Ernest terlihat gelisah karna terus memikirkan Julya ia bahkan sampai berhenti mengetik skripsinya dan beristirahat sebentar di sofa. Ia memandangi langit-langit ruangan dengan isi kepala yang selalu memikirkan Julya sampai membuatnya tertawa sendiri tanpa sadar.
"Bos?" Panggil seseorang di sampingnya dengan malas memandanginya.
"Ya?" Tanya Ernest.
"Sepertinya anda punya banyak waktu untuk melamin dan tersenyum lebih baik anda selesaikan skripsi anda secepatnya dan langsung mengerjakan pekerjaan anda" ucap pria itu sambil serius mengetik sesuatu di laptopnya yang berada di pahanya.
"Huuhh.. iya juga" Ernest langsung bangun dari tidurnya dan melanjutkan pekerjaannya.
"Hmm.. apa kau sudah menikah?" Tanya Ernest pada sekertarisnya itu yang membuatnya terlihat seperti seorang penyuka sesama jenis.
"Apa maksud dari ucapan anda secara tiba-tiba seperti itu?" Tanya baliknya ia terlihat seperti jijik dengan petanyaan yang dilontarkan Ernest padanya.
"Tidak ada... aku hanya ingin bertanya bagaimana cara menembak seseorang untuk diajak menikah" jawab Ernest.
"Hmm? Kau ingin menikah?" Tanya pria itu dijawab anggukan oleh Ernest. "Kalau dari sepengetahuan saya.. anda hanya perlu mempertemukan 2 keluarga, memberikan wanita itu cincin dan menanyakan 'will you marry me' atau 'mau kah kau menjadi ibu dari anak-anakku' tapi.. pastikanlah wanita itu menyukai anda" jawab sekertarisnya memberikan saran.
"Okay.. bisakah kau mereservasi restoran?" Tanya Ernest.
"Baiklah"
Ernest membuka ponselnya menelpon seseorang. Ia memberanikan diri untuk menelpon duluan Julya setelah sekian lama Julya duluan yang menelpon Ernest.
"Halo, Julya.. kalau kau ada waktu ayo kita makan bersama dengan keluargaku dan bawalah keluargamu juga kita bahas hubungan kita, aku menghindari pacaran untuk jenjang yang lebih serius" Ernest berucap dengan tegas, suaranya yang berat membuat Julya saat itu tersadar apa yang ia lakukan, malam itu Julya di beri obat tidur oleh Kevin dan ia di perkaos, saat ini Julya membelokan matanya ia memegangi selimut menutupi tubuhnya.
"Ernest.. kau serius?" Tanya Julya tak percaya.
"Kalau kau tidak mau.. hmm.. tidak lupakan-"
"T-tidak bagaimana kalau... hari sabtu nanti?" Tanya Julya.
"Mm.. baiklah akan ku beri tau lokasinya"
"Hmm.. baik!" Ernest menutup teleponnya dengan kegirangan ia buru-buru memakai baju dan pergi dari hotel itu.
Saat ini Julya sedang membuka lemarinya mencari baju yang cocok untuk ia pakai.
Pertemuan antar keluarga itu membuat kedua belah keluarga bertemu dan saling mengenal satu sama lain, bagi keluarga Ernest ini pertama kalinya Ernest memiliki kekasih sedangkan keluarga Julya untuk pertama kalinya ada yang serius dengan Julya sampai mempertemukan mereka.
Julya dengan ceria mencari gaun yang cocok untuknya pergi ke acara pertemuan tersebut di bantu oleh pelayan pribadinya ia mencari.
Sampai akhirnya wardrobe itu pun berantakan dengan baju-baju dan akhirnya pula Julya menemukan baju yang ia cari. Dimana baju yang terlihat elegan dan tidak terbuka karna ia tau pertemuan ini akan mempertaruhkan izin pernikahannya dengan Ernest.
"Kalau boleh tau.. untuk apa gaun ini nona?" Tanya pelayan itu penasaran karna selagi mencari wajah Julya terlihat berseri-seri.
"Untuk pertemuan antar keluarga" jawab Julya dengan ceria.
"Tapi nona sudah mengatakannya pada tuan besar dan nyonya besar?" Tanya pelayan itu membuat Julya mengingatnya kalau ia belum menelpon kedua orang tua nya.
"Iya yah.. aduuh aku lupa" Julya langsung mengambil ponselnya yang berada di nakas.
Ia mulai menelpon manager pribadi ayahnya untuk mengosongkan jadwal untuk pertemuan.
"halo sir las"
"Halo nona.."
"Bisakah kau mengosongkan jadwal ayah di hari jumat-sabtu nanti?" Tanya Julya.
"Mm.. bisa-bisa kebetulan nanti tuan ada keperluan dengan kepala daerah di wilayah nona.. nanti akan saya usahakan" jawab las setelah melihat jadwal.
"Horee.. terimakasih las" ucap Julya bergembira.
"Kalau boleh tau ada acara apa nona dengan tuan?" Tanya Las.
"Ada seseorang yang ingin ku perkenalkan padanya" jawab Julya.
"Oke.. kalau tidak ada yang ingin disampaikan lagi bisa saya matikan teleponnya?" Tanya Las.
"Bisa.. terimakasih sir kau sudah bekerja keras" setelah berucap demikian Julya langsung mematin telepon dan kini ia tinggal menelpon Eve.
"Hal-" belum sempat Julya berucap saat telepon di angkat telepon itu sudah di matikan membuat Julya menatap kesal kearah ponselnya.
Tringg~
Julya mengangkat panggilan video dari Eve setelah bertanya-tanya mengapa teleponnya di matikan.
Di layar ponsel terlihat wajah Eve dan Alonzo. Disana Alonzo yang sudah tua merapikan korannya dan beralih pada ponsel Eve yang memperlihatkan wajah Julya.
"come sta mio nipote?" Tanya Alonzo.
"ciao nonno, ho buone notizie" jawab Julya.
"hola hijo mio que pasa?" Tanya Eve dengan senyuman.
"Itu.. madre bisa meluangkan waktu untuk tanggal 22 nanti?" Tanya Julya.
"Untuk apa?" Tanya Eve.
"Fey ingin memperkenalkan seseorang" jawab Julya semangat.
"Jangan-jangan kau ingin memperkenalkannya ya?" Tanya Eve mencurigai Julya.
"Siapa yang madre pikirkan?" Tanya Julya.
"Siapa lagi kalau bukan pria itu" Eve terlihat mengernyitkan keningnya.
"Aaa.. haha.. aku semakin percaya kalau madre adalah cenayang, jadii.. yang madre duga memang benar tapi.. apa yang di ucapkan kake juga benar aku semakin tua.. kalau seperti ini terus aku akan susah untuk menikah"
"Memangnya apa yang kake mu ucapkan?" Tanya Eve.
"Ehkm.. ekhm.. kake bilang kake ingin bisa melihat cicitnya di akhir hayatnya setidaknya untuk yang terakhir kalinya" jawab Julya setelah berdeham memperbaiki tenggorokannya.
"Hmm.. baiklah madre akan datang bersama kake nanti" jawab Eve memberikan keputusan.
"Gracias madre.. kalau begitu Julya tutup teleponnya ya.. daah.." setelah melambaikan tangan pada kamera Julya menutup teleponnya dengan perasaan senang.
Di hari H. Julya pergi terlebih dahulu bersama Ernest untuk memastikan ruangan dan makanan yang akan di pesan.
"Bagaimana kalau kita pesan ikan saja?" Tanya Ernest.
"Jangan.. ibuku alergi" jawab Julya.
"Lalu?" Tanya Ernest.
"Bagaimana kalau steak saja? Sebagai desert pesan buah-buah saja?" Tanya Julya.
"Baiklah, minumannya wine atau champagne?" Tanya Ernest.
"Ibuku suka rose champagne pesan saja keduanya" jawab Julya.
"Akan ku bantu pesankan" Ernest memanggil pelayan dan memesan apa yang tadi mereka diskusikan.
Hening.
Setelah pelayan pergi suasana ruangan itu menjadi hening seketikan. Julya yang dulunya sering membuat suasana mencair kini ia juga merasa canggung.
"Julya.. kalau pertemuan ini berhasil dan membuat kita bisa membuka lembaran baru.. kuharap kau bisa memaklumi rahasia ku ya" ucap Ernest dengan wajah berharap.
"Aku.. sudah tau semua rahasiamu" jawab Julya.
"Hm? Apa yang kau tau?" Tanya Ernest.
"Aku tau kalau kamu seorang Ernesto Eugino Dominico" jawab Julya.
Ernest merasa kaget mendengarnya namun ia hanya diam mencerna perkataan Julya.
'Ia mengetahui aku'
Kata itu yang berputar di kepala Ernest saat ini.
"Kenapa?" Tanya Julya memperhatikan Ernest. "Kau juga sudah mengetahui aku kan? Yang sebenarnya aku anak dari seorang tuan othello?"
"Tidak" jawab Ernest dengan cepat.
Julya terdiam karna ia secara tidak langsung membuka identitas secara tidak langsung.
"Kau... tidak mencari tau terlebih dulu tentang ku sebelum melamarku?" Tanya Julya dengan ekspresi syok.
"Tidak.. untuk apa? Aku bisa bertanya dengan mu secara langsung kalau kita sudah menikah bukan? Pacaran setelah menikah adalah hal yang membuat rumah tangga menjadi selalu damai bukan?" Jelas Ernest sesekali melontarkan kalimat tanya.
"Mm.. aku pun juga berfikir seperti itu" jawab Julya masih dengan wajah tak percaya.
Ernest yang menyadari itu pun memperhatikan wajah Julya perlahan mendekatkan wajahnya. "Ada apa?" Tanya Ernest membuat Julya kaget karna Ernest tiba-tiba mendekat.
"Tidak ada.." ucap Julya sambil memalingkan wajahnya.
"Jadi... ayahmu itu tuan Othello, ya?" Tanya Ernest sambil mengingat-ingat wajah Othello.
"Si.. dia ayahku.. manusia tersibuk di negara ini setelah presiden" jawab Julya.
"Hmmm.. jadi.. ayahmu Othello yang itu ya" ucap Ernest sesudah mengingat wajah Othello.
"Yang mana yang kau maksud?" Tanya Julya.
"Mafia yang suka memonopoli perdagangan bahkan sampai-sampai perdagangan yang bukan di bidangnya pun juga, ia sering berdebat dengan ayahku tentang harga senjata yang turun naik yang.. disebabkan oleh dominico sendiri" jawab Ernest menjelaskan pertemuan pertamanya dengan Othello.
"Hm.. apa kau punya kake?" Tanya Julya mengalihkan pembicaraan
"Ada apa memangnya? Aku tak punya kake kandung yang kupunya kake tiri.. kake yang menganggapku sebagai cucunya. Aku tak punya ibu karna ia meninggalkan aku dan ayah karna tersadar bahwa selama ini ibu ku tak mencintai ayahku karna cinta melainkan sindrom yang ia dapatkan saat ia menemui ayah" jelasnya tanpa di minta.
"Sindrom apa yang kau maksud?" Tanya Julya penasaran.
"Sindrom stockholm" jawab Ernest.
"Aaa.. lalu bagaimana dengan ibumu?" Tanya Julya.
"Dia.. kabur dengan membawa adikku yang ada di kandungannya saat itu aku berumur 12 tahun dan ibu mengandung adikku di usia kandungan 6 bulan.. sampai saat ini pun tak ada yang bisa menemuinya di mana" jawab Ernest menahat sesak di dada saat menceritakannya.
Srrtt.. srrrtt..
Julya mengelus punggung Ernest mencoba menenangkannya. "Itukan masa lalu.. maaf telah membuka ingatan itu kembali.. semoga ibu mu.. ibu mertua ku bisa di temukan kembali, yaa.." ucap Julya memberikan semangat.
"Iyah.. itu masa lalu yang tak perlu diingat kan.. terimakasih" ucap Ernest mulai tersenyum kembali.
"Hm.. sama-sama" jawab Julya sambil tersenyum.
Krrtt..
Pintu ruangan terbuka memperlihatkan wanita dan pria tua dengan topi koboi, pakaian mereka serba hitam dan menggunakan masker kain.
"Madre! abuelo!" Sapa Julya saat mereka berdua datang dengan penampilan nyentrik.
"Hola, mi niño" sapa balik Eve.
"Duduklah" ucap Julya kembali duduk.
"Halo ma'am sir" sapa Ernest.
"Hola, anak muda" sapa balik Alonzo.
"Halo saya Eve ibu dari Julya Feyna Gelina" ucap Eve memperkenalkan diri.
"Saya Ernesto ma'am, calon mantunya ma'am" ucap Ernest memperkenalkan diri.
"Anak muda.. perkenalkan mi nombres alonzo" ucap Alonzo memperkenalkan diri.
"Saya Ernest"
"Calon suami mu tampan juga ya, Fey" ucap Eve memuji.
"Hehhem.. si madre.. " ucap Julya merasa malu.
"Berapa usia mu, Ernest?" Tanya Eve.
"Saya 27 tahun ma'am" jawab Ernest.
"Panggil saja Eve atau madre" ucap Eve.
"Baik ma- Eve" ucap Ernest.
"Mungkin karna baru mengenal ya.. jadi masih kaku.." ucap Eve. "Tidak perlu ragu untuk memanggilku saat kau butuh bantuan ya.."
"Baik Eve" jawab Ernest.
"Fey.. apa kau tak mengundang Orthello?" Tanya Alonzo ia sendari tadi memperhatikan sekeliling.
"Aku mengundang ayah juga kok.. mungkin ayah masih ada pertemuan dengan koleganya jadi agak terlambat" jawab Julya.
"Astaga.. anak itu mengapa ia selalu seperti itu.. bisnis terus" kesal Alonzo.
"Otto seperti itu juga untuk kita.. berpikir dewasalah Fey.. Papa" ucap Eve mencoba memaklumi.
"Hm.." jawab Julya malas.
Krrtt..
Pintu terbuka memperlihatkan pria bertubuh kekar yang mirip dengan Ernest. Dia adalah Auguste Eugino Dominico ayah dari Ernest.
"Maaf saya terlambat, sir.. ma'am anakku" ucap August meminta maaf akan keterlambatannya.
"Tak masalah kita juga baru saja sampai" ucap Eve.
"Iya.. pah.. duduklah" ucap Ernest.
"Sebelum itu boleh saya tau nama ma'am dan sir?" Tanya August.
"Ohh.. saya Eve ibu Julya" jawab Eve memperkenalkan diri.
"Saya Alonzo kake Feyna" jawab Alonzo memperkenalkan diri. "Kalau anda?"
"Kalau saya sendiri Auguste Eugino Dominico Sir.. saya papah dari Ernest" jawab August.
"Senang bertemu dengan mu august" ucap Eve tersenyum penuh isyarat.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya August setelah menyadari kalau wajah Eve terlihat familiar.
"Pernah.. saat itu aku masih mengingat kata-kata mu bahwa kau tidak akan pernah menurunkan harga mu yang membuat harga perdagangan lainnya menjadi ancur.. sampai akhirnya ke tiga Fraksi terkuat turun tangan dan bersatu dengan kami untuk menculik anak-anakmu agar kau mau menurunkan harga, kau ingat?" Tanya Eve setelah menjelaskan.
"Pada akhirnya aku menurunkan harganya kan.. kita sudah tidak bertengkar dan perdagangan juga sudah mulai berjalan normal kembali" ucap August.
"Si.. kita sudah damai sekarang.. hehe.." Eve tertawa kecil dengan lembut diakhir.
Julya diam mendengarkan percakapan mereka ia menyambungkan percakapannya dengan saat ia berbincang berdua dengan Ernest.
Krrrtt..
Pintu dibuka oleh seseorang memberikan jalan untuk orang yang lebih penting. Othello menampakan diri sekarang ia berjalan dengan gagah.
"Maaf ya.. ayah terlambat" ucap Othello wajahnya terlihat lebih lembut saat melihat Julya.
"Tak apa, ayah.. duduklah" ucap Julya.
"Diluar mulai dingin pakailah pakaian yang lebih hangat, Julya" ucap Othello sambil memberikan kode pada bodyguardnya yang berada di belakang. "Ayah baru saja membelikan pakaian hangat untukmu, kalau kau tidak suka ayah akan mereservasi butik untuk mu"
"Haha.. terimakasih ayah" ucap Julya senang.
"Otto.. yang sopan lah sedikit" cibir Eve.
"Kau baru saja sampai bukannya menyapa orang yang ada disini kau malah asik dengan cucuku" cibir Alonzo.
"Maafkan aku sekali lagi.. papa.. anata" ucap Davin ia mulai menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu. Tatapannya tertuju pada Ernest yang duduk di sebelah Julya.
Krrtt..
Pelayan datang membawakan makanan mereka menaruh satu persatu piring dan gelas di atas meja tanpa ada kesalahan sedikit pun.
"Selamat menikmati" ucap pelayan itu sebelum pergi.
Davin mulai menarik napasnya ia menatap tajam Ernest. "Otto.. " tegur Eve saat mengetahui tatapan tajam yang di lontarkan Davin.
"Ya..?" Tanya Davin tanpa rasa bersalah.
"Bagaimana kalau kita minum dulu sebelum melanjutkan perbincangan?" Tanya August mengambil gelas wine yang ada di depannya.
"Baiklah" Julya mengambil wine nya juga menggoyang-goyangkannya sedikit membuat harum wine itu keluar lalu ia mulai meminumnya seteguk.
"Saya sebagai orang yang mengundang kalian ke pertemuan ini hanya untuk.. mempertemukan kedua keluarga agar saling mengenal satu sama lain karna selain itu saya akan melamar Julya untuk menjadi istri saya" ucap Ernest dengan penuh keberanian walau ia sedikit takut untuk mengatakannya.
"Kau ingin MELAMAR siapa?" Tanya Davin menekan kata.
"Melamar anak anda sir, Othello" jawab Ernest sedikit takut.
"Kau mau melamar anakku? Anak kesayangan ku yang selalu ku ratukan dan ku nomer satukan? Aku memberinya istana dan dia adalah putrinya.. apa dirimu bisa memperilakukannya seperti itu?" Tanya Davin mulai emosi mendengar anaknya akan diambil oleh orang lain.
"Saya.. saya bertunangan dengan putri anda terlebih dahulu selagi menunggu hari.. aku akan berusaha membangun istana untuk Julya putri anda" jawab Ernest dengan lantang membuat Julya tersipu.
"Selain itu, kau juga harus menjaganya selayaknya kau menjaga berlian yang sangat amat mahal, jika sampai aku mendengar berita kalau putriku JULYA tergores seujung kuku, seujung rambut pun kau harus menggantinya dengan lehermu.." ucap Davin sambil menahan kesal.
"Si.. aku akan menjaganya" ucap Ernest.
"Dengan apa?" Tanya Eve emosinya mulai tidak terkontrol sama seperti Davin.
".... aku akan menjaganya dengan orang-orang ku yang akan selalu ada di samping Julya selagi aku membangun istana untuk nya.. dan akan ku pastikan tangan Julya tidak akan kasar karna pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kotor lainnya" jawab Ernest.
"Sayangnya.. omongan saja tidak akan bisa untuk membuktikannya, nee" ucap Davin ia mulai bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan.
"Akan ku tunggu ucapanmu menjadi kenyataan" ucap Alonzo keluar dari ruangan.
"Maafkan suami dan ayahku ya.. " ucap Eve ia masih mementingkan muka dan namanya.
"Tak masalah.. aku pun kalau mempunyai anak perempuan juga sama seperti kalian" jawab Auguste.
"Maaf ya.. sir, Ernest" ucap Julya meminta maaf.
"Tak apa, itu memang sudah menjadi tanggung jawabku" ucap Ernest tersenyum memperlihatkan kalau ia baik-baik saja.
"Memang anakku, hehehehe" ucap bangga August.
"Tapi.. madre juga tidak bisa mengizinkanmu Fey.. seperti kesepakatan awal, karna tidak ada yang dibicarakan lagi.. saya izin pamit undur diri" ucap Eve pergi dari sana.
"Papah juga ya.. terimakasih untuk jamuannya" ucap August sebelum pergi.
"Tak apa.. kamu pasti bisa" ucap Julya menyemangati Ernest.
"Kamu maukan sama aku sambil membangun cinta dan kekayaan?" Tanya Ernest Julya pun mengangguk ia tersenyum tulus.
"Aku akan berada di sampingmu untuk menyemangatimu, Ernest" bisik Julya sebelum memeluk Ernest.
To Be A Contineu