"Lena, aku benar-benar minta maaf" gumamku
"Hmm" jawabnya
"Apa kau-"
"Ya! Tentu saja aku sangat marah!" ucapnya menggebu-gebu
"Marahlah, aku pantas menerimanya. Bahkan sangat pantas aku rasa" jawabku serius
"Ugh! Aku sangat marah, kesal dan kecewa dalam waktu yang berasamaan padamu!"
"Tapi *Hiks*, entah kenapa itu juga sangat menyiksaku" tambahnya sambil memukul-mukul kecil padaku.
Karena mau bagaimanapun, kami telah hidup bersama selama ini dengan mengisi kekosongan satu sama lain. Hidup dalam kerurangan masing-masing dan selama itu kami saling melengkapi demi membangun kebahagiaan keluarga kecil ini.
"Aku minta maaf" saambil mengelus-elus kepalanya.
Dia terbenam dalam pelukkan ku sambil terus menangis. Aku yang mulai mengingat semua kejadian 10 tahun lalu, menceritakan apa-apa saja yang sebenarnya terjadi pada kami berdua (Leo dan Detektif). Dari saat kedatangan Detektif ke TKP, hingga kami akhirnya terpisah dan setelahnya aku di selamatkan oleh Pendeta Bennedict yang tiba-tiba saja datang ke sana. Meskipun terasa seperti cerita dongeng belaka, namun Elena mempercayai setiap perkataan-perkataan yang aku ucapkan dengan bibirku. Mungkin karena apa yang telah terjadi pada kami (Leo dan Elena) sebelumnya sudah menyaksikan kejadian yang terbilang cukup aneh. Seperti hilangnya jasad Penny dengan tiba-tiba, tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Yang padahal, Elena sangatlah yakin jika dia telah menembakan senapannya tepat di kepala Penny sampai akhirnya ia tersungkur ke lantai dengan benturan yang cukup keras. Itu benar-benar aneh.
*Tok* *Tok* suara ketukan pintu terdengar
"Masuklah" seru Leo yang masih memeluk erat sang istri
Lalu seorang pria yang sudah Leo anggap ayahnya itu masuk sambil membawa sekeranjang buah-buahan segar.
"Hm? Apa aku telah mengganggu waktu kalian?' ucapnya sambil tersenyum
"Ya ampun! Pendeta Bennedict!?" kata Elana terkejut, mencoba melepaskan diri dari pelukan sang suami.
"Haha.. santai saja Elena, kalian kan memang pasangan suami istri" jawabnya terkekeh
"Apa itu?" tanya Leo
"Aku hanya bisa membawakanmu ini" jawab Pendeta Ben mengangkat keranjang buah tersebut
"Tidak apa, itu sudah lebih dari cukup Pendeta Bennedict. Teimakasih" Elena menjawab dengan senyum manisnya.
Merekapun berbincang kecil, hingga pada akhirnya masuk kedalam inti pembicaraan yang sebenarnya. Aku mulai menanyakan kejadian 10 tahun yang lalu saat ia menemukanku tergeletak di rumah. Apa benar kalau Pendeta Ben hanya melihatku saja disana, benar-benar tidak ada orang lain selain aku yang berbaring tak berdaya?. Ia bilang sempat merasakan aura tidak enak tapi karena melihat kondisiku yang sangat memprihatinkan, jadi Pendeta Ben mengabaikan itu semua dan cepat-cepat membawaku ke rumah sakit.
"Maksud anda? Aura seperti apa itu?" tanyaku penasaran
"Rasanya sama seperti aura saat aku pertama kali melakukan penyucian dirumah itu" jawabnya yakin
Setelah mendengar pernyataan dari Pendeta Ben, aku dan Elena langsung bertukar pandang, mungkin ini semua bisa menjadi pentunjuk atas hilangnya jasad ayah, kakak dan juga Detektif Joe.
"Aku tidak begitu yakin, tapi Leonard.." Pendeta Ben terhenti sejenak sambil menatapku
"Tidak apa, bicara saja Pendeta Ben"
"Baiklah, kau tau orangtua mu melakukan hal-hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama kita bukan?"
"Iya" jawabku, ya memang itu faktanya aku tidak bisa mengelak lagi
"Aku mencari tau tempat kakakku di adopsi, Panti Asuhan Eden Garden itu-"
"Itu adalah tempat semacam organisasi pemuja iblis, aku ingat. Kami (Leo dan Detektif) telah menyelidiki semuanya sebelum kejadian aneh itu menimpa kami"
"Tuan mereka, Samael, yang kau bilang melihatnya saat dengan Detektif Olsen itu semua hanyalah tipu daya Iblis yang mengatas namakannya"
"Apa?! Maksud anda itu bukanlah Samael yang aku tau? Yang dikatakan ia adalah jelmaan dari Malaikat hitam?"
"Tentu saja bukan"
Samael sering disebut juga (Poison Of God) adalah sesosok Malaikat yang cukup berkuasa di surga ke-5 dan ia memimpin dari 2 juta para Malaikat lainnya. Karena sifatnya yang penentang maka pada akhirnya ia diturunkan oleh Tuhan ke bumi saat pertama kali manusia diciptakan. Sama halnya dengan Lilith Dewi Ular yang diturunkan ke bumi karena memberontak, akhirnya saat di bumi Samael menikahi Lilith dan lahirlah segala rupa anak-anak Iblis yang akan menggoda seluruh umat manusia. Memang pada dasarnya Samael sangat membenci manusia maka ia melakukan hal tersebut untuk menyesatkan manusia di bumi ini melalui anak-anaknya.
"Jadi aku rasa, itu bukanlah Malaikat Samael yang sebenarnya" kata Pendeta
"Melainkan keterunannya yang ingin menyesatkan umat manusia?" tambahku
"Ya, begitulah. Karena dengan segala tipu dayanya, Iblis mampu mengubah dan menciptakan ilusi yang bisa menggoda manusia"
Jika kami langsung pergi menuju yayasan itu, mungkin bisa saja menimbulkan kerugian, meskipun datang diam-diam. Melihat apa yang terjadi waktu itu sepertinya akan terjadi hal-hal aneh lagi nantinya.
"Oh iya! Buku catatan ayah!" kataku tiba-tiba sehingga Elena dan Pendeta langsung melihat kerahku terkejut.
"Ada apa Leonard?" tanya Pendeta Ben terkejut
Sialnya kenapa aku baru mengingat hal itu sekarang, buku cacatan ayah yang berisi banyak informasi tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan disana. Semua isinya sangatlah penting untuk mencari titik terang dari semua kejadian janggal ini. Aku tidak bisa mengingat dengan detail isi dalam buku tersebut karena tidak sempat membacanya dengan benar. Kemana hilangnya buku itu ya? Apa jangan-jangan menghilang bersamaan dengan Detektif Joe Olsen saat itu?. Si*lan , aku terus menyalahkan diri setelah mengingatnya. Kenapa bisa aku melupakan bukti dan informasi yang sangat berharga itu!?. Aku terus memukul-mukul kepalaku tanpa henti sambil bergumam "Ayo ingatlah si*alan!" terus dan terus membuat Elena dan Pendeta khawatir melihat tindakanku yang diluar kendali.
"Leo, sayang..Berhentilah menyalahkan dirimu" mencoba menenangkan ku
"Itu bukan salahmu, jangan biarkan Iblis itu senang melihat dirimu yang putus asa begitu" ucap sang Pendeta
"Aku sangat bodoh dan tidak beguna Mr.Olsen" gumam Leo
"Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau, ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" ucap Pendeta Ben sambil mengelus-ngelus kepala Leo
"Ingatlah itu Leonard" tambah Pendeta Ben
Aku mulai menarik nafas pelan-pelan mencoba menenangkan pikiranku sambil di dampingin oleh Pendeta Ben. Semoga saja aku tidak telat Ya Tuhan, ini semua demi keluargaku dan juga orang-orang yang telah kehilangan keluarga mereka akibat kejahatan si Iblis ini. Aku harus melawannya meskipun harus mengorbankan nyawaku sebagai ganti kebahagiaan orang lain. Ayah, Ibu, kakak, dan Ayah Mertua. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar kalian bisa pergi dengan tenang.