Chapter 6 : Terjebak

[Pov Leo]

Semuanya nampak begitu jelas, garis besar dari kejadian ini ada pada Yayasan itu. Kami mulai mencari tau tentang tempat tersebut juga tentang Iblis Samael.

"Poison Of God?" ujar Detektif

"Apa anda menemukan tentang yayasan itu?"

"No, sama sekali tidak ada info tentang yayasan Eden Garden di internet"

"Mungkin aku harus pergi ke alamat yang tertera dalam dokumen itu" tambahnya

"Aku! Bawa aku juga kesana, aku mohon Mr.Olsen"

"Tidak bisa, aku kesana bukan untuk rekreasi" jawabnya tegas

Aku tertunduk kesal, setelah menemukan beberapa pentunjuk soal keanehan keluargaku Detektif malah tidak ingin aku terlibat lagi dalam kasus ini padahal aku sangat berharap besar bisa membantunya walau sedikit. Saat kami tengah sibuk menatap layar komputer, tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari arah basement. Detektif langsung menghampiri sumber suara karena ditakutkan ada pencuri yang menyusup ke dalam saat rumah sedang kosong.

"Mr.Olsen, apa yang.." aku bertanya tergesa-gesa.

"Lukisannya" sambil terpaku melihat ke arah ruangan di mana lukisan itu berada.

Ini benar-benar gila pikirku. Tembok basement yang awalnya di penuhi oleh grafitiku, searang berubah menjadi simbol-simbol aneh yang sama seperti dalam foto yang ayah simpan. Ruangan yang penuh dengan alat-alat kerja ayah kini telah kosong, hanya terdapat lilin-lilin yang entah dari mana asalnya ini. Lalu, lukisannya telah berubah seakan minta untuk di sembah posisinya sangat mengerikan tergantung rapih ditengah-tengah barisan lilin yang menyala terang.

"Jangan melangkah lebih jauh lagi" ucap Detektif sambil menarik tanganku.

"Oh Sh!t ! siapa yang melakukan ini?!" aku refleks mengumpat karena apa yang baru saja aku lihat ini sangatlah mengejutkan.

Di lantai terdapat lingkaran yang terkenal sebagai lingkaran setan, dengan simbol bintang di tengahnya terbuat dari darah manusia asli.

"Ini benar-benar gila, kita harus keluar dari sini terlebih dahulu"

Kami bergegas pergi dari sana dan pergi keluar terlebi dahulu, tapi pintunya ada dimana? Kenapa tiba-tiba aku tidak mengenali rumahku sendiri.

"Dimana pintu keluarnya?!" tanya sang Detektif kebingungan.

Kami bertukar pandang seakan tak percaya apa yang tengah terjadi sekarang. Aku berlari ke dapur menuju pintu halaman belakang, tapi hasilnya sama saja pintunya menghilang. Dengan kata lain kami telah terjebak di rumah ini.

"Oh! Jendelanya" ucapku.

Detektif langsung kembali ke ruang tengah mencoba untuk membuka jendelanya sekuat tenaga dan hasilnya sama saja. Bahkan rangka jendelanya tidak bergerak sama sekali meski kuncinya sudah dibuka. Meski begitu ia terus berusaha untuk membuka paksa jendelanya.

"Mr.Olsen" Aku menepuk bahunya guna menyadarkannya, aku sudah pesimis, ekspresi dan perasaanku sudah tak terkontrol lagi. Lelah, panik, sedih, bingung dan rasa takut yang menyeruak tercampur menjadi satu.

"Tenanglah nak, kita akan keluar dari sini" sambil tersenyum mencoba untuk menenangkanku.

Ruangan yang tadinya dipenuhi suara hewan malam, kini hening dan hanya terdengar suara jam yang terus berdetak bercampur dengan nafas yang saling bersautan.

"Listriknya mati, jadi tidak ada sinyal sama sekali" ujar si Detektif sambil terus mengecek poselnya.

Aku hanya melamun sambil melihat cahaya rembulan yang tembus melalui jendela karena hanya cahaya itu yang menerangi kami disini. Disisi lain, Detektif mulai melihat-lihat sekitar dan mengamati berusaha mencari jalan keluar.

"Hey, Leo. Cobalah memanjat lewat sana" sambil menunjuk ke arah perapian rumah.

"A-apa?! Itu kan sangat tinggi"

"Jangan khawatir, aku akan berada dibawah untuk berjaga-jaga" ucapnya meyakinkan.

Setelah itu aku sepakat dengan usulan Detektif Olsen, kemudia dia menggendongku naik.

"Hati-hati memilih pijakan Leo! Bergeraklah dengan perlahan" teriaknya.

Dengan pasti aku mulai bergerak naik bak laba-laba yang tengah memanjat sarangnya, kakiku bergantian bergerser ke atas berusaha menyamakan ritme dengan tangan yang tengah mencengkram erat dinding. Sudah setengah jalan, dan Detektif masih ada dibawahku seperti janjinya tadi. Aku sudah bisa melihat bulan yang bersinar sangat terang dari sini, satu langkah lagi untuk bisa menggapai ujung cerobong ini. Tanganku sudah siap untuk menangkap ujungnya, namun tiba-tiba sesosok bayangan hitam mengejutkanku dengan dibarengi jeritan yang memekakkan telinga membuat aku kehilangan keseimbangan dan melepaskan cengkraman yang sedari tadi dipertahankan.

"Arghhhhhhh..." aku mengeram kesakitan mencoba menutup telinga.

Detektif Olsen yang melihatku terjun bebas segera membungkuk di celah cerobong yang sempit guna menjadikannya sebagai bantalan.

*Duagh* kami saling berbenturan cukup keras.

"Ugh.. sakit sekali" gumamku

Karena kepalaku terbentur tembok beberapa kali, itu membuat pandanganku sedikit kabur. Suara erangan terdengar dari bawahku.

"Hng..Hey! kau bisa berdiri kan?"

"Oh ya ampun!? Mr.Olsen maafkan aku" aku melupakannya yang sedari tadi menopang tubuhku.

Dia merangkak keluar perapian dan langsung membaringkan tubuhnya. Sudah pasti ia sangat kesakitan karena tertimpa oleh tubuhku cukup keras tadi.

"Anda baik-baik saja?" tanyaku cemas.

"Ya, ini masih lebih baik dibandingkan terjatuh dari gedung Lt.2" jawabnya santai.

"Maafkan aku, karena tiba-tiba-"

"Sudahlah, aku juga sempat melihatnya dari bawah"

"Itu cukup mengerikan" tambahnya.

Aku mulai merasa sangat pusing, kepalaku terasa berat, badanku sangat lemas tak bertenaga. Ini sudah jam berapa? Kenapa malam ini terasa sangat panjang.

*Drap* *Drap* Suara langkah kaki terdengar, itu berasal dari arah basement. Detektif membopongku bersembunyi di balik sofa ruang tengah. Meski ekspresinya terlihat begitu tenang, tapi aku bisa dengar dengan jelas degup jantung yang berpacu sangat cepat. Wajar saja ia juga manusia yang bisa merasakan takut. Detektif terus berada dalam posisi waspada sambil mengamati sekitar. Langkah kaki yang begitu berat, lama-lama semakin mendekat. Tidak tau makhluk seperti apalagi yang akan muncul sekarang, tapi sejauh ini hanya satu kali saja aku melihat wujudnya tadi.

"Mr.Olsen" bisikku.

Ia dengan cepat menoleh ke arahku sambil memberikan isyarat untuk tetap diam.

"Shhh" sambil menempelkan jari telunjuknya pada bibir.

"Anjing!? Makhluk ap-" aku sangat terkejut melihat apa yang aku saksikan saat ini.

Detektif dengan cepat langsung membekap mulutku. Nafasnya mulai tak karuan , aku yakin dia juga sangat terkejut. Gila, makhluk yang sedari tadi menimbulkan suara gaduh itu gambar yang ada di lukisan ayah?!. Ular bersayap dengan sisik yang sangat tajam berwarna hitam pekat, memiliki warna mata yang sangat bersinar bagaikan batu safir. Tapi kenapa ada suara langkah kaki?, dia kan ular yang tidak memiliki kaki. Tunggu warna mata itu?! Tampak aku tidak asing lagi dengan sorot matanya yang tajam dan mengintimidasi itu, tapi kapan dan dimana ya?. Detektif terpaku melihat pemandangan yang sangat aneh itu. Seolah masih tak percaya dengan apa yang sudah kami temui sampai saat ini.

"Di-dia...yang dilukis oleh ayahmu kan?" suaranya tercekat.

Dan dari belakangnya, orang-orang dengan jubah menggunakan topeng hewan mulai berjalan beriringan mengikuti si ular itu.