Langit di atas Sekte Naga Putih masih dipenuhi sisa-sisa energi dari pertempuran sebelumnya. Aroma tanah terbakar dan serpihan batu yang beterbangan menjadi saksi bisu pertarungan sengit antara Shen Wei dan Makhluk Kuno.
Mei Er masih memeluk Shen Wei erat, matanya masih dipenuhi air mata.
"Senior, kau terlalu ceroboh! Bagaimana kalau kau tidak kembali?" suara Mei Er bergetar, cemas bercampur marah.
Shen Wei tersenyum lemah dan mengusap kepala Mei Er dengan lembut. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana… Aku masih harus melindungi kalian."
Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini baru permulaan.
Jika satu Makhluk Kuno saja memiliki kekuatan sebesar itu, bagaimana dengan raja mereka?
Jauh di dalam Tanah Terlarang, tempat segel-segel kuno mulai melemah, sebuah gerbang hitam raksasa mulai bergetar.
Suara seperti bisikan-bisikan iblis mulai memenuhi udara.
"Kehancuran akan segera datang…"
Di dalam kegelapan, sesosok makhluk dengan mata merah menyala perlahan membuka matanya.
Setelah pertempuran, Shen Wei, Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang berkumpul di aula utama.
Chen Guang memecah keheningan. "Senior… kalau satu Makhluk Kuno saja sekuat itu, berapa banyak lagi yang akan bangkit?"
Shen Wei menghela napas dalam. "Dulu, para Dewa menyegel mereka dalam perang besar. Tapi dengan dunia yang semakin tidak seimbang, segel-segel itu mulai melemah."
Mei Er menggigit bibirnya. "Jadi, maksud senior… kita akan menghadapi lebih banyak makhluk seperti itu?"
Shen Wei mengangguk. "Bukan hanya lebih banyak… tapi lebih kuat."
Yu Lan menatap Shen Wei dengan serius. "Kalau begitu, kita harus meningkatkan kekuatan kita sebelum terlambat."
"Benar," Shen Wei berkata. "Kita harus menemukan Tiga Artefak Langit. Hanya dengan itu kita bisa menghadapi ancaman ini."
Mereka semua saling bertatapan. Perjalanan baru telah dimulai.
Di dalam Tanah Terlarang, gerbang hitam akhirnya hancur berkeping-keping.
Dari dalam, muncul sesosok pria bertubuh tinggi dengan jubah hitam panjang, rambutnya menjuntai hingga menyentuh tanah, dan mata merahnya bersinar dalam kegelapan.
Dia adalah Raja Kegelapan, Xie Tian, pemimpin dari Makhluk Kuno.
Saat dia melangkah keluar, udara di sekitarnya langsung berubah mencekam.
Seorang pengikutnya, Jenderal Bai Xu, segera berlutut. "Yang Mulia… akhirnya, kau telah kembali."
Xie Tian menatap langit. "Dunia ini… masih hidup?"
Bai Xu mengangguk. "Para manusia masih mendominasi dunia ini. Tapi segel yang dibuat para Dewa telah melemah."
Xie Tian tersenyum dingin. "Kalau begitu… waktunya menghancurkan semuanya."
Dengan satu gerakan tangannya, gelombang energi kegelapan menyebar ke seluruh langit, membuat bulan yang bersinar terang berubah menjadi merah darah.
Di Sekte Naga Putih, Mei Er tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh.
"Senior… lihat langit…" bisiknya sambil menunjuk ke atas.
Semua orang menengadah.
Langit yang sebelumnya jernih kini berubah menjadi merah darah, dan udara di sekitar terasa lebih dingin.
Shen Wei langsung menyadari apa yang terjadi. "Dia… telah bangkit."
Mei Er menatap Shen Wei dengan khawatir. "Senior, siapa 'dia' yang kau maksud?"
Shen Wei menggenggam pedangnya lebih erat. "Makhluk yang lebih kuat dari semua yang kita hadapi sebelumnya… Raja Kegelapan, Xie Tian."
Yu Lan tercengang. "Jadi, dia benar-benar bangkit?"
Shen Wei mengangguk. "Dan dia pasti akan datang ke sini."
Chen Guang mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, kita harus bertarung."
Namun Shen Wei menggeleng. "Tidak sekarang. Kita belum cukup kuat."
Mei Er menatapnya. "Jadi apa yang harus kita lakukan, senior?"
Shen Wei menatap mereka semua dengan tatapan penuh tekad. "Kita harus menemukan Tiga Artefak Langit sebelum dia menyerang."
Dan dengan itu, perjalanan mereka ke tempat tersembunyi yang menyimpan artefak-artefak kuno dimulai.
Mereka tidak tahu apa yang menanti di depan…
Tapi satu hal pasti:
Pertempuran terbesar akan segera dimulai.
(Bersambung ke Bab 74…)