Sudut Pandang Delia
"Tok, tok!"
Aku mendengar dua ketukan di pintu kereta. Sebelum aku sempat merespon atau memberikan izin bagi seseorang untuk masuk, pintu itu terbuka begitu saja.
Pangeran Kral berdiri di hadapanku, memegang sepiring makanan di tangannya. Aroma masakan yang baru saja disiapkan menyeruak, menggoda dan memikat. Meskipun awalnya aku tidak merasa lapar, keharuman makanan tersebut membuat perutku mengkhianatiku dengan bunyi gemuruh yang pelan.
Merasa sedikit malu, aku segera meletakkan tanganku di perut, mencoba meredam suaranya. Namun semuanya sudah terlambat. Pangeran Kral sudah memperhatikan protes dari perutku. Aku melihat lekukan halus di sudut bibirnya, dan kilauan nakal di matanya. Hal ini hanya membuat rasa maluku semakin mendalam, dan aku bisa merasakan wajahku memerah.