobu: "Aku mau semuanya. Ya, semuanya. Nasi goreng, mie goreng, ayam bakar, ikan bakar..."
Ane: "Nobu, itu terlalu banyak! Kamu bahkan gak bakal bisa makan separuhnya."
Nobu: "Siapa bilang? Aku lapar. Dan jangan ganggu aku."
K: (Memilih duduk sendiri di pojok restoran sambil menatap layar ponselnya. Chloe mendekat sambil membawa makanan.)
Chloe: "Kamu gak pesan apa-apa?"
K: "Gak lapar. Lagipula, makanan di sini keliatan biasa aja."
Chloe: "Serius, kamu mau kelaparan selama perjalanan?" (Menyodorkan piringnya.) "Ambil ini. Aku tahu kamu gak akan bertahan lama."
K: (Mengambil sedikit tanpa berkata apa-apa.) "Terserah."
[Pukul 2 siang – Restoran kedua]
Perjalanan berlanjut setelah sarapan. Beberapa murid mulai terlihat lelah dan tertidur di dalam van. Namun, saat van berhenti di restoran kedua untuk makan siang, suasana kembali hidup.
Froze: "Tempat ini jauh lebih bagus dari restoran sebelumnya. Lihat, mereka punya es krim!"
Brandon: "Kita makan siang, bro, bukan makan pencuci mulut dulu."
Nobu: (Sudah memesan es krim tiga rasa.) "Ngomong apa kamu? Hidup ini harus dimulai dengan sesuatu yang manis."
Sementara itu, Julian berdiri di depan van sambil memastikan semua murid kembali tepat waktu.
Julian: "Oke, siapa yang belum masuk van? Nobu, buruan! Aku gak mau nunggu 15 menit cuma karena kamu beli es krim lagi!"
Nobu: (Teriak dari dalam restoran.) "Sabar, aku cuma beli satu lagi!"
Julia: "Kalau dia gak naik dalam 5 menit, kita tinggal aja."
Chloe: (Mendekati K yang sedang duduk sambil mengetik di ponselnya.) "Apa yang kamu tulis?"
K: "Grup chat. Aku bilang kalau kita harus tinggalin Nobu di sini sebagai pelajaran."
Chloe: (Tertawa kecil.) "Kamu benar-benar dingin."
[Pukul 8 malam – Istirahat makan malam]
Malam tiba, dan perjalanan dilanjutkan setelah makan malam. Murid-murid mulai kelelahan, dan suasana di dalam van menjadi lebih tenang. Hanya beberapa suara pelan dari mereka yang masih terjaga.
Ane: (Menyandarkan kepala di kaca jendela.) "Lama banget ya perjalanan ini... tapi aku suka. Rasanya damai."
Brandon: "Damai? Aku malah udah pengen cepat-cepat sampai. Kursi ini gak nyaman."
Fritz: "Aku cuma butuh bantal. Kalau ada bantal, aku bisa tidur di mana aja."
Nobu: (Masih mengunyah camilan yang entah dari mana datangnya.) "Kalian lemah. Aku bisa terus makan tanpa tidur."
Chloe: (Memandang keluar jendela sambil tersenyum tipis.) "Torus pasti indah. Aku gak sabar lihat gunung-gunungnya."
K: (Mendengus pelan.) "Kamu terlalu optimis. Jangan-jangan tempatnya overrated."
Chloe: (Melirik K.) "Kalau itu benar, aku akan salahkan kamu. Karena kamu selalu bawa aura pesimis."
K: (Mengangkat bahu.) "Terserah."
[Pukul 6 pagi – Tempat istirahat terakhir]
Van berhenti di sebuah rest area kecil. Udara pagi terasa segar, dan beberapa murid mulai terbangun perlahan.
Ane: (Menggosok mata sambil turun dari van.) "Aduh, tidur di van itu gak enak banget. Punggungku sakit."
Brandon: (Menguap lebar.) "Sama. Tapi lihat sisi positifnya, kita hampir sampai."
Chloe: (Membuka pintu van dan melirik K yang masih tidur.) "Hei, bangun. Udara pagi segar, loh."
K: (Menggeram pelan tanpa membuka mata.) "Pergi. Aku masih mau tidur."
Julia: "Ayo semuanya, istirahat sebentar, tapi jangan terlalu lama. Kita akan melanjutkan perjalanan dalam satu jam."
Meski lelah, semangat kembali terasa saat mereka sadar bahwa perjalanan panjang ini hampir berakhir. Dan di balik kebosanan dan keluhan mereka, ada antisipasi yang mulai tumbuh—Toros menunggu mereka, bersama petualangan yang tak terduga.
[Pukul 2 siang – Kedatangan di Torus]
Van berhenti perlahan di puncak bukit yang tinggi, tepat di tempat perhentian terakhir mereka. Udara segar langsung terasa begitu pintu van dibuka, seolah-olah menyambut mereka dengan hangat. Langit biru yang cerah dipadukan dengan awan-awan putih yang tampak begitu dekat hingga terasa bisa diraih.
Julia: (Melompat turun dari van dengan semangat.) "Akhirnya! Lihat tempat ini, guys! Worth it banget, kan?"
Ane: (Melangkah keluar dengan mata terbelalak.) "Wah... aku gak nyangka bakal seindah ini. Rasanya kayak di surga."
Brandon: (Menengadahkan kepala, memperhatikan awan-awan.) "Kita cuma 69 km dari awan? Gila, ini tinggi banget."
Froze: "Aku gak pernah lihat pemandangan kayak gini sebelumnya. Anginnya... segar banget."
Nobu: (Menghela napas panjang, melipat tangan di dada.) "Hmm, oke... ini indah, tapi aku lapar. Jadi, kapan kita makan siang?"
Fritz: "Nobu, kamu selalu mikir perut duluan. Nikmati pemandangan ini dulu!"
Chloe: (Berjalan pelan sambil menikmati angin.) "Tempat ini luar biasa. Aku gak nyangka bakal terasa damai seperti ini."
K: (Duduk di tepi van, mengamati semuanya tanpa berkata apa-apa.) "Cuma bukit tinggi. Gak ada yang spesial."
Chloe: (Tertawa kecil.) "Kamu memang selalu punya cara untuk merusak suasana, ya."
Julian: (Melambaikan tangan ke arah mereka.) "Hei, semuanya! Jangan terlalu lama bengong. Kita masih harus jalan kaki ke villa."
Julia: (Menyambung dengan suara tegas.) "Betul. Jadi rapihkan barang-barang kalian, kita berangkat dalam 10 menit. Dan tolong, jangan tinggalkan sampah di sini."
[Pukul 2.30 siang – Perjalanan ke villa]
Mereka mulai berjalan kaki menuruni bukit menuju villa yang sudah disewa Julia dan Julian. Jalan setapak itu dikelilingi pepohonan tinggi, dengan sesekali celah yang memperlihatkan pemandangan lembah di kejauhan.
Ane: (Memegang kamera, memotret pemandangan.) "Aku gak bisa berhenti ambil foto. Setiap sudutnya kayak lukisan."
Brandon: "Hati-hati kalau jalan, jangan sampai nyemplung ke lembah karena terlalu fokus sama kamera."
Froze: "Kalau ada yang jatuh, aku bisa bikin es buat jadi penahan. Tapi ya, gak janji berhasil."
Chloe: "Froze, itu bukan hal yang lucu."
Froze: (Tertawa.) "Santai, aku cuma bercanda."
Nobu: (Berjalan di belakang sambil membawa tas besar.) "Ini jauh banget. Julia, kamu serius kita harus jalan kaki sejauh ini?"
Julia: (Berbalik dengan ekspresi bosan.) "Nobu, villa-nya ada di ujung jalan ini. Kalau kamu gak jalan, tidur aja di sini."
Nobu: "Hah, aku gak bilang aku nyerah... cuma ngomel doang."
K: (Berjalan di samping Chloe, tanpa membawa apa-apa.) "Kukira mereka akan menyewa tempat yang lebih dekat."
Chloe: (Tersenyum kecil.) "Mungkin, tapi jalan kaki seperti ini menyenangkan. Kamu gak setuju?"
K: (Mengangkat bahu.) "Lumayan."
[Pukul 3 sore – Sampai di villa]
Setelah setengah jam berjalan, mereka akhirnya tiba di depan villa besar yang berdiri megah di tengah-tengah hutan pinus. Villa itu memiliki arsitektur modern dengan sentuhan klasik, dikelilingi taman yang tertata rapi.
Ane: "Oh. My. God. Ini lebih besar dari yang aku bayangkan!"
Froze: "Bisa muat satu kelas plus keluarga kita masing-masing, kayaknya."
Julia: (Membuka gerbang depan.) "Selamat datang di tempat kami selama liburan. Tapi sebelum masuk, ada satu hal yang harus dilakukan dulu."
Brandon: (Mengangkat alis.) "Apa itu? Foto grup?"
Julia: "Bukan. Makan siang dulu, dong. Aku gak mau ada yang ngeluh kelaparan saat unpacking nanti."
Nobu: (Berteriak dengan gembira.) "Akhirnya! Julia, ini pertama kalinya aku setuju sama kamu."
Julian: (Menunjuk meja piknik yang sudah disiapkan di taman villa.) "Makanannya udah disiapin di sana. Jadi, silakan ambil sendiri dan nikmati udara segar."
Mereka segera bergerak ke arah meja piknik, di mana berbagai makanan mulai dari sandwich, salad, hingga minuman segar telah tertata rapi.
Brandon: "Ini baru hidup. Makan dengan pemandangan kayak gini, siapa yang bisa nolak?"
Chloe: (Duduk di salah satu kursi taman.) "Aku bisa betah di sini."
K: (Mengambil sandwich tanpa banyak bicara.)
Froze: (Melihat K sambil tersenyum.) "Hei, K, apa kamu gak mau bilang sesuatu? Misalnya, 'tempat ini lumayan oke'?"
K: (Mengunyah pelan.) "Oke lah, kalau dibandingin sama monoton di rumah."
Nobu: (Memasukkan makanan ke mulutnya dengan antusias.) "Aku gak peduli apa pun. Yang penting perutku kenyang dulu. Baru kita bahas apa yang mau kita lakukan besok!"
Dan begitu makan siang selesai, mereka semua masuk ke dalam villa dengan rasa penasaran—liburan baru saja dimulai.
Villa ini cukup luas dengan,Di lantai pertama ada ruang tengah/ruang tamu. Di kanan ada dapur untuk makan dan memasak. Di kiri ada ruangan film untuk nonton. Di lantai 2 ada 4 kamar, Di kiri 2 di kanan 2. Lalu di bagian kanan lantai 2 juga ada gym. Di lantai 2 bagian kiri ada Ruangan yoga. Ya begitu lah denah d villa ini. Di dalam juga sangat klasik,tapi tetap terlihat mewah,Semua peralatan di dalam villa ini juga mempunyai kualitas yang top.
[Pukul 3.30 sore – Pembagian Kamar di Villa]
Setelah selesai makan siang dan beristirahat sejenak di ruang tengah, suasana mulai ramai kembali. Villa ini memang luar biasa megah, tetapi tujuan utama mereka sekarang adalah menentukan siapa tidur dengan siapa.
Julia: (Berdiri di tengah ruangan sambil bertepuk tangan.) "Oke, semuanya! Sebelum kita mulai mengacaukan villa ini, kita harus tentukan dulu siapa tidur dengan siapa. Kita ada empat kamar di lantai dua, jadi tiga orang per kamar."
Nobu: (Langsung berdiri.) "Aku gak mau sekamar sama orang yang berisik. Jadi, aku gak mau sekamar sama Fritz."
Fritz: (Memasang ekspresi dramatis.) "Wah, aku baru mau bilang aku gak mau sekamar sama kamu. Kita sehati banget, Nobu."
Brandon: "Kalau gitu, aku pilih Fritz. Aku butuh hiburan malam."
Froze: "Aku juga mau sekamar sama Fritz. Dia lucu, kayak badut gratis."
Fritz: (Memasang ekspresi bangga.) "Lihat kan, Nobu? Orang-orang menghargaiku!"
Nobu: (Memutar mata.) "Ya, ya, anggap saja begitu."
Julia: "Tunggu dulu. Kita atur satu-satu biar gak ribut. Aku dan Julian pasti sekamar, itu udah jelas."
Julian: (Mengangkat tangan.) "Iya, aku gak mau drama kamar."
Ane: "Aku mau sekamar sama Chloe. Dia tenang, jadi gak akan ada masalah."
Chloe: (Tersenyum kecil.) "Aku gak keberatan."
Julia: "Oke, jadi Ane, Chloe, dan siapa lagi?"
Nobu: (Langsung angkat tangan.) "Aku! Aku mau kamar yang tenang, jauh dari Fritz."
Chloe: (Melirik Nobu.) "Selama kamu gak bikin keributan, aku gak keberatan."
Froze: (Berkata santai.) "Aku ambil kamar sama Fritz dan Brandon. Itu udah cocok banget."
Fritz: "Setuju. Kita trio legendaris sekarang."
K: (Duduk di sofa tanpa bicara, terlihat tidak peduli.)
Julia: "K, kamu mau sekamar sama siapa?"
K: (Mengangkat bahu.) "Siapa aja. Asal gak terlalu ribut."
Eno: (Mengangkat tangan perlahan.) "Aku bisa sekamar sama K. Aku gak terlalu ribut, kok."
Loomian: "Aku juga bisa. Kita bertiga aja, gimana?"
Julia: (Mencatat sambil tersenyum.) "Oke, itu selesai. K, Eno, dan Loomian di satu kamar."
Julia: "Jadi, kamar terakhir adalah aku, Julian, dan Froze?"
Brandon: (Memotong.) "Aku sama Fritz dan Froze."
Julia: (Memperbaiki catatan.) "Oh, iya. Kalau gitu selesai. Berikut ini pembagian kamarnya:"
Pembagian Kamar:
1. Kamar 1: Julia, Julian, dan Chloe
2. Kamar 2: Ane, Nobu, dan K
3. Kamar 3: Brandon, Fritz, dan Froze
4. Kamar 4: Eno, Loomian, dan Cramaric.
Nobu: (Menghela napas lega.) "Akhirnya selesai juga. Sekarang aku bisa istirahat dulu."
Brandon: "Istirahat? Kita belum eksplor villa ini, bro. Aku mau lihat gymnya dulu."
Froze: "Aku ikut. Siapa tahu ada treadmill bagus di sana."
Julia: "Terserah kalian. Tapi ingat, jangan rusak apa pun di sini. Ini tempat mahal, oke?"
Fritz: (Tertawa.) "Siap, bos besar."
Dengan pembagian kamar selesai, semua perlahan menyebar ke berbagai sudut villa, menikmati kemewahan tempat itu dengan cara mereka masing-masing. Hari pertama liburan mereka baru saja dimulai.