Langit di atas perkemahan Shen Wei dan murid-muridnya mulai dipenuhi awan hitam yang berputar seperti pusaran. Angin dingin bertiup kencang, membuat api unggun yang mereka nyalakan berkedip-kedip, seolah ingin padam kapan saja.
Mei Er menatap ke langit dengan ekspresi khawatir. "Senior, aku merasakan sesuatu yang buruk..."
Chen Guang langsung menggenggam pedangnya erat. "Aku juga... Sepertinya kita tidak akan punya waktu untuk beristirahat."
Shen Wei berdiri dari tempat duduknya. Matanya tajam menembus kegelapan, mencoba merasakan apa yang sedang mendekat.
Lalu, tiba-tiba…
BOOM!
Ledakan besar terjadi di hutan sekitar perkemahan. Pohon-pohon tumbang, dan dari dalam bayangan muncul tiga sosok bertudung hitam. Aura kegelapan yang mereka bawa begitu pekat hingga udara di sekitar mereka terasa lebih berat.
"Shen Wei..." salah satu dari mereka berbicara dengan suara dingin. "Akhirnya kita bertemu."
Shen Wei menatap mereka tanpa gentar. "Siapa kalian?"
Sosok di tengah mengangkat tangannya, menunjukkan cincin hitam berukir simbol mata iblis. "Kami adalah Tiga Bayangan Kegelapan, utusan langsung dari Xie Tian. Kami datang untuk menghentikan langkahmu."
Mei Er langsung berdiri dan menghunus pedangnya. "Jika kalian ingin bertarung, kami tidak akan mundur!"
Sosok pertama tertawa pelan. "Kami tidak datang untuk bertarung... Kami datang untuk menghabisimu."
Tanpa peringatan, salah satu dari mereka langsung menyerang dengan cambuk bayangan yang bergerak seperti ular raksasa, mengarah ke Shen Wei.
ZRAK!
Shen Wei menghindar dengan cepat, namun serangan itu justru menghancurkan tanah tempatnya berdiri, menciptakan lubang besar.
Yu Lan melompat dan melancarkan serangan cahaya ke arah lawan, tetapi serangannya justru terserap oleh kabut hitam yang menyelimuti tubuh musuhnya.
Chen Guang bergerak ke depan, mencoba menyerang dengan pedangnya, tetapi bayangan itu dengan mudah menangkap serangannya dan mendorongnya mundur dengan satu hentakan!
"Mereka terlalu kuat!" pikir Shen Wei.
Dia tidak boleh menahan diri.
Dengan cepat, dia mengaktifkan tekniknya. Cahaya keemasan mulai menyelimuti tubuhnya, menandakan bahwa dia menggunakan kekuatan sejatinya.
"Teknik Ilahi: Cahaya Langit Abadi!"
Dalam sekejap, cahaya menyebar ke seluruh area, menembus kegelapan yang diciptakan oleh musuh-musuhnya.
Para Bayangan Kegelapan langsung terdorong mundur.
"Bagus... Tapi itu tidak cukup!" salah satu dari mereka berteriak.
Tiba-tiba, sosok tertinggi dari mereka mengangkat kedua tangannya, menciptakan sebuah pusaran hitam raksasa di langit.
Energi di sekitarnya mulai tersedot ke dalam pusaran itu.
Mei Er merasakan tubuhnya melemah. "Senior... aku tidak bisa bergerak..."
Yu Lan dan Chen Guang juga mulai kehilangan keseimbangan mereka.
Shen Wei menggertakkan giginya.
Dia tidak bisa membiarkan ini berlanjut!
Dengan kekuatan terakhirnya, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.
"Teknik Rahasia: Cahaya Pembelah Kegelapan!"
Dalam sekejap, cahaya suci meledak dari pedangnya, menembus pusaran hitam dan menghancurkannya dalam satu serangan!
Para Bayangan Kegelapan berteriak kesakitan saat tubuh mereka terkena cahaya itu.
"Tidak mungkin...!"
Namun, sebelum mereka bisa melarikan diri, Shen Wei menebaskan pedangnya sekali lagi.
Dengan satu tebasan, ketiga sosok itu menghilang menjadi debu hitam, lenyap tanpa jejak.
Setelah pertempuran selesai, Shen Wei terjatuh berlutut.
Tenaganya hampir habis.
Mei Er segera berlari ke arahnya dan memegang tangannya. "Senior, kau tidak apa-apa?"
Shen Wei tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja... Tapi ini belum selesai."
Dia menatap ke langit.
Meskipun dia telah mengalahkan tiga utusan Xie Tian, dia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perang yang lebih besar.
Yu Lan menatapnya dengan serius. "Senior... kita sudah mendapatkan dua artefak. Yang terakhir ada di Kuil Matahari yang Hilang."
Chen Guang mengangguk. "Dan Xie Tian pasti sudah menunggu kita di sana."
Mei Er menggenggam tangan Shen Wei lebih erat. "Tidak peduli seberapa berat perjalanan ini... Aku akan tetap bersamamu."
Shen Wei menatapnya dalam-dalam dan mengangguk.
"Kalau begitu... kita harus bersiap."
Malam itu, mereka beristirahat sejenak, menyadari bahwa Volume 7 telah berakhir...
(Bersambung ke Volume 8 – Bab 77…)