Bab 93: Perangkap yang Terungkap

Langkah kaki Shen Wei dan murid-muridnya semakin mantap ketika mereka memasuki bagian terdalam dari kota yang dikenal sebagai tempat persembunyian bagi banyak organisasi yang bekerja dalam bayang-bayang. Meskipun kota ini terkesan sepi dan tenang, di balik gerbang-gerbang kayu yang usang, banyak rahasia gelap yang tersimpan rapat. Kota ini menjadi pusat bagi mereka yang memiliki informasi penting, yang siap dijual dengan harga yang mahal, atau bahkan disembunyikan untuk tujuan tertentu.

Shen Wei mengisyaratkan kepada Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang untuk tetap berada di dekatnya. Mereka tahu betul bahwa ancaman dari Dewa Ming Huang sangat nyata, dan mereka tidak bisa lengah sedikit pun. Jika mereka tidak berhati-hati, bukan hanya informasi yang bisa mereka dapatkan, tetapi juga bahaya yang bisa datang dari kelompok yang bersekutu dengan Dewa Ming Huang.

"Kita harus lebih berhati-hati di sini," ujar Shen Wei dengan suara rendah, hanya bisa didengar oleh ketiga muridnya. "Kelompok ini sangat cerdik dan sudah lama beroperasi tanpa terdeteksi. Jangan sampai kita terperangkap dalam jaringan mereka."

Mei Er menatap sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan. Meskipun kota ini terlihat tenang, aura yang berbahaya mulai terasa. Ada bisikan-bisikan yang terdengar samar, dan gerak-gerik orang-orang yang berlalu lalang tampak tidak biasa. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu, atau lebih tepatnya, seperti tengah mengamati gerak-gerik Shen Wei dan rombongannya.

"Apakah ada petunjuk lebih lanjut, Senior?" tanya Mei Er, matanya tertuju pada sebuah kedai yang tampak lebih ramai daripada tempat lain.

Shen Wei mengangguk, matanya tajam mengamati setiap sudut kota. "Ada beberapa tempat di sekitar sini yang bisa jadi memiliki informasi yang kita butuhkan. Kedai itu salah satunya. Tetapi kita harus masuk dengan hati-hati. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam permainan mereka."

Mereka memasuki kedai yang terlihat ramai dengan penduduk kota. Pintu kayu yang berderit tertutup dengan pelan saat mereka memasuki ruangan. Udara di dalamnya terasa berat dengan aroma rempah-rempah yang kuat, bercampur dengan sedikit bau asap kayu. Di balik meja bar, seorang pria paruh baya sedang menyajikan minuman, dengan mata yang tampak waspada, seperti mengetahui kedatangan mereka.

Shen Wei melangkah lebih dulu, diikuti oleh Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang. Mereka duduk di meja yang terletak di sudut ruangan, jauh dari perhatian banyak orang. Suasana di dalam kedai ini tampak biasa, namun Shen Wei tahu bahwa setiap gerakan yang mereka buat di sini harus penuh perhitungan.

"Bawakan kami teh herbal," ujar Shen Wei kepada pelayan di kedai, suaranya rendah namun tegas. Tanpa berkata banyak, pelayan itu segera menghilang di balik tirai, menuju dapur.

"Senior, bagaimana kita akan memulai?" tanya Yu Lan, matanya masih memindai ruang sekeliling. Ia merasa ada sesuatu yang ganjil, namun tidak bisa memastikan apa yang sedang terjadi.

Shen Wei menyandarkan punggungnya pada kursi, seolah menenangkan dirinya, padahal pikirannya jauh lebih sibuk. "Kita harus mencari tahu siapa yang memimpin kelompok ini. Mereka pasti memiliki akses ke banyak informasi. Dewa Ming Huang tidak akan membiarkan kelompok ini beroperasi tanpa kontrol. Jika kita bisa menghubungi pemimpin mereka, kita akan mendapatkan jawaban tentang rencananya."

Mei Er menundukkan kepalanya, masih merasa cemas dengan keadaan yang semakin mendekat. Namun, dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Tapi, bagaimana kita tahu siapa yang bisa dipercaya di sini? Semua orang tampaknya menyembunyikan sesuatu."

Shen Wei tersenyum tipis, meski ada ketegangan yang jelas di wajahnya. "Itulah tantangan yang harus kita hadapi. Ada cara untuk mengetahui siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak. Di tempat seperti ini, informasi selalu datang dengan harga yang sesuai."

Tak lama kemudian, pelayan kedai kembali dengan teh herbal yang dipesan Shen Wei. Namun, saat ia meletakkan cangkir di meja, matanya sejenak bertemu dengan mata Shen Wei. Sebuah kedipan singkat, hanya sesaat, namun cukup bagi Shen Wei untuk menyadari bahwa pelayan itu bukan sekadar pelayan biasa.

"Terima kasih," ucap Shen Wei, suaranya tetap tenang, meskipun di dalam dirinya terasakan adanya peringatan. "Jangan khawatir, kami hanya akan menikmati teh ini."

Pelayan itu menunduk sedikit, lalu kembali menghilang ke belakang kedai, tetapi Shen Wei tahu bahwa ia telah memberikan isyarat kepada seseorang. Mungkin seorang informan, atau seseorang yang terlibat dalam jaringan yang lebih besar. Segera setelah itu, kedai itu semakin terasa seperti berada dalam perangkap yang tak kasat mata, dan Shen Wei mulai menggerakkan murid-muridnya.

Tak lama kemudian, seorang pria bertubuh besar dengan mantel hitam memasuki kedai. Semua orang di dalam kedai tampak menyisihkan ruang untuknya, seolah mereka mengenalnya. Shen Wei mengamati pria itu dengan seksama. Wajahnya keras, dengan mata yang tajam dan penuh perhitungan. Setiap gerakannya memperlihatkan pengalaman dan ketelitian.

Pria itu mendekat ke meja mereka dengan langkah tenang, dan tanpa basa-basi, duduk tepat di hadapan Shen Wei. "Aku tahu kenapa kalian di sini," katanya dengan suara berat, penuh rasa curiga. "Kalian mencari sesuatu yang kalian tidak bisa temukan begitu saja."

Shen Wei tersenyum tipis, menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa ditembus. "Kami hanya ingin informasi. Tidak lebih, tidak kurang."

Pria itu tertawa pelan. "Informasi? Tentang Dewa Ming Huang?" matanya menyipit. "Kalian tidak tahu siapa yang kalian hadapi."

Mei Er, yang duduk di samping Shen Wei, merasakan ketegangan yang semakin tinggi di udara. Ia ingin berbicara, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. Suasana di kedai semakin suram, dan semua orang tampak menahan napas, seolah mengetahui bahwa pertemuan ini adalah pertemuan yang berbahaya.

Shen Wei mengangkat tangan, memberi isyarat kepada Mei Er dan murid-muridnya untuk tetap diam. "Kami tidak datang untuk membuat masalah," katanya dengan suara rendah namun penuh kekuatan. "Kami hanya ingin tahu rencana Dewa Ming Huang. Apa yang dia inginkan, dan bagaimana kami bisa menghentikannya."

Pria itu merenung sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Jika kalian benar-benar ingin tahu, maka kalian harus siap membayar harga yang tinggi. Informasi bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan begitu saja."

Shen Wei mengangguk tanpa ragu. "Berapa harga yang kalian inginkan?"

Pria itu menatapnya tajam, lalu berbisik pelan, "Bertemu denganku malam ini, di pelabuhan tua, setelah tengah malam. Aku akan memberitahumu apa yang kalian butuhkan. Tapi ingat, jika kalian datang tanpa persiapan, kalian akan menyesal."

Shen Wei memandang pria itu sejenak, memastikan bahwa ini bukan jebakan. Namun, dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang rencana Dewa Ming Huang. "Baik. Kami akan datang malam nanti."

Pria itu berdiri, memberikan senyum tipis sebelum berbalik dan keluar dari kedai. Seluruh ruangan kembali tenang, namun Shen Wei tahu bahwa apa yang baru saja terjadi adalah langkah besar yang harus diambil. Jika mereka ingin mengungkap rencana Dewa Ming Huang, mereka harus siap menghadapi apapun yang akan datang di pelabuhan malam nanti.

Malam itu, mereka bersiap untuk langkah berikutnya. Pertarungan belum selesai, dan Shen Wei tahu bahwa bahaya yang lebih besar masih menanti mereka. Tetapi untuk saat ini, mereka harus menghadapinya dengan ketenangan dan kecerdikan yang maksimal.