Bab 77: Perjalanan ke Kuil Matahari yang Hilang

Setelah mengalahkan Tiga Bayangan Kegelapan, Shen Wei dan murid-muridnya hanya memiliki satu tujuan tersisa—Kuil Matahari yang Hilang, tempat artefak terakhir berada.

Malam itu, mereka duduk di sekitar api unggun, memulihkan tenaga dan menyusun strategi.

Yu Lan membuka peta kuno yang mereka temukan sebelumnya. "Menurut catatan, Kuil Matahari yang Hilang berada di Dataran Langit Terbakar, sebuah tempat yang hanya bisa dijangkau dengan melewati Lembah Angin Hitam."

Chen Guang mengernyit. "Lembah Angin Hitam? Aku pernah mendengar tentang tempat itu. Angin di sana bisa memotong batu menjadi serpihan. Jika kita melewatinya tanpa persiapan, kita bisa terhancur sebelum sampai ke tujuan."

Mei Er menggigit bibirnya, merasa cemas. "Tapi kita tidak punya pilihan lain, kan?"

Shen Wei, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Tidak. Kita harus pergi ke sana. Xie Tian pasti sudah mengetahui tujuan kita, dan dia mungkin sudah menyiapkan sesuatu di depan. Semakin lama kita menunggu, semakin besar bahaya yang akan datang."

Semua orang terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk.

Malam itu, mereka beristirahat dengan hati yang penuh kewaspadaan.

Keesokan harinya, mereka berangkat lebih awal. Udara di sekitar mereka semakin panas saat mereka mendekati perbatasan Lembah Angin Hitam.

Saat mereka tiba, pemandangan yang mereka lihat sungguh mengerikan—angin berputar-putar dengan kecepatan luar biasa, membawa pasir dan bebatuan kecil yang beterbangan di udara.

"Ini lebih buruk dari yang kubayangkan..." Mei Er berkata sambil menutupi wajahnya dengan lengan bajunya.

Yu Lan mencoba melemparkan batu kecil ke dalam lembah, tetapi begitu batu itu masuk, langsung hancur menjadi debu.

Chen Guang menelan ludah. "Bagaimana kita bisa melewati ini?"

Shen Wei memejamkan matanya, merasakan energi di sekitar.

"Ada pola dalam angin ini," katanya akhirnya. "Jika kita bisa memahami ritmenya, kita bisa menemukan celah untuk melewatinya."

Dengan sabar, mereka mengamati pergerakan angin. Setelah beberapa jam, mereka mulai memahami pola pergerakannya—ada saat-saat tertentu ketika angin melemah, hanya dalam beberapa detik.

"Itulah kesempatan kita," kata Shen Wei tegas. "Kita harus melewatinya dengan cepat dan tepat."

Mereka mengambil posisi, menunggu saat yang tepat.

"Sekarang!" Shen Wei memberi aba-aba.

Dengan kecepatan tinggi, mereka berlari menembus lembah saat angin melemah.

Namun, tepat saat mereka hampir mencapai ujung lembah, sesuatu yang besar muncul dari dalam badai angin.

Sebuah suara menggelegar memenuhi lembah.

"SIAPA YANG BERANI MENGGANGGU TEMPATKU?!"

Dari dalam badai, muncul sosok raksasa berwarna abu-abu, memiliki tubuh yang tampak seperti gabungan dari bayangan dan angin. Matanya bersinar merah, dan dua sayap besar berputar seperti pusaran angin.

"Itu Raja Angin Iblis!" teriak Yu Lan.

Makhluk itu mengangkat tangannya, dan badai besar mulai terbentuk, siap menghancurkan mereka semua.

"AWAS!" Mei Er berteriak.

Shen Wei dengan cepat menghunus pedangnya dan melompat ke depan.

"Teknik Ilahi: Perisai Langit!"

Dalam sekejap, cahaya keemasan muncul di depan mereka, membentuk perisai besar yang menahan badai tersebut.

Namun, serangan Raja Angin Iblis begitu kuat sehingga perisai itu mulai retak!

Chen Guang dan Yu Lan langsung bergerak menyerang dari dua sisi.

Yu Lan melesatkan tombak petir, tetapi angin kencang yang menyelimuti tubuh makhluk itu membuat serangan tersebut terpantul.

Chen Guang mencoba menebas kakinya dengan pedang, tetapi pedangnya langsung tertiup oleh angin!

"Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung!" teriak Mei Er.

Shen Wei berpikir cepat. "Kita harus menyerang pusat pusaran angin di tubuhnya! Itu titik lemahnya!"

Mei Er mengangguk. "Aku akan mencari celahnya!"

Dengan kecepatan tinggi, Mei Er melompat dan mengitari Raja Angin Iblis, mencari titik yang paling rentan.

Setelah beberapa saat, dia melihatnya—ada sebuah inti energi di dada makhluk itu, bersinar samar-samar di balik pusaran angin!

"Di dadanya!" Mei Er berteriak.

Shen Wei langsung melompat tinggi ke udara.

"Teknik Rahasia: Tebasan Langit Abadi!"

Cahaya keemasan dari pedangnya bersinar terang, lalu dia menebaskannya tepat ke arah inti Raja Angin Iblis!

ZRAAAK!

Tebasan itu langsung menembus pusaran angin dan mengenai inti makhluk itu.

Raja Angin Iblis menjerit keras. Tubuhnya mulai bergetar dan perlahan-lahan menghilang menjadi angin yang tenang.

Mereka semua terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

Yu Lan menghela napas lega. "Kita berhasil..."

Chen Guang tersenyum lelah. "Itu pertarungan yang sulit."

Shen Wei menatap angin yang kini berhembus lembut. "Kita harus terus bergerak. Xie Tian pasti sudah tahu kita menuju Kuil Matahari yang Hilang."

Mei Er menatapnya. "Senior, kau yakin bisa menghadapi Xie Tian?"

Shen Wei menatap langit yang kini mulai memerah oleh sinar matahari senja.

"Aku harus yakin."

Dengan langkah mantap, mereka melanjutkan perjalanan, mendekati tujuan terakhir mereka...

(Bersambung ke Bab 78…)