Can I? [8]

Julya kini sedang menata rambutnya ia bersiap-siap untuk bertemu dosennya ia duduk dengan tenang saat dirasa sudah semuanya ia bawa dan pakaiannya pun tak terbuka agar sang dosen tidak marah lagi karna pakaiannya terbuka.

Julya terus melihat sekitarnya menunggu kedatangan sang dosen ia terus gelisah dan mulai bosan ia berkali-kali meng scroll akun insta nya untuk menghilangkan rasa bosannya namun dosennya belum juga datang sudah 2 jam ia menunggu disana terus melihat sekeliling berkali-kali namun tak ada tanda kedatangan dosennya itu, Julya sudah putus asa akhirnya ia ingin menelpon dosennya namun sang empu pun yang duluan menelponnya.

"Halo.. dimana kamu? Udah 30 menit saya tungguin ini"

"Loh.. ibu dimana, saya di lantai 2 bu nunggu ibu saya udah 2 jam disini loh"

"Ya sudah! Kamu turun sekarang" dosen itu langsung menutup teleponnya membuat Julya ternganga menahan kesal, ia pun buru-buru mengambil semua barangnya dan turun ke lantai 1.

Julya memasang wajah cerianya dan duduk di depan dosennya. Saat Julya duduk dan membenahi barangnya dosen itu langsung memperhatikan barang-barang Julya menaruh rasa ketertarikan.

"Saya gak usah bertele-tele ya.. mana skripsi kamu?" Tanya dosen itu menyodorkan tangan meminta hal.

Julya langsung memberikan flashdisknya pada sang dosen dan dosen bernama susi itu pun memasukan flashdisk milih Julya ke laptopnya ia mulai membacanya.

"Oh iya bu ini satu lagi" Julya memberikan berkas skripsinya dalam bentuk dokumen.

10 menit sudah berlalu Julya merasa gugup karna dosennya tak bergeming dan tetap fokus membaca isi skripsiannya.

Saat sang dosen mulai melirik Julya, Julya langsung sedikit mendekat pada dosennya.

"Bagaimana bu? Gak ada revisi lagi kan?" Tanya Julya.

"REVISI! Topik pembahasannya kurang dalam!" Ucap sang dosen dengan tegas.

Julya menunduk lemas, tatapannya terlihat seperti tatapan putus asa. Telinganya mulai berdengung ia terus menunduk dengan tatapan kosong sampai ia tak sadar dosennya telah pergi ia terlihat sangat frustasi sekarang sampai tak sadar kalau ia dibawa oleh seorang pria di gendong di bawa ke mobil dan akhirnya sampai di sebuah tempat yang tidak familiar yaitu ruang tengah keluarga Davinchi. Julya di bawa oleh Hector salah satu keluarganya di Davinchi.

Ctak! Ctak!

Helio menjentikkan tangannya di depan muka sang kaka agar sang kaka tersadar. "Kak" panggil Helio.

Julya dengan wajah linglung melihat sekitar ia memperhatikan sekitarnya. "Haa.. Loh.. kok bisa disini?" Tanya Julya kebingungan.

"Kamu kemana saja hah? Katanya mau ketemu dosen tapi sampe sore gini belom pulang di telpon gak diangkat untung ada Hector nemuin kamu di kafe kaya orang lagi di hipnotis" omel Davin.

"Loh.. tadi.. hah.." Julya juga kebingungan akan hal ini ia lost vision saat dosennya revisi untuk kesekian kalinya.

"Waah.. udah nih.. gimana coba kak kalo aku gak nemuin kamu, ini minum dulu" ucap Hector memberikan minuman, namun saat Julya ingin menerimanya Hector malah menariknya lagi. "Sadar dulu kak.. kaka biasanya gak percaya sama siapapun sampe keluarga pun gak di percaya ini tumben kaka mau nerima minuman dari Hector" ucap Hector sedikit curiga dan membuat Julya sadar.

"Haaah.. benar.. dimana barang-barangku?" Tanya Julya.

"Ada di mobil lagi di bawain, udah sadar dulu baru minum ini" ucap Hector menaruh mug berwarna hitam itu di meja.

"Ada apa? Kau sampai lost vision bahkan seperti tak sadarkan diri seperti itu, kenapa? Revisi lagi? Nanti ku bantu deh.. jangan kaya gini ya.. nanti kesurupan looh.." ucap Mada menenangkan Julya.

"Apaan sih" Julya mendorong keras Mada agar menjauh.

"Syukurlah nona/muda sudah sadar" ucap beberapa orang disana bersamaan.

"Haaahh.." Julya merasa malu karna di pertontonkan akhirnya ia beranjak pergi dari sana menghindari mereka.

Julya duduk di balcony kamarnya yang tertuju pada pemandangan pegunungan luas yang dibawahnya ditanami oleh bunga hydrangea berwarna biru, pink, dan ungu. Ia melihat langit yang mulai berwarna biru tua dengan sedikit warna sunset yang tertinggal.

Julya mengeluarkan senapan jenis M40 nya dan mengarahkan kearah pelayan yang ada dibawah sana sedang menyapu halaman belakang.

Doorr!

Darah keluar dari bagian kepalanya sebelum ia terbaring ketanah Julya merasa puas dengan itu ia menaruh pistolnya di meja dan menuangkan wine pada gelasnya tak lama saat Julya menyeruput segelas winenya semua orang datang pada area kejadian membuat keributan satu keluarga disana.

Julya menatap keluargannya yang bodoh itu mengerubungi mayat segar pelayan wanita itu. Davin yang menyadari kehadiran Julya yang dengan santainya memandangi mereka dengan segelas wine pun menghampiri Julya dari bawah mendongak keatas balcony.

"Apa kau yang melakukannya?" Tanya Davin.

"Iya! Karna dia bertitid dan memakai wig aneh" jawab Julya dengan santai Davin yang mendengar itu pun merasa kebingungan dan langsung berbicara pada radio.

"Cek korban berikan data-datanya padaku" ucap Davin pada radio.

"Baik bos!"

Davin pun kembali ketempat awalnya yaitu ruang tengah menunggu yang lain mengidentifikasi identitas pelayan itu.

Julya masih dengan santai memandangi mereka dari atas bak semut hitam yang membawa kawanannya yang gugur. "Bodoh"

Julya menaruh gelas winenya dan menutup pintu balcony nya.

Srak!

Julya menarik gordeng nya menutup kaca pintu balcony. Julya duduk di meja komputernya entah apa yang ia lakukan dengan serius.

Knock! Knock! Knock

Seseorang mengetuk pintu kamar Julya. Julya menendang mejanya agar roda kursinya berjalan kearah pintu. Julya membuka pintunya dan menatap pelayan wanita yang mengantarkan barang-barang Julya yang tertinggal di mobil Hector.

"Taruh di atas kasur saja, ohh.. belikan atau bikinkan aku salad buah tapi jangan pakai mayo pakai yogurt ajah sama susu isiannya jangan kaya kemarin ya semangka melon, semangka melon boseen.. kalo gak ada bahannya beli ajah di aplikasi" titah Julya memberikan 200.000 dolar padanya.

"Ini terlalu banyak nona" ucapnya.

"Untuk mu kalau ada sisa, pergilah jangan lupa menutup pintunya" ucap Julya pelayan itu pun menurut dan Julya kembali pada komputernya.

Beberapa menit berlalu Julya mengambil laptopnya. Laptopnya ia taruh di samping kiri monitor karna monitor utamanya ia pakai untuk menonton resep masakan untuk ia berikan pada Ernest kelak saat ia selesai mempraktikan seperti di tutorial.

Julya sibuk membuat ulang skripsinya dengan telinga yang juga sibuk mendengarkan resep tutorial namun ia masih bisa fokus dengan isian skripsinya.

Braak!

Julya menoleh ke sumber suara ia melihat Otran yang menenakan pakaian rumahannya dengan kaos kutang dan celana jeans dan juga ada Theodore di sebelahnya dengan memakai kaos hitam ketat dan celana trening berwarna biru tua.

Julya terlihat malas melihat mereka ia berbalik pada laptopnya kembali mengidahkan mereka. Otran menyala matikan lampu kamar Julya sedangkan Theodore merusuh dengan cara meletakan earphone Julya ke meja, mematikan monitor, dan menutup laptop Julya sehabis itu Otran meninju-ninju angin di dekat wajah Julya yang datar.

Julya bangun dari duduknya dan mengambil senapan laras panjangnya membuat kedua lelaki itu dengan cepat kabur dari sana.

Door! Door! Doorr! Doorr! Doorr! Doorr!

Suara bredet terdengar sampai luar rumah membuat satpam di depan gerbang langsung berdiri melihat sekitar dan di ruang tengah yang sedang ramai dengan suara tawa orang-orang yang sedang bermain poker pun sekarang terdiam tertuju pada sumber suara.

"AAAA!" Theodore terjatuh dari lantai dua karna panik dengan Julya yang tiba-tiba mengamuk membredet kaka-kakannya yang berniat menghibur nya kesakitan.

"ADA APA INI!?" Teriak Davin.

"Aduuh.." Theodore mengaduh karna kakinya terasa seperti patah dan tangan kanannya yang juga tercengklak.

"Astagah" Davin terlihat mengusap wajahnya saat memperhatikan sekitarnya, Otran yang setengah sadar di lantai atas mengarah ke tangga, Theodore yang mengaduh sakit, dan Julya dengan wajah datarnya dengan santai memegang senjata laras panjang yang menyebabkan itu semua.

☆ミ

Kini pukul 1 subuh Terlihat di dekat area Heli pad dua orang dengan perban di bagian luka tengah bersimpuh di hadapan seorang wanita yang memegang laras panjang dan 12 orang lainnya di belakangnya menontoni.

"Apa alasan kalian menggangguku?" Tanya Julya dengan tatapan marah.

"Ka-kami cuma ingin menghiburmu kok" jawab Theodore sedikit gelagapan.

"Lalu? Apa aku terlihat senang sekarang?" Tanya Julya.

Hening.

"Jawab!"

"Tidak!" Jawab mereka berdua.

"Ini sudah ke3 kalinya aku peringati, aku berterimakasih kalau kalian mau menghiburku tapi gak begini caranya.. kalian malah membuatku marah saja kalau terus melakukan itu.. aku berterimakasih atas niat kak Theo dan North lalu kak Quico Martez landwind walau ia tidak ada disini dan juga kak Aeesha walau gak pernah keliatan dan sekalinya kelitan kaya anomali" ucap Julya yang perlahan pergi dan digantikan oleh Davin yang berdiri di depan kedua pria itu.

"Itu namanya kalian membangunkan singa yang sedang tertidur lelap, hahahaha!" Tawanya kencang diikuti yang lain.

Pyuuh!

Kartrid SP-4 meluncur dengan mudah menembus lantai tepat di samping kaki Davin, Theo melihat sang pelaku yang ternyata Julya yang mengarahkan pistol stechkin (pistol senyap).

"Brisik!" Ucap Julya setelah mendapatkan tatapan dari mereka dan pergi begitu saja dari sana.

Kejadian malam ini mengakibatkan hilangnya 12 peluru dan satunya tertancap di pundak kiri Otran dan Theodore yang panik melompat dari lantai dua dan mengakibatkan patah tulang di kaki dan tulang tangan kanan yang bergeser mengakibatkan mereka berdua akan beristirahat hingga pulih dan itu semua art by Julya Feyna Gelina.

To Be Contineu