Bab 79: Rahasia Kuil Matahari

Shen Wei dan murid-muridnya melangkah melewati gerbang Kuil Matahari yang Hilang, merasakan hawa panas yang semakin meningkat. Cahaya keemasan menyelimuti dinding dan pilar kuil, menciptakan bayangan yang bergerak seiring dengan api yang berkobar di obor-obor raksasa.

Di depan mereka terbentang koridor panjang dengan lantai mozaik berukir matahari. Di sisi kiri dan kanan, terdapat patung-patung besar yang menggambarkan dewa matahari kuno. Namun, yang membuat Shen Wei waspada adalah energi yang berdenyut dari dalam kuil, seolah-olah sesuatu sedang menunggu mereka di dalam.

Mei Er menggigit bibirnya, merasa sedikit gelisah. "Senior, tempat ini terasa... tidak biasa."

Chen Guang mengangguk, tangannya menggenggam gagang pedangnya erat-erat. "Aku bisa merasakan sesuatu yang kuat di sini."

Yu Lan mengamati ukiran di dinding. "Sepertinya ini bukan hanya kuil biasa. Ini lebih mirip tempat penyegelan."

Shen Wei menatap ke dalam kegelapan di ujung lorong. "Kita tidak punya waktu untuk ragu. Xie Tian pasti sudah mengetahui keberadaan kita. Kita harus menemukan artefak sebelum dia tiba."

Mereka melanjutkan perjalanan, melangkah lebih dalam ke dalam kuil.

Setelah berjalan beberapa ratus meter, tiba-tiba lantai di bawah mereka bergetar.

Klik!

Shen Wei segera menyadarinya. "Hati-hati! Ada jebakan!"

Tiba-tiba, dari celah-celah di dinding, anak panah berapi melesat dengan kecepatan tinggi, mengarah langsung ke mereka.

Chen Guang segera mengayunkan pedangnya, menangkis beberapa panah yang mendekatinya. "Sial, jebakan macam apa ini?!"

Yu Lan bergerak gesit, menghindari panah dengan lompatan ringan. "Kita harus bergerak cepat!"

Mei Er mengaktifkan teknik pertahanan, menciptakan perisai energi untuk menahan serangan. Namun, jumlah panah yang terus berdatangan membuatnya kesulitan.

Shen Wei memfokuskan auranya, kemudian menghunus pedangnya.

"Teknik Ilahi: Lingkaran Surya!"

Dalam sekejap, cahaya keemasan meledak dari pedangnya, menciptakan gelombang energi yang menghancurkan semua panah yang mendekat.

Koridor kembali sunyi.

Mei Er menghela napas lega. "Itu tadi hampir saja..."

Shen Wei mengangguk. "Ini baru awal. Kita harus tetap waspada."

Mereka melanjutkan perjalanan, menyadari bahwa bahaya di dalam kuil ini tidak bisa dianggap remeh.

Setelah melewati lorong panjang yang penuh jebakan, mereka tiba di sebuah ruangan luas yang dipenuhi peti mati batu berukir lambang matahari. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar besar yang bersinar dengan cahaya keemasan.

Yu Lan mengernyit. "Tempat ini... terasa seperti pemakaman."

Mei Er melihat ke sekeliling dengan cemas. "Apakah ini tempat peristirahatan para penjaga kuil?"

Chen Guang berjalan mendekati salah satu peti mati dan membaca tulisan di permukaannya. "'Di sini bersemayam para Raja Matahari, pelindung cahaya dan keseimbangan dunia. Jangan ganggu tidur mereka, atau kegelapan akan terbangun.'"

Shen Wei mengerutkan kening. "Itu bukan peringatan biasa. Tempat ini memang benar-benar tempat penyegelan."

Tiba-tiba, altar di tengah ruangan mulai bergetar. Cahaya keemasan menyala semakin terang, dan dari dalam altar, terdengar suara berat yang menggema di seluruh ruangan.

"Siapa yang berani memasuki makam para Raja Matahari?"

Mei Er mundur selangkah, sementara Yu Lan dan Chen Guang langsung mengangkat senjata mereka.

Shen Wei tetap tenang. "Kami datang bukan untuk mengganggu, tetapi untuk meminta kekuatan Matahari demi menyelamatkan dunia."

Dari dalam altar, sesosok cahaya keemasan perlahan terbentuk, menampakkan sosok pria berjubah emas dengan mahkota matahari di kepalanya.

Matanya bersinar seperti api, dan suaranya menggema seperti guntur.

"Hanya mereka yang membawa kehendak sejati Matahari yang boleh mengambil kekuatan ini. Kau harus membuktikan dirimu."

Shen Wei melangkah maju. "Aku siap menerima ujianmu."

Sosok cahaya itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, seluruh ruangan berubah.

Mereka kini berdiri di ruang kosong tanpa batas, dengan langit yang terbagi menjadi dua—setengah bercahaya keemasan, setengah lagi gelap pekat.

Di hadapan Shen Wei, muncul sosok dirinya sendiri, tetapi dengan mata berwarna hitam pekat dan aura yang dipenuhi kegelapan.

Mei Er terkejut. "Senior... itu..."

Yu Lan menggertakkan giginya. "Itu bayangan kegelapanmu!"

Sosok gelap itu menatap Shen Wei dengan dingin.

"Kau ingin mengambil kekuatan Matahari? Tapi bagaimana jika kau sendiri masih ragu dengan jalanmu?"

Shen Wei menghela napas. "Aku sudah memilih jalanku. Aku tidak akan mundur."

Bayangan itu tersenyum tipis. "Kalau begitu, buktikan."

Dalam sekejap, pertarungan antara Shen Wei dan bayangan kegelapannya dimulai.

Shen Wei mengayunkan pedangnya, menebaskan Cahaya Surya, tetapi bayangan itu menangkisnya dengan teknik yang sama.

CLANG!

Percikan energi meledak di udara.

"Dia menggunakan teknik yang sama denganku..." pikir Shen Wei.

Bayangan itu menyerang dengan cepat, menggunakan Teknik Ilahi: Cahaya Kegelapan, sebuah variasi dari jurus Shen Wei sendiri.

Shen Wei melompat ke belakang, tetapi luka tipis muncul di pipinya.

Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Senior! Jangan kalah!"

Mei Er menatap dengan cemas. "Ini bukan hanya pertarungan fisik... ini ujian terhadap hati senior!"

Shen Wei menatap bayangan di depannya dan menyadari sesuatu.

"Dia adalah aku. Jika aku melawannya dengan kebencian, aku akan jatuh dalam kegelapan yang sama."

Shen Wei menurunkan pedangnya.

Bayangan itu terdiam. "Apa kau menyerah?"

Shen Wei menggeleng. "Tidak. Aku hanya menerima bahwa kau adalah bagian dari diriku."

Bayangan itu tampak terkejut.

Cahaya mulai menyelimuti Shen Wei, dan perlahan-lahan, bayangan itu memudar.

Dalam sekejap, mereka kembali ke dalam kuil.

Sosok berjubah emas tersenyum. "Kau telah lulus ujian."

Dari altar, sebuah artefak emas berbentuk matahari perlahan-lahan melayang ke arah Shen Wei.

"Ambillah. Kekuatan Matahari kini menjadi milikmu."

Shen Wei mengulurkan tangannya, dan begitu dia menyentuh artefak itu, kekuatan hangat menyelimuti tubuhnya.

Chen Guang bersorak. "Senior berhasil!"

Mei Er tersenyum lega. "Sekarang kita memiliki kekuatan yang kita butuhkan untuk menghadapi Xie Tian."

Shen Wei mengepalkan tangannya, merasakan energi baru mengalir dalam dirinya.

Namun, sebelum mereka sempat merayakan lebih lama...

BOOM!

Tanah tiba-tiba bergetar, dan suara tawa menggema di dalam kuil.

"Hahaha... akhirnya kalian menemukannya untukku!"

Dari bayangan, Xie Tian muncul, dengan senyum liciknya yang mengerikan.

(Bersambung ke Bab 80…)