Tubuh para murid Shen Wei jatuh satu per satu ke tanah. Kelelahan luar biasa menguasai mereka setelah pertarungan sengit melawan tiga sosok raksasa angin. Napas mereka tersengal, keringat membasahi wajah dan pakaian mereka, tetapi mereka tetap berusaha untuk bangkit.
Chen Guang terduduk sambil menggenggam pedangnya yang bergetar. "S-Senior… Aku kehabisan energi…"
Mei Er berlutut, tangannya menopang tubuhnya yang nyaris roboh. Matanya masih tajam, tetapi tubuhnya sudah hampir mencapai batasnya.
Yu Lan terbaring di tanah, dadanya naik turun dengan cepat. "Aku… tidak bisa… bergerak…"
Shen Wei menoleh ke arah murid-muridnya. Wajahnya tetap tenang, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa mereka telah berjuang dengan sekuat tenaga.
Ia menghela napas dan melangkah maju, mengayunkan pedangnya sekali lagi. Dalam sekejap, tiga sosok raksasa dari angin kencang itu hancur berkeping-keping, dan tebasan Shen Wei terus melesat, menghantam gunung di belakang mereka hingga menciptakan celah besar yang membentang ke langit.
Keheningan menyelimuti medan pertempuran.
Para penjaga yang menyaksikan kejadian itu menelan ludah, mata mereka membelalak tidak percaya.
Shen Wei menoleh ke murid-muridnya, lalu berjalan mendekat dan mengangkat tangannya. Sebuah cahaya keemasan muncul dari telapak tangannya, mengalir ke tubuh mereka satu per satu.
Mei Er merasakan energi hangat menyelimuti tubuhnya, keletihan yang sebelumnya melumpuhkan perlahan-lahan memudar.
"Senior…" gumamnya dengan suara pelan, "Terima kasih…"
Chen Guang dan Yu Lan pun merasakan hal yang sama. Mereka yang tadinya tidak bisa bergerak kini mulai mendapatkan kembali tenaga mereka.
Setelah memastikan semua muridnya baik-baik saja, Shen Wei berbalik menghadap penjaga Istana Dewa Angin.
Salah satu penjaga melangkah maju, matanya masih menunjukkan kekaguman.
"Aku mengakui kekuatanmu, Pelindung Dunia," katanya. "Kau dan murid-muridmu telah melewati ujian ini dengan kemuliaan. Kalian diperbolehkan masuk ke Istana Dewa Angin."
Shen Wei mengangguk. "Terima kasih atas kehormatan ini."
Dengan satu lambaian tangan penjaga itu, sebuah gerbang raksasa dari cahaya muncul di hadapan mereka.
Cahaya keemasan memancar dari dalamnya, menciptakan jalur menuju istana megah yang melayang di antara awan.
"Ayo masuk," kata Shen Wei, memimpin murid-muridnya melewati gerbang itu.
Begitu mereka melangkah masuk, sebuah ruangan luas dengan pilar-pilar kristal yang menjulang tinggi menyambut mereka.
Cahaya biru dan putih bersinar dari langit-langit, menciptakan suasana yang sejuk dan menenangkan.
Di tengah ruangan itu, seorang pria berdiri dengan jubah putih panjang yang berkibar ditiup angin.
Matanya tajam seperti elang, dan di tangannya terdapat sebuah tongkat panjang yang berkilauan dengan energi angin.
"Kalian akhirnya tiba," suara pria itu menggema di seluruh ruangan.
Shen Wei mengenali sosok itu. Dia adalah Penguasa Angin, Bai Feng, salah satu dari empat Dewa Elemen yang menjaga keseimbangan dunia.
Shen Wei menangkupkan tangannya dengan hormat. "Penguasa Angin Bai Feng, kami datang untuk meminta Sisa Cahaya yang ada di wilayahmu."
Bai Feng tersenyum tipis. "Aku sudah mendengar tentang pencarianmu, Pelindung Dunia. Namun, Sisa Cahaya bukanlah sesuatu yang bisa diberikan begitu saja."
Chen Guang menghela napas pelan. "Jadi kita harus melalui ujian lagi?"
Bai Feng menatap mereka dengan tajam. "Tidak seperti para penjaga di luar, aku tidak akan meminta kalian bertarung denganku. Sebaliknya, aku ingin melihat apakah kau layak dengan cara yang berbeda."
Mei Er bertanya, "Apa yang harus kami lakukan?"
Bai Feng mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, ruangan itu berubah menjadi pemandangan pegunungan luas yang dikelilingi oleh badai angin yang mengamuk.
Di tengah badai itu, sebuah bola cahaya kecil melayang, bersinar dengan warna biru keemasan.
"Sisa Cahaya ada di sana," kata Bai Feng. "Namun, hanya seseorang yang memiliki jiwa yang benar-benar kuat yang bisa mengambilnya."
Shen Wei menatap bola cahaya itu. "Apa maksudmu dengan 'jiwa yang kuat'?"
Bai Feng tersenyum tipis. "Kau harus berjalan melewati badai itu tanpa menggunakan kekuatan fisik atau sihirmu. Hanya tekad dan kemurnian jiwamu yang bisa membawamu ke sana."
Murid-murid Shen Wei saling berpandangan. Tantangan ini tidak mengandalkan kekuatan, melainkan ketahanan jiwa dan mental.
Shen Wei mengangguk. "Baik, aku akan mencobanya."
Tanpa ragu, dia melangkah maju ke dalam badai.
Begitu memasuki badai, tubuh Shen Wei langsung dihantam oleh angin yang sangat kuat.
Udara di sekelilingnya terasa berat, seolah-olah setiap langkah yang diambil adalah pertarungan melawan tekanan tak terlihat.
Suara-suara mulai terdengar di telinganya—bisikan-bisikan yang berasal dari kenangan lama.
"Shen Wei, kau gagal melindungiku…"
Itu adalah suara Lin Xia.
Bayangan wajahnya muncul di tengah badai, membuat langkah Shen Wei sedikit melambat.
"Shen Wei… Kenapa kau membiarkan aku pergi…"
Shen Wei mengepalkan tangannya. "Lin Xia…"
Kenangan tentang muridnya yang gugur masih terasa segar di hatinya. Rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya.
"Aku tahu kau merasa bersalah…" suara itu semakin jelas. "Tapi apakah kau akan berhenti di sini?"
Shen Wei mengangkat wajahnya. Matanya kembali tajam. Dia tidak akan terperangkap dalam ilusi ini.
Dengan tekad yang kuat, dia melangkah maju tanpa ragu.
Setiap langkah yang diambilnya menembus bayangan masa lalu, dan perlahan badai yang mengamuk mulai mereda.
Mei Er, Chen Guang, dan Yu Lan melihat dari kejauhan dengan cemas.
"Senior akan berhasil, kan?" Mei Er menggigit bibirnya.
Bai Feng tersenyum tipis. "Jika dia benar-benar layak mendapatkan Sisa Cahaya, dia akan berhasil."
Shen Wei terus berjalan. Langkah demi langkah.
Hingga akhirnya, dia mencapai bola cahaya itu dan mengulurkan tangannya.
Saat tangannya menyentuh cahaya itu, badai langsung berhenti.
Langit kembali cerah, dan ruangan itu kembali ke bentuk aslinya.
Shen Wei berdiri tegak, Sisa Cahaya berkilauan di telapak tangannya.
Bai Feng mengangguk dengan penuh penghormatan. "Kau telah membuktikan dirimu, Pelindung Dunia."