Bab 91: Perencanaan Tersembunyi

Malam itu, setelah kejadian di ruang meditasi dengan Mei Er, Shen Wei memutuskan untuk kembali ke tempat favoritnya, sebuah batu besar yang terletak di puncak bukit, jauh dari keramaian Sekte Naga Putih. Di sana, di bawah langit yang dipenuhi bintang, ia merasa lebih dekat dengan alam dan bisa lebih mudah berkonsentrasi dalam meditasi.

Shen Wei duduk dengan tenang di atas batu itu, menutup matanya dan mengatur napasnya. Dia mulai meresapi energi alam sekitar, membiarkan dirinya terhubung dengan kekuatan besar yang telah ia kuasai. Di dunia yang penuh dengan aura spiritual ini, tubuhnya menyatu dengan energi yang ada di sekelilingnya, seolah-olah ia menjadi bagian dari alam semesta itu sendiri.

Namun, ketika Shen Wei memasuki kedalaman meditasi, sesuatu yang tak terduga muncul. Sebuah gambaran samar mulai terbentuk di hadapannya, seperti bayangan gelap yang bergerak dengan cepat, menyusup melalui batas-batas dimensi. Awalnya ia tidak bisa mengenali apa yang dilihatnya, tetapi semakin jelas bahwa itu adalah gambaran dari rencana jahat yang tengah disusun oleh Dewa Ming Huang.

Shen Wei membuka matanya seketika, wajahnya yang semula tenang kini dipenuhi dengan amarah yang membara. Dalam gambaran itu, Dewa Ming Huang tampak berdiri di sebuah ruang yang gelap, dengan senyum licik di wajahnya. Di sekelilingnya, beberapa figur misterius berkumpul, berbicara dengan suara rendah yang sulit untuk dipahami.

"Mei Er," desis Dewa Ming Huang dengan suara yang penuh dengan kebencian dan ketamakan, "Dia adalah kunci yang aku butuhkan untuk mencapai kekuatan tak terbayangkan. Jika aku bisa merebutnya darinya, maka aku akan mengendalikan segala sesuatu di dunia ini."

Shen Wei merasa darahnya mendidih mendengar kata-kata itu. Dia tahu betul bahwa Dewa Ming Huang adalah salah satu dari para dewa tertinggi yang pernah ada, dan ambisinya tak kenal batas. Menginginkan Mei Er, yang selama ini dia jaga dengan sepenuh hati, berarti mengancam segala yang telah dia bangun selama ini. Namun, meskipun amarahnya hampir meledak, Shen Wei tahu bahwa dia tidak bisa bertindak terburu-buru.

Dengan napas yang semakin dalam, Shen Wei mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia menahan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya, berusaha untuk tidak membiarkan amarahnya menguasai pikiran. "Dewa Ming Huang... tidak akan bisa melakukan apa pun tanpa persetujuanku," gumam Shen Wei dengan suara yang dalam dan tenang. "Aku tidak akan membiarkan dia merusak apa yang telah kutuju. Mei Er akan tetap aman di sisiku."

Namun, meskipun Shen Wei mencoba menenangkan dirinya, rasa khawatir tetap menghantuinya. Dewa Ming Huang bukanlah musuh yang bisa dianggap enteng. Dengan kekuatannya yang tak terbatas dan ambisinya yang begitu besar, dia bisa saja melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Shen Wei tahu bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah menjaga Mei Er lebih dekat dan lebih aman daripada sebelumnya.

Setelah beberapa saat berusaha menenangkan dirinya, Shen Wei kembali memusatkan perhatian dalam meditasi. Dia memperdalam pemahaman tentang kekuatan alam semesta dan membangun kekuatan batinnya lebih kokoh. Tetapi meskipun ia mencoba fokus, gambaran Dewa Ming Huang yang licik dan perencanaan jahatnya terus menghantui pikirannya.

Di dalam ruang meditasi, Shen Wei merasakan kekuatan spiritualnya semakin meningkat. Keheningan malam itu menjadi saksi perjalanan batinnya yang penuh dengan kekuatan, ketenangan, dan ketegasan. Dia tahu bahwa dia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan.

Sementara itu, di Sekte Naga Putih, Mei Er sedang berada di dalam kamarnya, terbaring dengan mata terpejam. Meskipun dia merasa lebih tenang setelah berbicara dengan Shen Wei, perasaan khawatir tetap menghantui hatinya. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang terasa berbeda sejak malam itu—sebuah perasaan gelisah yang tak bisa dijelaskan. Apakah itu hanya perasaan biasa, ataukah ada ancaman yang lebih besar yang sedang mengintai?

Tanpa disadari Mei Er, bayang-bayang gelap yang diciptakan oleh Dewa Ming Huang sudah mulai menyelimuti, tidak hanya dirinya, tetapi juga orang-orang yang dekat dengannya. Shen Wei, dengan segala kewaspadaannya, akan segera menyadari bahwa ancaman itu sudah mulai merayap mendekat. Setiap langkah mereka akan membawa mereka lebih dekat pada pertempuran yang belum terungkapkan.

Di atas batu tempatnya meditasi, Shen Wei menyelesaikan sesi meditasinya dengan penuh tekad. Ketika akhirnya dia membuka matanya, dunia di sekelilingnya terasa lebih terang, tetapi keseriusan dalam matanya tetap ada. Sebuah ancaman besar sudah mengintai, dan dia akan melindungi Mei Er dengan segala kekuatan yang dimilikinya. Tidak akan ada yang dapat merebutnya darinya.

Shen Wei berdiri dari batu itu, menatap ke horizon yang gelap, dan dalam hatinya ia berjanji, "Tidak peduli apa yang akan datang, aku tidak akan membiarkan Dewa Ming Huang atau siapa pun merenggutnya dariku."

Dengan tekad yang membara, dia mulai melangkah turun dari bukit, siap untuk menghadapi segala ancaman yang ada demi melindungi orang yang dia cintai. Dalam pikirannya, satu hal yang pasti—perang ini baru saja dimulai.