Setelah melewati Lembah Angin Hitam dan mengalahkan Raja Angin Iblis, Shen Wei dan murid-muridnya akhirnya tiba di Dataran Langit Terbakar, tempat di mana Kuil Matahari yang Hilang seharusnya berada.
Namun, yang mereka temukan hanyalah hamparan tanah merah yang luas, tanpa tanda-tanda keberadaan kuil.
Chen Guang mengusap keringat di dahinya. "Apa kita salah tempat? Seharusnya kuil itu ada di sini, kan?"
Mei Er mengeluarkan peta kuno yang mereka bawa. "Menurut peta ini, kita berada di titik yang tepat... tapi kenapa tidak ada kuil?"
Yu Lan memandang ke langit yang dipenuhi awan merah membara. "Tempat ini terasa... aneh. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan."
Shen Wei menyipitkan mata, mencoba merasakan energi di sekitar mereka. Dan saat itulah dia menyadarinya.
"Ini ilusi," ucapnya lirih.
Semua orang menoleh.
Shen Wei mengangkat tangannya dan menyalurkan energinya ke tanah. "Ada sesuatu yang menyelimuti tempat ini. Jika kita bisa menghancurkan ilusi ini, kita mungkin bisa melihat kuil yang sebenarnya."
Tanpa ragu, Shen Wei menghunus pedangnya dan mengaktifkan kekuatannya.
"Teknik Ilahi: Cahaya Langit Abadi!"
Cahaya keemasan menyebar dari pedangnya, menerangi seluruh dataran.
Sekejap kemudian, seluruh dunia di sekitar mereka bergetar, dan perlahan-lahan, pemandangan di depan mereka mulai berubah.
Di hadapan mereka, perlahan-lahan terbentuk sebuah kuil megah yang terbuat dari emas dan batu merah, berdiri kokoh di tengah dataran yang kini berubah menjadi tanah berbatu yang bersinar keemasan.
Mei Er terkejut. "Kuil ini... begitu besar!"
Yu Lan mengangguk. "Ilusi tadi pasti dibuat untuk menyembunyikannya dari orang luar."
Chen Guang menelan ludah. "Aku bisa merasakan kekuatan luar biasa dari dalam kuil itu..."
Shen Wei tidak mengatakan apa-apa. Dia bisa merasakan sesuatu yang lebih mengerikan di dalam sana.
Tanpa membuang waktu, mereka berjalan menuju kuil.
Namun, saat mereka mendekati gerbang utama, suara berat bergema di udara.
"Hanya mereka yang layak yang boleh memasuki Kuil Matahari. Buktikan dirimu!"
Tiba-tiba, tiga sosok berselubung cahaya keemasan muncul di hadapan mereka.
Tiga sosok itu melayang di udara, masing-masing mengenakan jubah emas dan membawa senjata yang berbeda.
Penjaga Pertama memegang tombak panjang yang bersinar dengan api.
Penjaga Kedua membawa perisai besar dengan lambang matahari di tengahnya.
Penjaga Ketiga membawa dua pedang pendek yang tampak bergetar oleh kekuatan petir.
Shen Wei maju selangkah. "Kami datang untuk mengambil artefak Matahari. Dunia sedang dalam bahaya, dan kami membutuhkannya untuk menghentikan Xie Tian."
Penjaga Pertama menatapnya. "Kekuatan bukanlah satu-satunya hal yang menentukan apakah seseorang layak memegang kekuatan Matahari. Kalian harus melalui ujian kami!"
Shen Wei menghunus pedangnya. "Kalau begitu, kami akan menghadapinya."
Ketiga penjaga itu bergerak serentak.
Penjaga Pertama melayangkan tombaknya, menciptakan gelombang api yang menyerang mereka dari segala arah.
Chen Guang melompat ke depan, mengayunkan pedangnya untuk menangkis api tersebut. "Aku akan menahan serangan ini!"
Sementara itu, Penjaga Kedua mengangkat perisainya, menciptakan dinding cahaya yang menghalangi gerakan Mei Er dan Yu Lan.
"Kita terjebak!" Mei Er berusaha menyerang perisai itu dengan pedangnya, tapi serangannya seperti menabrak batu yang tak tergoyahkan.
Yu Lan menggertakkan giginya. "Aku akan mencoba menghancurkannya dari atas!"
Dia melompat tinggi ke udara dan melemparkan tombaknya yang diselimuti petir ke arah perisai.
BOOM!
Dentuman keras terdengar, tetapi perisai itu hanya retak sedikit.
Shen Wei melihat situasi ini dan langsung melesat ke depan, mengincar Penjaga Ketiga, yang sejak tadi bergerak lincah dengan dua pedangnya.
"Teknik Ilahi: Tebasan Matahari!"
Pedang Shen Wei menyala dengan cahaya keemasan saat dia menyerang dengan cepat.
Penjaga Ketiga menangkis dengan kedua pedangnya, menciptakan percikan cahaya di udara.
Mereka bertukar lebih dari dua puluh serangan dalam hitungan detik, tetapi Shen Wei mulai menyadari sesuatu...
Para penjaga ini tidak bertarung untuk menang. Mereka hanya ingin menguji tekad kami.
Shen Wei berhenti dan menurunkan pedangnya.
Penjaga Ketiga tampak terkejut. "Kenapa kau berhenti?"
Shen Wei menatapnya dengan mata tajam. "Kami tidak datang untuk membuktikan kekuatan kami dengan bertarung. Kami datang karena kami ingin menyelamatkan dunia."
Mendengar itu, cahaya keemasan di sekitar para penjaga mulai bergetar.
Penjaga Pertama menurunkan tombaknya. Penjaga Kedua menurunkan perisainya. Penjaga Ketiga menyarungkan pedangnya.
"Kalian telah lulus."
Angin lembut bertiup saat ketiga penjaga itu menghilang perlahan-lahan, meninggalkan gerbang kuil yang kini terbuka lebar.
Mei Er menatap Shen Wei dengan kagum. "Senior... kau tahu dari awal, ya?"
Shen Wei tersenyum tipis. "Hanya firasat."
Yu Lan menghela napas lega. "Setidaknya kita tidak harus bertarung sampai mati."
Chen Guang tertawa kecil. "Tapi ini baru awal, kan?"
Shen Wei mengangguk. "Ya. Xie Tian pasti sudah tahu kita ada di sini. Kita harus bergerak cepat."
Dengan penuh kewaspadaan, mereka memasuki Kuil Matahari, tempat artefak terakhir berada...
(Bersambung ke Bab 79…)