Can I? [16]

sensitive content jadilah pembaca yang bijak

————————🔞🔞🔞————————

Pada hari ini pagi ini Ernest dengan bahagia menyatakan kelulusannya dengan memakai toga dan baju wisuda ia berfoto dengan ayahnya di foto oleh Dustin sebagai manager pribadi Ernest ia ikut karna diundang.

"Selamat ya, tuan.." ucap Dustin.

"Terimakasih Dustin" ucap Ernest dengan senyuman.

"Ernest" panggil Julya dengan membawa bunga.

"Julya.." Ernest memeluk Julya dengan erat.

"Selamat atas kelulusan mu" ucap Julya sambil berbisik.

Cup..

"Terimakasih" ucap Ernest setelah mengecup bibir plum milik Julya.

"Hehe.." Julya tertawa pelan karna mendapatkan ciuman dari Ernest.

"Ernest.. papa pergi duluan ya.. ada urusan kalian have fun ajah ya.." pamit August.

"Iya papa.. makasih udah nyempetin kesini" jawab Ernest August pun pergi dari aula.

Disaat Ernest dan Julya sedang bercanda tawa dan berfoto ria seseorang menarik Julya pergi ke suatu tempat.

Ernest pun mengikuti arah mereka pergi.

"Lepas!" Ucap Julya sambil berusaha melepaskan genggaman tangan.

"Siapa dia?" Tanya Kevin setelah berada di taman yang sepi.

"Tunangan ku" jawab Julya.

"Tunangan?! Kamu gak inget apa yang kita lakuin di hotel?" Tanya Kevin dengan marah.

BUGH!!

"Jaga ucapan lu ya!" Bentak Ernest setelah memukul Kevin sampai tersungkur ke tanah.

"Heehh! Julya tuh udah punya gua ya! Gue udah tidur sama dia seranjang di hotel!" Ucap Kevin berteriak di depan wajah Ernest.

"MAKSUD LU APA! CEWE GUE GAK AKAN KAYA GITU YA!" jawab Ernest terprovokasi.

Julya yang pusing mendengar mereka bertengkar pun memisahkan mereka.

"Udah! Udah! Ernest Kevin! Ini di depan umum! Bisa gak sih bicarainnya di tempat tertutup ajah?" Tanya Julya ikut emosi memisahkan mereka.

"Haahh.. iya.. ada hal yang harus kita bicarakan berdua bukan, ayo" Ernest menarik tangan Julya dengan keras.

"Hee!—" belum sempat Kevin menahan mereka Dustin sudah datang menghalaunya.

"Mau kemana?" Tanya Julya di mobil setelah keheningan melanda.

"Aku butuh penjelasan mu.. ikut saja" Ernest memarkir mobilnya setelah sampai di rumah pribadinya.

Di dalam Ernest menyuruh Julya untuk duduk di sofa dengan gerakan tangan sedangkan ia pergi ke dalam. Tak lama Ernest kembali ke ruang tamu dengan hanya memakai kemeja dan celana panjang ia membuka baju wisudanya. Ia membawa 2 cangkir air putih dan menaruhnya di meja.

Ia mulai duduk di hadapan Julya. Ia mencoba mengontrol emosinya yang memuncak.

"Jadi apakah benar semua itu Julya?" Tanya Ernest.

"....iya" dengan ragu Julya berucap.

"Kenapa kau melakukannya?" Tanya Ernest dengan nada kecewa.

"Aku... saat itu ia memberiku minuman dan setelahnya aku tertidur, aku terbangun dengan keadaan naked tapi aku tidak tau apa yang ia lakukan terhadapku, aku sungguh tidak tau, aku tau ini sangat tidak masuk akal dan tidak dapat di percaya namun aku berani bersumpah kalau aku tidak melakukan apapun dengannya"

"Bagaimana aku dapat percaya kalau kau tidak melakukan apapun dengannya?" Tanya Ernest.

"Aku masih perawan, buktinya aku tidak merasakan sakit di area sensitifku, sama sekali" jawab Julya.

Praang!

Suara gelas pecah, Ernest membanting gelasnya dan menarik Julya naik keatas ke lantai 2 rumah itu. Sampai di suatu ruangan yang bisa di yakini adalah kamar Ernest. Ernest mendorong Julya ke kasur mengunci pintu dan menutup jendela yang terbuka dan menarik hordeng.

"Kalau begitu buktikan padaku" Bisik Ernest sambil membuka kemejanya dan menaruh kaca matanya di nakas samping kasur, Julya hanya bisa diam.

Pagi harinya Julya merasakan sakit di sekitar bawahnya dan pinggulnya, rasanya sangat lemas kakinya gemetar saat ia ingin berdiri, Ernest membuka pintu kamar mandi dan melihat Julya yang ambruk lagi ke kasur saat ia mencoba berdiri.

"Julya, apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Ernest.

"A-aku hanya ingin mengambil air" jawab Julya dengan malu karna melihat Ernest yang setengah naked. Ernest mengambil minum yang ada di meja dan memberinya pada Julya.

"Thanks"

"Seminggu lagi hari pernikahan kita, jadi bagikanlah undangannya keteman mu" ucap Ernest dengan santai Julya yang sedang minum pun tersedak mendengarnya.

"APA?!"

"Kenapa kau terkejut seperti itu?" Tanya Ernest.

"Aku rasa kau sudah gila, er"

"Iya benar.. aku gila karnamu, yang membuatku kalang kabut karna masalah kemarin" ucap Ernest.

Srak..

Surat dan pulpen di sediakan di hadapan Julya yang baru saja selesai mandi dan dibawa oleh Ernest untuk duduk di hadapannya.

"Apa ini?" Tanya Julya.

"Surat nikah, aku akan mengirimnya ke goverment" jawab Ernest dengan santai ia berucap sambil menghisap rokoknya ralat itu bukan rokok biasa namun itu adalah cerutu.

"Baiklah" Julya menandatanganinya dengan senang hati lalu memberinya pada Dustin yang menunggu di belakangnya sedari tadi.

Ernest tersenyum dan menyuruh Dustin untuk pergi. "Lega rasanya" ucap Ernest.

Julya menikmati Tehnya. "Mm.. aku juga merasa lega"

"Syukurlah kau menerimaku, karna kalau kau tidak menerimaku, aku yang akan mengejarmu saat itu juga" ucap Ernest.

"Kalau begitu tadi harusnya aku tidak usah menerimanya.." gumam Julya dengan jahilnya.

"Coba saja kalau kau tak menerimanya, apa yang akan terjadi selanjutnya? Aku akan mengikatmu sampai hari resepsi, dan memaksa mu untuk menandatangani surat pernikahan, dan akan ku ancam kalau kau tidak mau" ucap Ernest tampak serius dan mengerikan.

Julya tampak terkejut mendengarnya.

"Hahaha.. jadi kau mencintaiku?" Tanya Julya.

"Aku sampai seserius ini, apa kau masih tidak percaya?" Tanya Ernest.

"Aku percaya kok.. tapi kalau ayah tau tentang ini semua.. ia pasti akan sangat marah" jawab Julya sambil sesekali menyeruput tehnya

"Hmm.. lagi pula aku sudah menempati janjiku kok" ucap Ernest.

"Hm?"

"Ayo ganti pakaian mu" ucap Ernest menarik tangan Julya dengan pelan ke atas. "Aku sudah menyuruh Dustin untuk membeli beberapa baju untukmu.. pakailah"

Julya yang melihat beberapa paper bag dengan nama brand terkenal pun mengangguk mengiyakan Ernest pun pergi dari kamar memberi ruang untuk Julya.

Setelah Julya memakai pakaiannya ia pun turun dari kamar Ernest. Saat turun dari tangga Julya sudah melihat Ernest yang sudah rapih di depan tangga.

"Ayo" ucap Ernest sambil mengulurkan tangannya.

Julya menyambut tangan itu dan pergi bersama Ernest.

Saat sampai di perkarangan rumah yang besar. Julya tersenyum melihat itu membayangkan dirinya bersama Ernest tinggal berdua disana.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Ernest.

"Sangat bagus" jawab Julya.

"Ini rumah kita nanti.. setelah kita menikah kita akan tinggal di sini selama nya" ucap Ernest.

"Rumah yang bagus" ucap Julya sambil tersenyum.

"Masuklah" mereka pun masuk ke rumah mewah dan megah itu. "Ada beberapa ruangan yang belum di dekor.. kita dekor bersama ya.. sambil menunggu hari pernikahan" ucap Ernest Julya pun mengangguk sambil tersenyum semangat.

"Sebelum itu.. kau harus bertemu dengan ayah dan madre" ucap Julya.

"Beri aku tanggal.. akan ku hampiri mereka" ucap Ernest dengan sikap berani.

"Hahaha.. nanti akan ku kabari" jawab Julya.

"Ayo berkeliling!" ajak Ernest. Mereka pun berkeliling melihat-lihat ruangan dan sampai akhirnya mereka sampai di halaman belakang.

Rumah di tengah rerumputan yang hijau dengan landasan helikopter di halaman belakang dan juga kolam renang serta lapangan yang luas dengan rumput yang hijau.

Rumah bertingkat tiga yang mewah dan luas membuat Julya berfikir kalau Othello akan menyukainya juga dan merestuinya dengan Ernest.

"Aku berharap ayah juga akan menyukainya" gumam Julya.

"Kau bilang apa barusan?" Tanya Ernest.

"Tidak ada" jawab Julya malu-malu.

"Ap—" belum sempat Ernest berbicara bunyi dering ponsel Julya menghentikannya. "Angkatlah pasti keluarga mu khawatir".

"Okeh" Julya mengangkat telepon dari North.

"OYY LU KEMANA AJAH, TAIK?!" Teriak North.

"Aduuhh.. bisa-bisa budek gue denger lu ngomong!" Kesal Julya karna tiba-tiba North langsung berteriak kepadanya.

"Ya maap panik gue dari kemaren pagi gak ada kabar di hubungin gak bisa.. ini dari tadi kita sampe nyariin ke base kamp geng lain takut nya lu di culik, dimana lu?" Tanya North setelah menjelaskan.

"Hm.." Julya me mute teleponnya dan bertanya pada Ernest. "Bolehkah keluargaku datang kesini?" Tanya Julya.

"Boleh.. silahkan ajah sekalian aku juga ingin kenalan dengan mereka" jawab Ernest.

"Lu dateng ajah kesini sama yang lain gue sharelok" jawab Julya di telepon.

"Okeh otw" ucap Nort Julya pun mematikan panggilannya.

"Huftt.." Ernest menarik nafasnya menatap kearah kolam renang.

"Tidak apa.. mereka orang yang hangat kok walau tampang mereka rada brengsek" ucap Julya menenangkan Ernest.

"Ohh.. hahaha.. anak-anakku pun juga seperti itu.. tampangnya brengsek tapi mereka sangat luluh dengan wanita" ucap Ernest mengingat kelompok gengsternya.

"Hmm.." Julya pun ikut tersenyum saat Ernest tertawa.

Vroom..

Suara mobil dan motor terdengar sangat ramai di depan membuat Julya pergi ke depan.

"Rumah siapa ini anjing?" Tanya Aeesha bertanya-tanya.

"Gak tau gue juga" jawab North.

Mereka yang menunggu dan melihat sekeliling dengan tanda tanya di kepala mereka pun akhirnya sang kunci jawaban datang dengan sendirinya kemereka yaitu Julya yang dengan santai berjalan keluar menuruni tangga teras satu per satu.

"Masuklah" ucap Julya pada mereka. Mereka pun masuk.

Disana ada total 10 orang dengan 4 mobil dan 1 motor. Mereka kini berada di ruang tengah. Mereka duduk secara acak di sana ada yang di atas sofa ada yang di bawah bahkan ada yang tiduran.

"Kalian.. perkenalkan ini calon suamiku" ucap Julya memperkenalkan Ernest pada mereka semua.

"HAAH!!!" Mereka kaget mendengar pernyataan tersebut.

"Halo.. sir ma'am perkenalkan saya Ernest calon suami Julya" ucap Ernest tanpa memusingkan sikap mereka.

"Emang nya lu siapa deketin kak Julya, hah!?" Tanya Aeesha kesal berjalan mendekat.

"Kak!" Tegur Mia.

"Eeeh.. iya maaf dek" ucap Aeesha dan kembali normal.

"Haaaa~ kalian berdua sudah" ucap Quico sambil memperagai gerakan ciuman dengan tangannya Julya pun mengangguk mengiyakan.

"Aaaa.. bayi yang dulu gue timang-timang udah mau nikah" Ucap Ciel seperti ingin menangis.

"Kaka sejak kapan kenalan sama dia?" Tanya Hector bersidekap dada dengan wajah yang terlihat marah.

"Sudah.. hmm.. berapa ya?" Tanya Julya pada Ernest.

"1 tahun" jawab Ernest.

"Ohh.. iya sudah musim panas sekarang aku sampai lupa" ucap Julya.

"Damn bro~" ucap Aeesha dengan gerakan tangan seperti bertepuk tangan namun tak bersentuhan.

"Terus rumah ini punya siapa?" Tanya Helio.

"Punya ku dan Julya untukku dan Julya tinggal" jawab Ernest.

"Ohh.. gak bisa kalo kak Julya tinggal di satu rumah kita juga ikut" ucap Helio.

"Betul itu" ucap Hecktor setuju.

"Kalian!" Tegur Mia.

Mereka pun diam. "Maaf ya kaka.. " ucap Mia sambil tersenyum manis meminta maaf atas nama yang lain.

"Iya gapapa" jawab Ernest.

Memang yang waras hanya Lamia, Ciel, dan Theo. "Oh iya.. tumben kak theo ada" ucap Julya baru menyadari kehadiran Theo.

"Iya.. gak ada kerjaan" jawab Theo.

"Gak ada kerjaan atau lari dari kerjaan?" Tanya Julya.

"Yang kedua" jawab Theo.

"Kalian kenalan lah sama Ernest aku akan membuatkan kalian minuman" ucap Julya. "Aku tinggal dulu ya.."

"Iya" jawab Ernest Julya pun pergi dari sana.

Aeesha pergi lebih dahulu untuk memperkenalkan diri. "Halo kaka ipar aku aeesha" ucap Aeesha tanpa adanya keramahan dari nada bicara maupun wajah.

"Ernest"

"Quico.. di jaga ya.. Julyanya" ucap Quico setelah selesai membeku.

"Pasti"

"Cielryn.. aunty nya Julya" ucap Ciel.

"Ohh.. halo aunty saya Ernest" sapa Ernest dengan ramah.

"Theodore.. kaka tiri Julya.. jaga baik-baik adek gue ya bro.. pasti lu taulah ya.. konsekuensi ngebuat adek gue lecet atau nangis" sapa Theo dengan sedikit ancaman.

"I-iya"

"Orthan biasanya di panggil North, kaya yang di ucapkan oleh Theo gue perjelas lagi kalo lu nyakitin atau buat nangis Julya.. nyawa lu taruhannya.. ngerti?" Ucap North mengancam.

"Ngerti" jawab Ernest dengan kaku.

North meninggalkan Ernest dengan gerakan eyes on you.

"Halo kaka ganteng.. aku jack" ucap Jack sambil bergerak seperti menggoda.

"Eee.. iya.. saya Ernest" sapa Ernest dengan wajah bingung.

"Udah jack gak usah di godain!" Ucap Theo.

"Hehe.. bercanda" Jack pun kembali ke tempat duduknya.

Kini giliran Hecktor. Hecktor mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Ernest dengan senang hati pun menerima jabatan tangan tersebut. Seketika tubuh Ernest tertarik dan terbanting.

"Perkenalkan aku Hecktor" ucap Hecktor setelah berhasil membanting tubuh Ernest.

"Ya.. ugh.. salam kenal" ucap Ernest.

Ernest kembali berdiri dari tidurnya. Helio membantu berdiri dengan Lamia.

"Terimakasih" ucap Ernest sambil terengah-engah.

"Sama-sama.." jawab Helio.

"Bisa kita bicara?" Tanya Lamia.

"Bisa" jawab Ernest mengiyakan.

"Ayo" Mia pergi ke depan bersama Helio dan juga Ernest.

"Sebelum itu" Mia mengulurkan tangannya Ernest agak ragu untuk menjabatnya namun setelah melihat wajah Mia yang tampak tak meragukan pun akhirnya ia menjabat tangan. "Lamia.. panggil ajah Mia atau lala aku anak terakhir sekarang"

"Kenapa sekarang?" Tanya Ernest bingung.

"Ya.. bisa saja kan papah punya anak lagi" jawab Lamia. Ernest pun mengangguk mengerti.

"Helio" ucap Helio.

"Hm.. jadi gini, kaka sama kak Julya kapan mau nikah?" Tanya Mia.

"Seminggu lagi" jawab Ernest.

"Udah ketemu sama madre dan papa?" Tanya Mia.

"Udah" jawab Ernest.

"Gimana tanggapan mereka?" Tanya Helio.

"Mereka cuma bilang mahar 1 milyar, rumah segede istana, lalu.. jangan sampai Julya kenapa-kenapa" jawab Ernest sambil mengingat-ingat percakapan saat mereka bertemu.

"Hm.. point utamanya selain itu juga.. jangan ngebuat Kakaku nangis.. selain tangis bahagia. Kalau sampai itu terjadi kita-kita gak akan tau apa yang akan terjadi sama kaka di keesokan harinya.. tanpa kakaku bilang pun besoknya kaka mungkin udah di temukan tewas" ucap Lamia.

"Saya bukan anak kecil yang di bilangin sekali gak ngerti.. tidak perlu khawatir Julya akan aman dengan ku" ucap Ernest.

"Syukurlah kalau udah ngerti" ucap Lamia.

"Kita hanya khawatir dengan kak Julya.. karna kak Julya yang paling menderita di keluarga kita karna dia anak pertama.." ucap Helio.

"Tidak perlu mengkhawatirkannya.. trust me.." Ucap Ernest.

"Trust you? Who Fuvk are you?" Tanya Mia sambil mengernyitkan keningnya lalu pergi dengan perasaan kesal.

"Maafkan sikap kami.. karna baru kali ini kak Julya serius bawa cowo ke keluarga buat ngomongin rencana nikah.. dan cuma kaka yang berani ngajak kak Julya nikah dari kesekian cowo yang deket sama kak Julya" ucap Helio menepuk pundak Ernest untuk mengemangati lalu pergi.

Di lain sisi di waktu yang sama Julya tengah menaruh minuman di meja.

"Terimakasih kak" ucap mereka saat disuguhi mocktail.

"Dimana Mia dan Helio?" Tanya Julya.

"Lagi ngobrol di depan sama kak Ernest" jawab Hecktor.

Julya pun mengangguk pelan sambil berdengus. Julya duduk di singel sofa.

"Kaka kapan nikahnya?" Tanya Aeesha.

"Mungkin sekitar seminggu lagi.. lusa udah ada pertemuan sama madre dan ayah buat izin" jawab Julya menjelaskan.

"Kok bisa cepet banget sih?" Tanya Aeesha.

"Bisalah.. kan bukan kalian yang ngerencanain" jawab Julya dengan ketus.

"Iya sih"

Mia datang bersamaan dengan Helio begitu juga dengan Ernest.

"Ayo pulang.. udah malem kasian Julya mau istirahat" ucap Theo setelah melihat Mia dan Helio.

"Iya.. ayo" North pun membuang rokoknya dan berdiri dari duduknya.

"Terimakasih ya bro dah jagain Julya.. sekarang waktunya Julya pulang" ucap Theo pada Ernest.

"Iya sama-sama.." jawab Ernest.

Mereka pun pulang dengan membawa Julya.

Julya berada di mobil Mia yang 2 sitter karna mobil Mia akan di prioritasi kalau ada penyerangan jadi Julya akan berada disana bersama Mia.

To be Contineu