Bab 74: Perjalanan Menuju Artefak Langit

Langit merah darah masih menyelimuti dunia, tanda bahwa Xie Tian, Raja Kegelapan, telah bangkit sepenuhnya. Shen Wei dan murid-muridnya tidak punya banyak waktu—mereka harus segera menemukan Tiga Artefak Langit, satu-satunya harapan untuk melawan kekuatan kegelapan yang akan datang.

Di aula utama Sekte Naga Putih, Shen Wei berdiri di depan sebuah peta kuno yang terbentang di atas meja batu.

"Berdasarkan catatan para leluhur, tiga artefak itu tersembunyi di tiga lokasi yang berbeda," katanya dengan suara serius. "Satu di Puncak Surga Abadi, satu di Danau Roh Seribu Tahun, dan yang terakhir di Kuil Matahari yang Hilang."

Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang saling bertatapan. Mereka tahu bahwa perjalanan kali ini akan jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.

Mei Er mengambil napas dalam. "Senior, tempat mana yang akan kita tuju lebih dulu?"

Shen Wei menunjuk puncak yang menjulang tinggi di peta. "Puncak Surga Abadi. Itu yang paling dekat."

Dibutuhkan tiga hari perjalanan dengan kecepatan penuh untuk mencapai Puncak Surga Abadi.

Sepanjang perjalanan, mereka merasakan aura kegelapan semakin kuat. Desa-desa yang mereka lewati kosong, tanahnya tandus, dan langit tetap berwarna merah seperti pertanda kehancuran yang akan datang.

Di malam pertama perjalanan, mereka berkemah di dalam Hutan Angin Hitam. Saat itu, Mei Er duduk di dekat api unggun, menatap Shen Wei dengan khawatir.

"Senior, apa kau yakin kita bisa menemukan artefak itu sebelum Xie Tian menyerang?"

Shen Wei menatap nyala api. "Aku tidak tahu, Mei Er. Tapi yang pasti… kita tidak bisa menyerah."

Yu Lan, yang duduk tak jauh, menimpali, "Aku masih tidak percaya bahwa ada seseorang yang bisa menandingi kekuatan Senior Shen Wei."

Shen Wei tersenyum tipis. "Xie Tian bukanlah makhluk biasa. Dia adalah penguasa kegelapan yang telah disegel selama ribuan tahun. Bahkan para Dewa harus bekerja sama untuk menyegelnya. Sekarang segel itu melemah… dan aku tidak yakin apakah aku bisa mengalahkannya seorang diri."

Chen Guang mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, kita akan bertarung bersamamu, Senior."

Mei Er mengangguk. "Kami sudah berjanji tidak akan meninggalkanmu."

Shen Wei menatap murid-muridnya dengan penuh kebanggaan. Mereka telah tumbuh jauh lebih kuat—tidak hanya dalam kekuatan, tetapi juga dalam keyakinan dan tekad.

Namun, sebelum mereka bisa beristirahat lebih lama, tiba-tiba hembusan angin dingin bertiup kencang.

Suara auman mengerikan menggema di seluruh hutan.

Dari balik pepohonan, sesosok makhluk raksasa muncul. Tubuhnya hitam pekat dengan mata berwarna emas yang bersinar tajam. Itu adalah Raja Serigala Hitam, penjaga pertama Puncak Surga Abadi.

"Kalian yang mengincar Artefak Langit, aku tidak akan membiarkan kalian melewati tempat ini!" suara makhluk itu bergema seperti guntur di langit.

Tanpa peringatan, Raja Serigala Hitam langsung menerjang ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa!

BOOM!

Shen Wei segera melompat ke depan, menebaskan pedangnya untuk menahan serangan. Namun, kekuatan benturan itu membuatnya terdorong beberapa langkah ke belakang.

Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang langsung mengambil posisi.

"Senior, kami akan membantumu!" seru Yu Lan.

Namun, Shen Wei menggeleng. "Serigala ini terlalu kuat. Kalian lindungi diri sendiri!"

Mei Er tetap maju dan mengaktifkan Formasi Pelindung Naga Putih, menciptakan penghalang energi untuk menahan serangan selanjutnya.

Sementara itu, Shen Wei memusatkan energi ilahinya, lalu melesat ke arah makhluk itu dengan kecepatan tinggi!

"Tebasan Cahaya Langit!"

Serangannya mengenai tubuh Serigala Hitam, namun makhluk itu hanya terdorong beberapa langkah tanpa terluka parah.

"Hahaha! Ini saja kekuatan seorang Pelindung Dunia?" seru Serigala Hitam sambil menyeringai.

Shen Wei mengerutkan kening. Makhluk ini memang bukan lawan sembarangan.

Namun, dia tidak boleh kalah.

Mengambil napas dalam, dia mengaktifkan mode pertempuran tingkat tinggi—tubuhnya mulai bersinar dengan cahaya keemasan yang membuat Mei Er dan yang lainnya tercengang.

"Teknik Rahasia: Formasi Langit Tak Terbatas!"

Dalam sekejap, ratusan pedang cahaya muncul di udara, mengelilingi Serigala Hitam!

"Apa—?!" Serigala Hitam terkejut.

"Hancurkan!" seru Shen Wei.

Ratusan pedang cahaya itu melesat ke arah Serigala Hitam, menembus tubuhnya dari berbagai arah!

"GRAAAAAAAAAAH!"

Serigala Hitam meraung kesakitan, tubuhnya perlahan melemah.

Namun, sebelum jatuh ke tanah, dia tersenyum samar.

"Kau… pantas mendapatkannya…" katanya sebelum akhirnya tubuhnya menghilang menjadi butiran cahaya.

Di tempatnya berdiri, muncul sebuah bola kristal berwarna biru yang bersinar terang.

"Itu dia… Artefak Langit pertama!" seru Mei Er.

Shen Wei mengambil bola kristal itu, merasakan kekuatan luar biasa yang mengalir di dalamnya.

"Satu telah kita dapatkan. Dua lagi tersisa."

Namun, dia tahu… bahwa musuh yang lebih kuat masih menanti mereka di perjalanan berikutnya.

Di tempat lain, jauh di dalam Tanah Terlarang, Xie Tian sedang duduk di atas singgasana hitamnya.

Di depannya, seorang bawahan berpakaian jubah merah berlutut.

"Yang Mulia, para manusia telah menemukan salah satu Artefak Langit."

Xie Tian tersenyum tipis. "Begitu cepat? Shen Wei… kau memang tidak bisa diremehkan."

Dia berdiri, auranya yang gelap bergetar di udara.

"Jika mereka ingin mengumpulkan artefak itu… aku akan membuat perjalanan mereka menjadi neraka."

Xie Tian mengangkat tangannya, menciptakan pilar hitam yang melepaskan energi kegelapan ke seluruh dunia.

"Mulai sekarang… kegelapan tidak akan membiarkan mereka beristirahat."

Setelah mengalahkan Raja Serigala Hitam, Shen Wei dan murid-muridnya kembali ke Sekte Naga Putih untuk memulihkan diri sebelum perjalanan berikutnya.

Di malam itu, Mei Er duduk di dekat Shen Wei.

"Senior… apakah kau tidak lelah?" tanyanya dengan suara pelan.

Shen Wei menatap langit. "Lelah… Tapi aku tidak bisa berhenti."

Mei Er menggenggam tangannya. "Apa yang harus aku lakukan agar bisa berdiri di sisimu lebih lama?"

Shen Wei menoleh dan tersenyum. "Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri, Mei Er."

Malam itu, mereka beristirahat.

Namun, di kejauhan, awan hitam mulai berkumpul di langit…

(Bersambung ke Bab 75…)