Bab 57: Perjalanan Menuju Sisa Cahaya

Setelah malam yang panjang dan penuh renungan, Shen Wei berdiri di puncak salah satu menara Sekte Naga Putih. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma dedaunan dan embun. Di kejauhan, bintang-bintang berkelap-kelip seperti mengisyaratkan sebuah takdir baru.

Di bawahnya, murid-muridnya masih terjaga. Mereka berbincang tentang perjalanan yang akan datang, mempersiapkan peralatan, dan menyusun strategi. Meskipun terlihat lelah, mereka juga penuh semangat—karena mereka tahu, ini bukan sekadar perjalanan biasa.

Mei Er melangkah perlahan menuju Shen Wei. "Senior, kau tidak tidur?"

Shen Wei tersenyum kecil, menatap bintang-bintang. "Aku hanya sedang memikirkan apa yang akan kita hadapi nanti."

Mei Er berdiri di sampingnya, merasakan hembusan angin yang sama. "Apa yang ada di pikiranmu, Senior?"

"Sisa Cahaya… dan tempat di mana mereka tersembunyi," jawab Shen Wei pelan. "Ling Tian mengatakan bahwa ada beberapa tempat yang harus kita kunjungi. Salah satunya ada di Lautan Awan."

Mei Er sedikit terkejut. "Lautan Awan? Bukankah itu tempat yang dijaga oleh para Dewa Angin?"

Shen Wei mengangguk. "Benar. Para Dewa Angin adalah penjaga keseimbangan langit dan bumi. Mereka tidak akan dengan mudah memberikan sesuatu yang berharga tanpa alasan yang jelas."

Mei Er menunduk sejenak, lalu menatap Shen Wei. "Apa kau khawatir kita tidak akan berhasil?"

Shen Wei menghela napas. "Bukan itu yang kukhawatirkan. Aku hanya… tidak ingin kehilangan siapa pun lagi."

Mei Er menggenggam tangannya. "Senior, kita semua sudah memilih untuk ikut denganmu. Apa pun yang terjadi, kami tidak akan mundur."

Shen Wei menatap Mei Er dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Mei Er."

Mei Er tersenyum malu-malu. "Sudah larut, Senior. Sebaiknya kita beristirahat sebelum perjalanan besok."

Shen Wei mengangguk. "Baiklah. Sampai besok pagi."

Mei Er mengangguk sebelum berjalan kembali ke kamarnya, sementara Shen Wei tetap berdiri di sana, membiarkan pikirannya melayang di bawah cahaya bintang.

Saat matahari mulai terbit, seluruh murid Sekte Naga Putih sudah berkumpul di halaman utama. Shen Wei berdiri di depan mereka, didampingi oleh Mei Er, Chen Guang, dan Yu Lan.

"Hari ini, kita akan memulai perjalanan menuju Lautan Awan. Tempat itu berada di puncak gunung tertinggi dan dijaga oleh para Dewa Angin. Kita harus berhati-hati, karena tidak semua dewa bisa dipercaya."

Chen Guang mengangkat tangan. "Senior, apakah kita harus bertarung untuk mendapatkan Sisa Cahaya?"

Shen Wei menggeleng. "Tidak selalu. Ada kemungkinan mereka akan mengujiku dengan cara lain. Namun, jika mereka menganggap kita sebagai ancaman, maka kita harus siap bertarung."

Yu Lan menatap ke arah cakrawala. "Aku mendengar bahwa Lautan Awan tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Bagaimana kita bisa sampai ke sana?"

Shen Wei tersenyum. "Kita tidak akan menggunakan jalur biasa. Ada cara lain untuk mencapainya."

Mereka semua terdiam, menunggu jawaban.

Shen Wei mengangkat tangannya dan mulai membentuk simbol aneh di udara. Dalam sekejap, sebuah pusaran energi terbuka di depan mereka—sebuah portal menuju Langit Kedua.

Murid-muridnya tercengang.

"Portal ini akan membawa kita ke perbatasan Lautan Awan. Dari sana, kita harus berjalan kaki."

Mei Er menatap portal itu dengan mata penuh kekaguman. "Senior… bagaimana kau bisa membuka portal ini?"

Shen Wei menatapnya sekilas dan tersenyum. "Ini salah satu kemampuan yang kupelajari dari Ling Tian. Tapi ini hanya bertahan sebentar, kita harus segera masuk."

Tanpa ragu, mereka semua melangkah masuk ke dalam portal.

Begitu mereka keluar dari portal, mereka mendapati diri mereka berdiri di atas sebuah tebing tinggi yang dikelilingi oleh awan tebal. Udara di tempat ini jauh lebih ringan, dan setiap langkah mereka terasa seperti melayang.

Di kejauhan, terlihat sebuah istana raksasa yang melayang di antara awan, berkilauan di bawah sinar matahari.

Chen Guang menelan ludah. "Jadi itu… Istana Dewa Angin?"

Shen Wei mengangguk. "Benar. Dan di dalamnya, salah satu Sisa Cahaya tersembunyi."

Yu Lan melangkah maju. "Kita harus segera ke sana sebelum ada yang menyadari kehadiran kita."

Mereka mulai berjalan melintasi jembatan awan yang mengarah ke istana. Namun, sebelum mereka bisa mencapai pintu masuk, sebuah suara bergema di udara.

"Berhenti di tempat kalian!"

Dari dalam kabut, tiga sosok muncul, masing-masing membawa tombak berkilauan. Mereka mengenakan baju zirah putih keemasan dengan simbol angin yang berputar di dada mereka.

"Kalian bukan penduduk Langit Kedua. Apa alasan kalian datang ke sini?"** salah satu penjaga bertanya dengan suara penuh wibawa.

Shen Wei maju selangkah dan menangkupkan tangannya. "Kami datang untuk meminta izin menemui Penguasa Angin. Ada sesuatu yang harus kami bicarakan dengannya."

Para penjaga saling berpandangan sebelum akhirnya salah satu dari mereka berbicara.

"Tidak sembarang orang bisa menemui Penguasa Angin. Jika kalian ingin masuk, kalian harus membuktikan bahwa kalian layak."

Chen Guang mengangkat alis. "Apa maksudnya?"

Salah satu penjaga tersenyum tipis. "Ujian Angin. Jika kalian bisa melewatinya, kalian akan diizinkan masuk."

Shen Wei menghela napas. "Baik. Kami akan menghadapinya."

Penjaga itu mengangguk, lalu mengangkat tangannya. Dalam sekejap, angin berputar kencang di sekitar mereka, dan tanah di bawah kaki mereka mulai berguncang.

Ujian Angin telah dimulai.

Shen Wei menatap murid-muridnya. "Bersiaplah. Ini bukan ujian biasa."

Mereka semua mengangguk, mata mereka dipenuhi dengan tekad.

Angin kencang mulai membentuk wujud—tiga sosok raksasa muncul, masing-masing terdiri dari pusaran angin yang berputar cepat.

"Jika kalian ingin masuk ke Istana Dewa Angin, kalian harus mengalahkan kami!"

Shen Wei menghunus pedangnya dan menatap musuh di hadapannya.

"Kalau begitu, mari kita mulai pertarungan ini!"

(BERSAMBUNG KE BAB 58…)