Bab 56: Pewaris Cahaya dan Kebenaran yang Terlupakan

Shen Wei berdiri di hadapan patung raksasa yang bersinar, dikelilingi oleh galaksi yang berputar perlahan. Cahaya keemasan dari patung itu mengalir ke udara, seakan hendak menyampaikan sesuatu yang telah lama terkubur dalam sejarah.

Ling Tian berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius. "Shen Wei… kau adalah Pewaris Cahaya."

Shen Wei menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa maksudmu?"

Suara kuno dari patung itu kembali bergema di seluruh ruang.

"Dalam setiap era, ketika dunia berada di ambang kehancuran, akan ada satu sosok yang terpilih untuk menyeimbangkan cahaya dan kegelapan."

Shen Wei menyipitkan matanya. "Aku tidak peduli dengan gelar seperti itu. Aku hanya ingin melindungi murid-muridku dan dunia ini."

Ling Tian tersenyum kecil. "Itulah yang membuatmu berbeda. Kau tidak mencari kekuatan demi ambisi, tetapi demi perlindungan. Itulah alasan mengapa kau dipilih."

Patung itu mulai mengeluarkan cahaya yang lebih kuat, dan tiba-tiba, seluruh dimensi tempat mereka berdiri berubah.

Shen Wei kini berdiri di tengah sebuah medan perang raksasa, dengan langit berwarna merah darah dan tanah yang dipenuhi retakan hitam.

Di hadapannya, ia melihat dua sosok raksasa bertarung—satu diselimuti cahaya keemasan, yang lain dikelilingi oleh kegelapan pekat.

Suara kuno itu kembali berbicara.

"Ini adalah pertempuran terakhir antara Dewa Cahaya dan Penguasa Kegelapan, jutaan tahun yang lalu."

Shen Wei menatap tajam ke arah medan perang itu.

Dewa Cahaya menghunuskan pedangnya, dan dalam satu tebasan, ia membelah langit. Namun, Penguasa Kegelapan hanya tertawa dan menyerap energi itu.

Ling Tian berbicara pelan. "Pertarungan ini berakhir dengan kehancuran kedua belah pihak. Namun, sebelum Dewa Cahaya menghilang, ia mewariskan sebagian kekuatannya kepada seorang manusia…"

Shen Wei membelalakkan matanya. "Jangan bilang…"

Ling Tian mengangguk. "Benar. Pewaris Cahaya itu… adalah garis keturunanmu."

Shen Wei terdiam, mencoba mencerna informasi yang baru ia terima.

Selama ini, kekuatannya bukan sekadar hasil kultivasi, tetapi juga berasal dari warisan kuno?

"Jika aku memiliki kekuatan Dewa Cahaya… berarti kegelapan juga akan selalu datang untuk menghancurkanku."

Ling Tian mengangguk. "Itulah alasan mengapa dunia ini tidak pernah benar-benar damai. Setiap kali Cahaya bangkit, Kegelapan akan mencoba menyeimbangkannya kembali."

Shen Wei mengepalkan tangannya. "Lalu apa yang harus kulakukan?"

Patung itu kembali bersinar, dan suara kuno itu bergema di udara.

"Kau harus menemukan Sisa Cahaya yang tersebar di dunia ini. Hanya dengan begitu kau bisa mencapai Keilahian Sejati dan melindungi dunia ini dari kehancuran."

Ling Tian menambahkan, "Sisa Cahaya itu adalah pecahan terakhir dari kekuatan Dewa Cahaya. Mereka tersembunyi di berbagai tempat yang sulit dijangkau. Jika kau bisa mengumpulkannya, kau bisa melampaui batas yang ada sekarang."

Shen Wei menatap cahaya itu dengan tekad.

"Baik. Aku akan menemukan Sisa Cahaya itu."

Setelah menerima tugas barunya, Shen Wei keluar dari Makam Para Dewa melalui portal yang diciptakan oleh Ling Tian.

Saat ia kembali ke Sekte Naga Putih, langit sudah mulai gelap, tetapi murid-muridnya masih terjaga, menunggunya.

Begitu Mei Er melihatnya, ia langsung berlari dan memeluknya erat.

"Senior! Kau baik-baik saja?"

Shen Wei mengangguk dan mengelus rambutnya. "Aku baik-baik saja. Aku hanya mendapatkan beberapa jawaban yang selama ini kucari."

Chen Guang dan Yu Lan mendekat. "Senior, apa yang terjadi? Siapa pria tadi?"

Shen Wei menatap murid-muridnya. "Aku akan menjelaskan semuanya. Tapi sebelum itu, aku ingin kalian semua mendengar ini baik-baik."

Mereka semua menatap Shen Wei dengan serius.

"Petualangan kita masih jauh dari selesai. Ada sesuatu yang harus kita cari, dan perjalanan ini akan lebih berbahaya dari sebelumnya."

Mei Er menggenggam lengan Shen Wei. "Apa pun itu, aku akan ikut bersamamu."

Chen Guang tersenyum. "Aku juga, Senior. Apa pun yang terjadi, kami akan selalu berada di sisimu."

Yu Lan mengangguk. "Kami bukan hanya muridmu, tetapi juga keluargamu."

Shen Wei tersenyum kecil. "Terima kasih… Kalau begitu, kita akan bersiap untuk perjalanan ini."

Saat malam semakin larut, Shen Wei menatap bintang-bintang di langit.

Ia tahu, tantangan baru akan segera datang.

Tetapi kali ini, ia tidak akan sendirian.

(BERSAMBUNG KE BAB 57…)