Angin malam berhembus lembut di puncak gunung, membawa serta aroma dedaunan dan embun yang mulai turun. Shen Wei berdiri tegak di depan aula utama Sekte Naga Putih, dikelilingi oleh murid-muridnya yang kini sudah lebih kuat dari sebelumnya. Setelah pertemuan dengan Bai Feng, mereka semua tahu bahwa perjalanan kali ini tidak akan seperti sebelumnya.
Mereka tidak hanya mengejar kekuatan—mereka sedang berjalan di atas garis tipis antara keseimbangan dunia dan kehancuran.
Mei Er berdiri di samping Shen Wei, matanya menatap gurunya dengan penuh keyakinan. "Senior, kita sudah siap. Kapan kita akan berangkat?"
Shen Wei menatap murid-muridnya satu per satu. Chen Guang, Yu Lan, Mei Er, serta yang lainnya—mereka semua telah berkembang pesat. Kini bukan lagi sekelompok murid yang hanya mengikuti perintah, melainkan petarung sejati yang siap menghadapi apa pun.
"Kita akan berangkat sekarang," ujar Shen Wei tegas.
Tanpa menunda lagi, mereka meninggalkan sekte. Mereka bergerak dalam barisan rapi, menuju utara—ke arah Kuil Batu Abadi, tempat bagian berikutnya dari Sisa Cahaya diduga berada.
Malam semakin larut ketika mereka mencapai Lembah Kabut, wilayah yang harus mereka lalui sebelum sampai ke kuil. Kabut tebal menyelimuti jalan setapak berbatu, menciptakan suasana mencekam.
"Lembah ini memiliki energi yang aneh," kata Yu Lan sambil menajamkan indranya.
Shen Wei mengangguk. "Tempat ini dikenal sebagai wilayah perbatasan antara dunia manusia dan alam roh. Banyak yang tersesat di sini."
Mei Er menggenggam pedangnya lebih erat. "Jadi kita harus berhati-hati."
Mereka terus berjalan dengan waspada. Langkah mereka terhenti ketika suara gemuruh terdengar dari kejauhan.
Chen Guang segera menarik pedangnya. "Ada sesuatu di depan!"
Dari balik kabut, sesosok makhluk batu raksasa muncul. Matanya bersinar merah dan tubuhnya dipenuhi ukiran kuno.
"Penjaga Batu...!" seru Shen Wei.
Makhluk itu mengaum, menciptakan gelombang energi yang menghantam tanah. Pasir dan batu beterbangan, menciptakan badai kecil di sekitar mereka.
"Mundur!" perintah Shen Wei.
Namun, makhluk itu langsung menyerang, mengayunkan lengannya yang besar ke arah mereka.
Yu Lan bergerak cepat, melompat ke samping dan melepaskan serangan energi. Ledakan cahaya menghantam tubuh makhluk itu, tetapi hanya menciptakan goresan kecil.
"Pertahanannya sangat kuat!" kata Chen Guang.
Mei Er mengangkat pedangnya dan menyalurkan energinya. "Aku akan mencoba menembus titik lemahnya!"
Shen Wei menatap makhluk itu dengan seksama. "Jangan fokus menyerang tubuhnya. Hancurkan ukiran kuno di dadanya!"
Chen Guang dan Yu Lan segera bergerak, menyerang titik yang ditunjuk Shen Wei. Dalam beberapa saat, ukiran itu mulai retak.
Shen Wei melompat ke udara, menebaskan pedangnya dengan energi yang begitu besar hingga menciptakan gelombang kejut.
"Tebasan Cahaya Ilahi!"
Serangan itu menghantam tepat di tengah dada makhluk batu itu. Dalam hitungan detik, tubuh raksasa itu mulai runtuh menjadi serpihan batu.
Kabut perlahan menghilang, memperlihatkan jalan setapak yang terbuka di depan mereka.
"Kita berhasil...!" seru Mei Er.
Shen Wei menyimpan pedangnya. "Ini baru awal. Kita harus terus bergerak."
Setelah melewati Lembah Kabut, mereka akhirnya tiba di depan Kuil Batu Abadi.
Kuil itu megah dan tua, dikelilingi oleh patung-patung raksasa yang terlihat seperti penjaga kuno. Cahaya biru kehijauan bersinar dari dalam kuil, menciptakan suasana mistis.
Chen Guang menatap ke sekeliling. "Rasanya tempat ini sudah lama tidak dikunjungi."
Mei Er menggigit bibirnya. "Tapi kita tidak boleh lengah. Bisa saja ada jebakan."
Shen Wei berjalan lebih dulu, membuka gerbang kuil dengan hati-hati. Begitu mereka masuk, suara gemuruh terdengar, dan tiba-tiba…
Dua sosok muncul dari dalam kuil.
Salah satunya adalah seorang pria berambut perak dengan jubah putih bercahaya, memegang tongkat panjang yang memancarkan cahaya suci.
Di sampingnya, berdiri seorang wanita dengan rambut hitam panjang, matanya bersinar keemasan, mengenakan baju zirah perunggu.
Shen Wei menyipitkan mata. "Siapa kalian?"
Pria itu tersenyum tipis. "Kami adalah Penjaga Kuil Batu Abadi."
Wanita di sampingnya mengangkat pedangnya. "Dan kalian telah melangkah terlalu jauh."
Mei Er menelan ludah. "Sepertinya mereka tidak akan membiarkan kita mengambil Sisa Cahaya dengan mudah."
Shen Wei tersenyum dingin. "Kalau begitu, kita harus membuktikan bahwa kita layak untuk mendapatkannya."