Can I? [12]

Suara garpu dan sendok berdentingan bersamaan di ruang makan saat ini. Di ruang makan di hari terakhir Davin berada disana untuk makan bersama.

Davin dan Eve akan pergi setelah sarapan pagi itu selesai menyisakan beberapa orang di mansion. Julya selesai duluan menyisakan banyak makanan di piringnya. Ia tak peduli dengan itu dan langsung pergi dari ruangan itu memperlihatkan rasa kesalnya.

"Julya.." panggil Eve saat tau makanan Julya belum habis saat Eve ingin bangun Davin menahannya dan bergeleng.

"Biarkan dia" ucap Davin.

"Apa yang terjadi?" Tanya Eve.

"Dia kecewa karna kita akan pergi lagi" jawab Davin. Mendengar itu Eve pun hanya diam dan melanjutkan makannya.

Yang lain hanya melirik kejadian itu saja lalu melanjutkan makan mereka.

Julya kini berada di Aviary merenung menatap sungai buatan dengan tatapan kosong. Julya mengepang rambut panjangnya ia kini mengenakan dres berwarna hijau.

"Julya.. tidak baik melamun seperti itu di tempat seperti ini" ucap seorang pria di belakang Julya.

"Apa urusannya dengan mu" ucap Julya menatap pantulan orang itu dari air, yang ternyata adalah Davin.

"Dari pada kau melamun dan disini setiap kau kesepian lebih baik kau ikut dengan ku" ucap Davin.

"Kemana? Bukannya keberangkatan kalian sebentar lagi?" Tanya Julya.

"Ikut saja" Davin pergi dari sana diikuti Julya.

Kini mereka berdua berada di dalam mobil berjalan ke suatu tempat. "Aku yakin kau merasa sedih karna anjing kesayangan mu mati kan... jadi mari kita adopsi hewan untuk menemanimu" ucap Davin membelokan mobil ke toko Hewan.

"Halo selamat siang tuan.. apa yang anda cari?" Tanya penjaga toko.

"Aku ingin mengadopsi hewan untuk putriku" jawab Davin menunjuk Julya yang sudah berjalan mengelilingi kandang berisi banyak hewan.

"Oh iya.. mari saya perlihatkan hewan dengan kualitas terbaik di toko kami" ucap wanita itu menunjuk arah.

"Julya ayo" panggil Davin Julya pun mengikuti Davin.

"Disini ada beberapa anjing puddles, anjing pud, bulldog, chihu—" belum selesai wanita itu menjelaskan Julya memotongnya berbicara.

"Aku ingin kucing besar" ucap Julya.

"Aaaa... hahaha.. kalau kucing besar seperti harimau dan sebagainya kami tidak menjualnya karna mereka hewan yang dilindungi kalau anda mau kami punya kucing jenis maine coon" ucap wanita itu.

"Itu yang ku maksud.. tunjukan" ucap Julya datar.

"Ohh.. kemarilah" wanita itu menunjuk jalan Julya dan Davin pun mengikutinya.

"Ini koleksi kita maine coon yang dewasa dan maine coon yang masih kecil" ucap wanita itu menunjuk kandang 2 besar.

"Aku ingin yang kecil berwarna hitam dengan mata hijau" ucap Julya.

"Baiklah" wanita itu pun segera mengurusnya. "Ada lagi?" Tanya wanita itu.

"Apa kau punya husky?" Tanya Julya.

"Kami punya husky dan serigala disini" jawabnya.

"Husky saja aku tak ingin berurusan dengan goverment dan kepolisian" ucap Julya.

"Haha.. baiklah akan ku tunjukan koleksi toko kami" ucap wanita itu menunjuk arah.

"Aku lebih tertarik dengan husky yang murung itu.. ada apa dengannya?" Tanya Julya.

"Itu karna kakinya patah sehabis lomba.. karna itu ia jadi putus asa.. kasihan dia" jawab wanita itu.

"Aku ingin mengadopsinya juga" ucap Julya Wanita itu pun tersenyum karna 30 juta sudah ada di depan mata ia dengan semangat membillnya.

Kini mereka berada di depan kasir untuk membayar. "Mau sekalian makanan dan pelaratannya tuan dan nyonya?" Tanya wanita itu.

"Mmm.. apa kau bisa mengirimnya? Mobilku hanya bisa membawa 2 orang" ucap Davin.

"Tentu saja bisa pak.." jawab wanita itu.

"Baiklah aku juga membeli kandang, makanan dan alat-alat lainnya" jawab Davin.

"Baik.. totalnya jadi 67 juta 500 ya pak.." ucap wanita itu.

"Baiklah" Davin mengeluarkan debit cardnya berwarna hitam wanita itu pun menggeseknya pada mesin.

"Tulislah alamat yang ingin dikirim disini" wanita itu menaruh kertas dan pulpen di meja Julya pun menulisnya.

"Sudah?" Tanya Davin.

"Sudah" jawab Julya.

"Kalau gitu kita langsung pergi saja.. yuk" ajak Davin merangkul Julya.

"Terimakasih tuan dan nyonya.. " ucap wanita itu.

Julya dan Davin pergi ke daerah pantai. "Kenapa kesini?" Tanya Julya.

"Pakailah" ucap Davin memberikan pita berwarna hitam.

"Kenapa? Ayah ingin menceburkan ku di laut itu?" Tanya Julya.

"Tidak akan.. trust me" ucap Davin meyakinkan Julya, Julya pun menutup matanya dengan pita itu.

Mobil berhenti di suatu tempat. Davin membuka pintu mobilnya dan menuntun Julya untuk keluar.

"Hati-hati" ucap Davin dengan lembut.

"Mau kemana sih?" Julya kebingungan namun tetap mengikuti sang ayah.

"Shttt.. ikuti saja" ucap Davin. Mereka berjalan kearah sebuah kapal besar. Kapal itu milik Davin yang di hiasi dengan pita dan balon berwarna-warni.

Davin mulai membuka pita yang menutup mata Julya.

"HAPPY BIRTHDAY JULYA!!" ucap mereka barengan seluruh keluarga Davinchi berada di sana dengan Eve yang memegangi kue ulang tahun berwarna putih dengan hiasan jelly seperti permata berwarna hijau zambrut.

"Kalian.." Julya merasa senang karna kali pertamanya ulang tahun di rayakan hanya dengan keluarga yang ia sayangi karna biasanya hari ulang tahunnya di jadikan alasan untuk membuat aliansi kepada orang tua teman-temannya yang diundang.

"Terimakasih" ucap Julya tersenyum pada mereka yang juga tersenyum dengan tulus.

"Make a wish" ucap Eve menyodorkan kue yang ia bawa. Julya melipat tangannya berdoa dalam hati lalu meniupnya.

"YEAYY.." mereka berseru.

"Selamat ulang tahun sayang ku" ucap Eve memeluk Julya dan mencium kedua pipi Julya.

"Terimakasih Madre.."

"Selamat ulang tahun kaka... i wish all the best for you" ucap Lamia memeluk Julya.

"Terimakasih adikku yang ku sayang" ucap Julya membalas pelukan Lamia.

"Selamat ulang tahun kaka.." ucap Helio ingin memeluk Julya namun Julya menahan kepalanya.

"Jijik.. bajingan" Julya pun menghempaskan wajah Helio.

"Sakit tau.. kado nya ada di rumah ya.." ucap Helio.

"Ngado apaan lu?" Tanya Julya.

"Kisi-kisinya membunuh" jawab Helio.

"Oke.."

Bruk!

Hector melompat memeluk Julya. "Arrghh.. brengsek!" Julya membuka kuncian Hector dengan tenaganya.

Bug!

"Ugghh.." Hector kesakitan karna di tendang Julya.

"Mampus" umpat Julya.

"Ss-selamat ulang tahun.. uhukk.." ucap Hector.

"Terimaksih" jawab Julya.

"Kadoku di sana" ucap Hector dengan susah payah menunjuk meja yang berisi kue dan kado.

"Thank you bastard!" Ucap Julya.

"Ooouuhh.. Happy birth day my cousin" ucap Quico.

"Gracias Quico" ucap Julya.

"Bahasa apa itu?" Tanya Quico.

"Bahasa Spanish artinya terimakasih" jawab Julya.

"Oouuu.. pantas aku tidak tau.. aku orang italiano.. hohoho.." ucapnya.

"Hahaha.. kenapa tiba-tiba jadi santa claus dah.." Julya tertawa mendengar suara tawa Quico yang unik.

"Kadonya nanti.. aku gak punya duit" bisik Quico membuat Julya tambah terbahak lagi.

"Astaga.. kau bisa membeli rumah seharga 15 miliyar tapi kenapa kau masih bilang tidak punya uang sih.." Julya bertanya-tanya karna Quico masih berpura-pura tidak punya uang padahal uang tabungannya sangat banyak.

"Kartu atm ku hilang, terakhir aku taro di brangkas pribadi di kamar tapi hilang" jawab Quico.

"Huuuhh.. kasian pasti diambil antara Aeesha atau North" ucap Julya mengompori.

"Hah? Iyakah?" Tanyanya dijawab anggukan oleh Julya. Quico langsung menatap tajam North. "NORTH!" ia berlari mengejar North yang tertawa cekikikan.

"Haha.." Davin merangkul Julya sambil menatap dua orang yang kini berlarian.

"Kado dari ku sudah ya.." ucap Davin.

"Apa? Yang tadi?" Tanya Julya dijawab anggukan oleh Davin. "Itu juga uang jajan ku di kurangin kan" ucap Julya terlihat cemberut.

"Iyalah.. istri ku banyak" jawab Davin.

"Cih.. hati-hati HIV" kesal Julya.

"Tidak akan... karna aku membuat anak dengan cara program bayi tabung, jagoanku tak akan menyentuh wanita mana pun kecuali ibumu" jawab Davin.

"Pria aneh" cibir Julya ia pun pergi menjauhi ayahnya.

Mereka melakukan party sampai malam hari tiba. Dengan Hector yang memainkan musik dj membuat semuanya menikmati dengan kocktail di tangan mereka.

○o.. Bonus ..o○

Esokan harinya Julya kini sedang bergembira karna sidang berakhir dengan cepat jadi Julya bisa melakukan graduet. Kini ia duduk di kursi kemudinya ia membuka ponselnya untuk menelpon Ernest.

Cklik..

"Halo" ucap Ernest di sebrang sana.

"Halo.. kamu ada waktu gak? Aku mau ke mall mau beli baju buat graduet bisa temenin aku?" Tanya Julya.

"Hm.. boleh.. kamu dimana? Aku jemput sekalian kembaliin mobil kamu" jawab dan tanya Ernest.

"Oke.. aku di cute cafe ya.." jawab Julya mulai mengeluarkan mobil dari parkiran.

"Oke on my way" jawabnya lalu menutup teleponnya.

Julya keluar dari kampus menuju ke cafe. Sesampainya ia di parkiran cafe ia menelpon North.

"Halo.. kenapa?!" Tanya North dari sebrang sana sambil teriak.

"Suara lu kenceng banget, bajingan!" Kesal Julya.

"Ya maap gue lagi di kejar sama anjing lu nih!" Ucapnya.

"Lu ke sini bisa gak?" Tanya Julya tak memperdulikan kondisi North.

"Ngapain?" Tanya North balik.

"Bawa mobil gue.. gue mau ngedate" jawab Julya.

"Si anjir.. yaudah sharelok" setelah bicara seperti itu North langsung mematikan telponnya. Julya pun menge share lokasi nya saat ini pada North.

Tak lama North datang bersama Jack dengan motornya Jack. North turun menghampiri Julya yang sedang merokok di samping mobilnya.

"Mana kuncinya?" Tanya North Julya langsung menunjuk kuncinya berada. North langsung menyalakan mobil dan pergi dari sana tanpa menanyakan apa-apa lagi.

Julya mematikan rokoknya lalu menginjaknya. Jack menghampiri Julya.

"Kamu mau ngedate?"tanya Jack dengan suara halus nan lembut.

"Nggak juga sih.. mau nyari baju buat graduet ajah" jawab Julya.

"Sama siapa?" Tanya Jack.

"Sama temen.. kenapa sih nanya terus?" Tanya Julya.

"Gapapa.. gue takut lu diincer gangster lain ajah tiba-tiba.. yaudah gue duluan" jawabnya langsung pergi dari sana.

Julya pun masuk ke dalam cafe ia langsung ke toilet untuk membenarkan riasannya lalu ia duduk di salah satu kursi cafe.

Tring..

Bunyi pesan. Julya melihatnya buble chat itu menampilkan nama Ernest dengan angka 143 entah apa artinya. Pesan itu berisikan foto Julya yang sedang duduk Julya langsung menengok kearah belakang.

"Hai.. kemarilah" ucap Julya saat melihat Ernest.

Ernest duduk di depan Julya. Di cafe itu hanya ada mereka berdua dan pegawai karna cafe itu memang sepi.

"Hai.. mau langsung ke butik ajah? Atau mau ke mall?" Tanya Ernest.

"Kee... mall dulu ajah yuk aku mau liat-liat butik yang ada disana dulu" jawab Julya.

"Oke.. mau sekarang?" Tanya nya lagi.

"Kalo kamu mau pesan dulu, pesan ajah" jawab Julya.

"Nggak aku nanti ajah di mallnya" jawab Ernest berdiri dari duduknya. Julya pun juga ikut berdiri mengikuti Ernest pergi dari belakang.

Di dalam mobil mereka hanya berdiam diri, Ernest fokus menyetir sedangkan Julya melihat-lihat model inspirasi dress yang ia mau.

"Kamu gimana ujiannya?" Tanya Julya pada Ernest.

"Aman.. tinggal skripsi ajah.." jawab Ernest.

"Hm.. berapa umur mu?" Tanya Julya.

"Umurku.. 28 tahun, aku terlambat skripsi karna satu semester aku gak masuk" jawabnya.

"Kenapa?" Tanya Julya.

"Karna aku koma beberapa bulan sampe satu semester aku gak masuk" jawab Ernest.

"Hmm.. komanya gara-gara apa kalau boleh tau?" Tanya Julya mulai tertarik mendengarjan cerita Ernest.

"Gara-gara... aku jatoh dari mobil dengan keadaan pingsan saat itu terus sempet ketabrak mobil lainnya sampe ngehabisin darah untungnya stok darah di rumah sakit memadai.. tapi aku koma" jelasnya.

"Kasian.. lain kali lebih hati-hati lagi ya.. biar gak pingsan" ucap Julya.

"Iya.. aku bakalan lebih hati-hati lagi" jawabnya tanpa melirik Julya. "Sudah sampai"

Mereka pun turun dari mobil menuju kedalam mall. Julya menarik tangan Ernest untuk kedalam salah satu butik.

"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya pegawai itu dengan ramah.

"Aa.. aku mau nyari gaun yang seperti ini.. apa ada?" Tanya Julya menunjukan foto dari ponselnya.

"Hmm.. coba saya carikan ya.. mari ikuti saya" ucapnya menunjukan jalan.

Selagi menunggu Julya melihat-lihat gaun lainnya. Julya memperlihatkan gaun berwarna hitam yang ketat memperlihatkan tubuhnya yang seperti gitar spanyol.

"Gaun yang seperti di contoh tidak ada kaka.. tapi kalau menurut saya gaun untuk pernikahan lebih baik memakai warna yang cerah" ucap pegawai itu merekomendasikan.

"Oh.. gaunnya bukan buat pernikahan tapi buat graduet" jelas Julya menahan rasa malu begitu pula dengan Ernest.

"Ohh.. maafkan ucapan saya.. saya bisa merekomendasikan gaun ini kak di coba saja dulu" ucapnya memperlihatkan gaun berwarna biru muda cerah.

"Hmm.. coba dulu deh" ucap Julya pegawai itu langsung menunjukan jalan untuk mengganti pakaian. Ernest mengikuti mereka dan duduk di depan pintu ruangan pengganti pakaian.

Julya keluar dengan gaun yang amat cantik dan pas di tubuhnya. "Apa gaun ini cocok denganku?" Tanya Julya pada Ernest.

"Cocok.. tapi sepertinya kalau di padukan warna dengan rambutmu, tidak" jawab nya mengomentari setelah terpana dengan penampilan Julya yang begitu cantik.

"Tunggu sebentar saya ambilkan gaun yang mukin akan cocok dengan skintone dan rambut anda" ucap pegawai itu berlari ke gudang.

Setelah menunggu lama Julya keluar dari ruang ganti dan memperlihatkan gaun yang bermodel sabrina dengan paduan warna hijau, biru, dan putih membuat Julya terlihat bagaikan bunga.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Julya lagi pada Ernest.

"Sangat cantik.. kau seperti bunga" jawab Ernest dengan jujur.

"Haha.. sepertinya gaun ini sudah menemukan pemilik yang tepat" puji pegawai itu.

"Aku akan mengambil ini" ucap Julya.

Kini Julya telah mengganti baju dengan baju awal.

Julya menjempit rambutnya agar terlihat fresh. Ia berjalan lagi ke toko perhiasan untuk membeli perhiasan ia ingin boros hari ini.

"Tadi.. kau belum membayarnya" tegur Ernest setelah berhasil berjalan di samping Julya.

"Hm? Mall ini punya ku.. santai saja" jawab Julya. Ernest hanya bisa diam.

Julya melihat-lihat permata yang cocok dengan gaunnya agar bisa ia pakai lagi saat ada acara penting lainnya.

"Coba kau pakai yang ini, ku pikir ini akan cocok untukmu" ucap Ernest menunjuk liontin berwarna biru.

Julya melihatnya sekilas dan langsung menyuruh pegawai yang melayaninya untuk mengambilnya.

Julya memakainya dan menunjukan pada Ernest.

"Begini? Kurasa ini cocok dengan gaunnya" ucap Julya setelah memperlihatkannya pada Ernest ia menatap kaca memperhatikan dirinya.

"Iya.. sangat cocok" jawab Ernest.

"Baiklah aku beli yang ini juga" ucap Julya pada pegawai toko perhiasan.

"Baik nona.. silahkan diambil di sini ya.." ucapnya menaruh paper bag kecil di atas meja.

"Biar aku yang bawakan" ucap Ernest karna melihat Julya sedang memegang secup kopi yang dia beli tadi di cafe.

"Terimakasi" Julya pun pergi dari toko itu pergi ke toko lain.

Mall itu terlihat sepi terasa aneh bagi Ernest namun ia hanya diam saja mengabaikannya.

Sudah pukul 4 sore sekarang Julya kini sedang makan steak dengan Ernest. Ia sebenarnya merasa aneh karna setiap Julya berbelanja ia tak melihat Julya membayar sepeser pun

"Boleh kah aku bertanya?" Tanya Ernest sebelum melontarkan pertanyaan lainnya.

"Kau sudah bertanya.. jadi katakan saja" jawab Julya sambil mengunyah makanannya.

"Kenapa kau setiap mengunjungi toko dan mengambil barang kau tidak membayarnya? Walaupun kau pemilik mall ini mereka pasti hanya akan memberimu diskon" Ernest akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya pada Julya.

"Karna aku sudah membayar mahal untuk menyewa mall ini untuk 1 hari" jawab Julya.

"Kau sangat kaya ya.. rupanya" kagum Ernest.

"Ini semua berkat keberuntungan ku.. terlahir sebagai anak orang kaya raya" ucap Julya yang terlihat jengah.

"Aku juga ingin seperti orang tua mu" gumam Ernest.

"Hm?"

To Be a contineu