Bab 75: Bayangan di Danau Roh Seribu Tahun

Langit masih diliputi awan kelam saat Shen Wei dan murid-muridnya melanjutkan perjalanan menuju Danau Roh Seribu Tahun, tempat artefak kedua disembunyikan. Setelah pertempuran sengit melawan Raja Serigala Hitam, mereka tahu bahwa tantangan kali ini akan jauh lebih berat.

Di sepanjang perjalanan, Mei Er terus mengamati langit yang semakin gelap. "Senior, rasanya semakin sulit bernapas... Ada sesuatu yang aneh di sini."

Shen Wei mengangguk. "Ini adalah efek dari pengaruh kegelapan yang semakin kuat. Xie Tian pasti sudah mulai bergerak."

Chen Guang mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, kita harus lebih cepat sebelum dia menghalangi kita!"

Yu Lan, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. "Tapi bagaimana jika jebakan sudah menunggu kita di danau?"

Shen Wei menatap ke depan dengan tatapan tajam. "Kalau itu terjadi… kita akan menghadapinya."

Mereka melewati hutan yang lebat sebelum akhirnya tiba di tepi Danau Roh Seribu Tahun. Airnya begitu bening hingga mereka bisa melihat dasar danau, tetapi suasana di sekitarnya terasa sangat sunyi.

Mei Er merapatkan jubahnya. "Kenapa tempat ini terasa... kosong?"

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam danau. Permukaan air mulai berputar, menciptakan pusaran besar di tengahnya. Dari dalam pusaran itu, perlahan muncul sebuah bayangan raksasa dengan mata berkilauan seperti permata biru.

Sosok itu melayang di atas air, memperlihatkan wujudnya—seekor Naga Air Abadi, penjaga artefak kedua!

"Siapa yang berani mengusik ketenangan Danau Roh Seribu Tahun?" suara naga itu bergema di udara, penuh wibawa.

Shen Wei maju selangkah. "Kami datang untuk mencari Artefak Langit yang tersembunyi di tempat ini!"

Naga itu menatap mereka dengan tajam. "Kalian ingin kekuatan itu? Maka kalian harus membuktikan bahwa kalian layak!"

Tiba-tiba, air di danau mulai naik, membentuk gelombang besar yang langsung menyerang mereka!

"HATI-HATI!" seru Shen Wei.

Dia segera mengayunkan pedangnya, menciptakan penghalang energi untuk melindungi Mei Er dan yang lainnya. Namun, gelombang itu terlalu kuat—semuanya terdorong mundur!

Mei Er hampir terjatuh ke dalam air, tetapi Shen Wei dengan cepat menarik tangannya.

Chen Guang dan Yu Lan segera mengambil posisi bertarung.

"Kalau ini ujian, maka kita akan melawannya!" seru Chen Guang sambil menghunus pedangnya.

Naga Air Abadi mengangkat kepalanya, lalu mengeluarkan hembusan napas biru yang langsung mengarah ke Shen Wei!

Shen Wei melompat ke udara, menghindari serangan itu, lalu membalas dengan Tebasan Cahaya Langit!

Serangannya mengenai tubuh naga, tetapi tidak melukainya sama sekali.

Mei Er menggigit bibirnya. "Serangan itu tidak berpengaruh..."

Yu Lan menatap naga itu dengan tajam. "Mungkin... kita tidak harus mengalahkannya dengan kekuatan?"

Shen Wei terdiam sejenak. Lalu, dia menurunkan pedangnya dan berdiri dengan tenang.

"Aku mengerti..."

Dia menatap langsung ke mata Naga Air Abadi. "Kami tidak datang untuk menghancurkan atau menguasai kekuatan ini. Kami hanya ingin menggunakannya untuk melindungi dunia dari Xie Tian."

Mata naga itu menyipit. "Apakah kau yakin dengan kata-katamu?"

Shen Wei mengangguk tegas. "Aku bersumpah atas namaku sebagai Pelindung Dunia."

Suasana hening sesaat.

Lalu, Naga Air Abadi tersenyum.

"Baiklah, aku menerima sumpahmu."

Air di danau tiba-tiba menjadi tenang. Di tengah permukaan air, muncul sebuah bola kristal berwarna biru muda yang bersinar lembut.

"Ini dia... Artefak Langit kedua," kata naga itu.

Shen Wei mengambil artefak itu, merasakan kekuatan luar biasa yang mengalir di dalamnya.

"Terima kasih, Penjaga Danau," ucapnya dengan hormat.

Naga itu mengangguk sebelum kembali tenggelam ke dalam danau, menghilang tanpa jejak.

Di tempat lain, di dalam Istana Kegelapan, Xie Tian berdiri di hadapan sebuah cermin hitam yang memperlihatkan kejadian di Danau Roh Seribu Tahun.

Dia tersenyum tipis.

"Mereka berhasil mendapatkan artefak kedua... Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkan mereka mendapatkan yang ketiga."

Dengan satu gerakan tangannya, tiga bayangan hitam muncul di hadapannya.

"Pergilah ke Kuil Matahari yang Hilang. Habisi mereka sebelum mereka mendapatkan artefak terakhir."

Tiga bayangan itu membungkuk, lalu menghilang dalam kegelapan.

Setelah meninggalkan danau, Shen Wei dan murid-muridnya beristirahat di sebuah perkemahan kecil.

Mei Er duduk di dekat api unggun, menatap artefak yang baru mereka dapatkan. "Senior... kita hanya butuh satu lagi, kan?"

Shen Wei mengangguk. "Ya, tapi perjalanan berikutnya akan jauh lebih berbahaya."

Mei Er menatapnya dalam-dalam. "Senior... aku takut kehilanganmu."

Shen Wei terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Aku tidak akan pergi ke mana pun, Mei Er. Aku berjanji."

Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa janji itu mungkin sulit untuk ditepati.

(Bersambung ke Bab 76…)