Perjalanan Shen Wei dan murid-muridnya semakin mendekat pada titik kritis. Setelah mendapatkan informasi penting dari orang yang mereka temui di kedai, mereka tahu bahwa waktu tidak lagi berpihak pada mereka. Dewa Ming Huang, dengan kekuatan terlarang yang ia miliki, sedang bersiap untuk langkah berikutnya dalam rencananya. Tidak ada waktu untuk beristirahat. Mereka harus segera bertindak jika ingin menghindari kehancuran yang lebih besar.
Malam itu, mereka berkemah di tepi hutan yang lebat, jauh dari desa tempat mereka mendapatkan informasi. Keheningan malam terasa lebih berat daripada biasanya. Angin berhembus pelan, dan bintang-bintang bersinar terang di langit, tetapi di dalam hati Shen Wei, kekhawatiran semakin menguat. Dewa Ming Huang bukanlah sosok yang mudah ditangani, dan jika rencana mereka gagal, itu bisa berakibat fatal, tidak hanya bagi mereka, tetapi juga bagi dunia.
Shen Wei duduk di sebuah batu besar di tengah kemah, matanya terpejam dalam meditasi. Di sekitar api unggun, Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang duduk dengan diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mei Er merasa ketakutan yang mendalam masih menghantui hatinya. Dewa Ming Huang adalah ancaman yang nyata, dan meskipun Shen Wei selalu ada di sisinya, rasa takut itu tidak bisa hilang begitu saja.
"Apakah kita benar-benar bisa menghentikan Dewa Ming Huang?" tanya Mei Er dengan suara yang hampir tidak terdengar. Matanya memandang api unggun, tetapi pikirannya jauh melayang.
Shen Wei membuka matanya perlahan, menatap muridnya dengan tatapan lembut namun penuh keyakinan. "Mei Er, jangan pernah ragu. Kita akan melawan dengan segala kekuatan yang kita miliki. Aku akan selalu berada di sisimu."
Mei Er mengangguk pelan, meskipun masih ada ketidakpastian yang menggantung di hatinya. "Tapi dia sangat kuat, Senior. Aku takut jika kita gagal..."
Shen Wei bangkit perlahan dari batu yang ia duduki, mendekati Mei Er dengan langkah yang tenang namun penuh wibawa. "Setiap perjalanan besar selalu dimulai dengan langkah pertama. Kekuatan tidak hanya datang dari fisik, tetapi juga dari hati. Aku percaya padamu, Mei Er. Percayalah pada dirimu sendiri."
Mendengar kata-kata itu, hati Mei Er terasa sedikit lebih ringan. Shen Wei selalu bisa membuatnya merasa lebih kuat, meskipun ketakutan itu masih ada di dalam dirinya. Dia tahu, jika ada seseorang yang bisa menghentikan Dewa Ming Huang, itu adalah Seniornya.
Sementara itu, Yu Lan dan Chen Guang saling berpandangan, masing-masing mengetahui betul bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan biasa. Mereka bertiga telah bersumpah untuk mengikuti Shen Wei sampai akhir, namun mereka juga tahu bahwa ujian yang mereka hadapi kali ini jauh lebih berat daripada apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.
"Aku tahu kita semua khawatir," kata Yu Lan, memecah keheningan. "Tapi kita sudah berjalan sejauh ini. Kita harus tetap bersama, seperti biasa. Jika kita bersatu, kita bisa menghadapinya."
Chen Guang mengangguk, menguatkan kata-kata Yu Lan. "Dewa Ming Huang mungkin kuat, tetapi dia tidak tahu siapa kita. Kita adalah murid dari Shen Wei, dan kita tidak akan mundur begitu saja."
Shen Wei tersenyum mendengar kata-kata murid-muridnya, dan meskipun mereka tampak percaya diri, dia tahu betapa besar tantangan yang mereka hadapi. Malam itu, setelah berbicara lebih lanjut, mereka memutuskan untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk perjalanan berikutnya. Mereka akan menuju ke tempat di mana Dewa Ming Huang diduga menyembunyikan artefak terlarangnya, cincin yang bisa menguatkan kekuatannya.
Pagi berikutnya, mereka melanjutkan perjalanan dengan tekad yang semakin kuat. Langit pagi yang cerah memberi mereka harapan, tetapi Shen Wei tahu bahwa cuaca cerah ini bisa saja menjadi tipuan. Mereka harus siap menghadapi apa pun yang ada di depan mereka.
Perjalanan mereka kali ini membawa mereka ke sebuah lembah yang tersembunyi, jauh dari pemukiman manusia. Lembah itu dikenal dengan nama Lembah Keabadian, tempat yang sangat sulit dijangkau. Hanya sedikit orang yang mengetahui tentang keberadaannya, dan hanya mereka yang memiliki kekuatan luar biasa yang bisa bertahan di dalamnya. Dewa Ming Huang dikabarkan memiliki benteng tersembunyi di sana, tempat di mana dia melakukan ritual terlarang untuk menguatkan dirinya.
Begitu mereka memasuki lembah, mereka merasakan perubahan yang sangat jelas. Udara menjadi lebih dingin, dan angin bertiup lebih keras. Tanah di bawah kaki mereka terasa bergetar, seolah-olah lembah itu memiliki kehidupan sendiri. Shen Wei tetap tenang, namun matanya semakin tajam. Dia merasakan adanya energi yang sangat kuat di sekitar mereka. Itu adalah tanda bahwa mereka semakin dekat dengan tujuan mereka.
"Ini dia," kata Shen Wei, menghentikan langkahnya. "Lembah Keabadian. Kita harus berhati-hati. Di sini, kekuatan terlarang sangat kuat, dan Dewa Ming Huang bisa saja mengetahui kedatangan kita."
Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang mengangguk, merasa aura yang begitu berat di sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa ini adalah titik di mana mereka harus mengandalkan satu sama lain sepenuhnya. Setiap langkah yang mereka ambil akan menentukan nasib mereka selanjutnya.
"Senior, apa yang harus kita lakukan?" tanya Mei Er, matanya mencari pandangan Shen Wei.
"Kita harus terus maju, tetapi dengan hati-hati," jawab Shen Wei. "Jika kita bertindak ceroboh, kita bisa terjebak dalam perangkapnya. Aku akan membuka jalan."
Shen Wei mengangkat tangan, dan dalam sekejap, Pedang Surgawi muncul di tangannya, memancarkan cahaya murni yang menyinari kegelapan lembah. Cahaya pedang itu seolah membelah udara, memberikan mereka jalan menuju benteng Dewa Ming Huang.
Dengan langkah mantap, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Setiap detik yang berlalu terasa semakin menegangkan. Mereka tahu bahwa benteng Dewa Ming Huang tidak hanya penuh dengan perangkap, tetapi juga dengan penjaga-penjaga yang sangat kuat. Shen Wei harus melindungi murid-muridnya sambil berusaha mencari artefak yang bisa menghentikan Dewa Ming Huang.
Dalam hati Shen Wei, amarahnya mulai berkobar lagi. Dewa Ming Huang sudah cukup jauh mengancam, dan Shen Wei tidak akan membiarkannya merusak dunia yang telah ia lindungi. Kini, dalam perjalanan ini, Shen Wei bertekad untuk menghentikan Dewa Ming Huang, apapun yang terjadi.
Akhir Bab 97