Lembah Keabadian semakin gelap saat mereka melangkah lebih dalam. Udara semakin dingin, dan energi terlarang yang terasa semakin kuat menekan dada mereka. Setiap langkah Shen Wei dan murid-muridnya semakin berat, seolah-olah lembah itu berusaha menahan mereka agar tidak melangkah lebih jauh.
Mei Er berjalan dengan hati-hati, matanya sesekali melirik ke kanan dan kiri, merasakan sesuatu yang tak terlihat mengintai di balik bayang-bayang pohon-pohon tinggi yang menutupi langit. Yu Lan dan Chen Guang di belakangnya juga tidak kalah waspada, menjaga jarak agar mereka tetap saling mendekat jika ada bahaya yang datang tiba-tiba.
Shen Wei berjalan di depan, Pedang Surgawi yang terhunus di tangannya bersinar terang, memancarkan cahaya murni yang menembus kegelapan lembah. Setiap langkahnya penuh ketenangan, namun di balik ketenangan itu, ada amarah yang membara. Dewa Ming Huang harus dihentikan.
"Jaga dirimu, Mei Er," kata Shen Wei dengan suara yang dalam, memecah keheningan. "Jika sesuatu terjadi, mundurlah. Aku akan menghadapinya."
Mei Er mengangguk, meskipun perasaan takut masih melingkupi hatinya. "Aku akan berhati-hati, Senior."
Mereka terus melangkah, dan tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah tebing tinggi yang menghadap ke lembah yang lebih luas. Di sana, di tengah kegelapan, sebuah benteng megah terlihat berdiri kokoh, seolah dibangun dari batu yang tidak bisa ditembus oleh waktu atau cuaca. Benteng itu dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang berkilau, dan dari dalamnya, mereka bisa merasakan aura yang sangat kuat.
"Ini dia," Shen Wei berkata dengan suara berat, matanya fokus pada benteng yang ada di depannya. "Itulah tempat Dewa Ming Huang bersembunyi."
Mei Er menggenggam tangan pedangnya dengan erat. "Kita harus berhati-hati, bukan hanya benteng itu yang berbahaya, kan?"
Shen Wei mengangguk. "Benar. Tapi yang paling berbahaya adalah Dewa Ming Huang itu sendiri. Dia tidak akan melepaskan kita begitu saja."
Dengan satu gerakan tangan, Shen Wei memimpin mereka menuju pintu benteng. Begitu mereka mendekat, gerbang besar itu tiba-tiba terbuka dengan suara berderak keras, seolah-olah sudah menunggu kedatangan mereka. Cahaya Pedang Surgawi memancarkan cahaya yang semakin terang, membimbing mereka ke dalam.
Di dalam benteng, suasana sangat gelap dan lembab. Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang menyimpan energi terlarang. Setiap langkah mereka membawa getaran aneh di udara, seperti ada sesuatu yang sedang mengintai mereka.
"Tunggu!" seru Chen Guang tiba-tiba, menghentikan langkah mereka. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini. Energi ini... terasa sangat asing."
Shen Wei mengangguk, merasakan hal yang sama. "Berhati-hatilah. Dewa Ming Huang mungkin sudah menunggu di dalam."
Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati. Namun, begitu mereka mencapai ruang utama benteng, mereka disambut oleh sebuah pemandangan yang mengejutkan. Dewa Ming Huang, dengan pakaian megahnya yang berwarna hitam pekat, berdiri di tengah ruangan besar. Di sekelilingnya, energi terlarang berkumpul seperti awan gelap yang mengancam.
"Shen Wei," suara Dewa Ming Huang bergema di seluruh ruangan, "Kau akhirnya datang. Aku sudah menunggu cukup lama."
Shen Wei mengangkat Pedang Surgawi di tangannya, cahaya pedang itu semakin terang. "Aku datang untuk menghentikanmu, Dewa Ming Huang. Kejahatanmu harus dihentikan."
Dewa Ming Huang tertawa dingin, suaranya menggema di dalam benteng. "Hentikan aku? Kamu pikir, kamu bisa menghentikanku? Aku sudah lebih kuat dari yang kamu bayangkan. Tak ada yang bisa mengalahkanku."
Dengan gerakan cepat, Dewa Ming Huang melambaikan tangannya, dan energi gelap yang melingkupinya terlepas, mengarah ke Shen Wei dan murid-muridnya. Aura gelap itu sangat kuat, memaksa mereka untuk mundur beberapa langkah.
"Senior!" Mei Er berteriak, melihat energi itu datang ke arah mereka.
Namun, Shen Wei dengan tenang mengangkat Pedang Surgawi. "Jangan takut, Mei Er," kata Shen Wei dengan suara yang penuh keyakinan. "Aku akan melindungimu."
Dengan satu gerakan cepat, Pedang Surgawi bersinar terang, memotong energi gelap yang datang ke arah mereka. Cahaya murni dari pedang itu menyebar, membelah kegelapan yang mengelilingi mereka. Namun, Dewa Ming Huang hanya tersenyum, seolah tidak terpengaruh oleh kekuatan itu.
"Pedang Surgawi," ujar Dewa Ming Huang dengan nada mengejek. "Kau pikir pedang itu bisa mengalahkanku? Aku telah menunggu lama untuk bertemu denganmu, Shen Wei."
Shen Wei tidak terpengaruh oleh kata-kata Dewa Ming Huang. Dia hanya fokus pada tujuannya—untuk mengalahkan Dewa Ming Huang dan melindungi murid-muridnya. Dengan gerakan cepat, dia melompat ke depan, mengayunkan Pedang Surgawi dengan kekuatan penuh.
Pedang itu menyambar ke arah Dewa Ming Huang, namun Dewa Ming Huang dengan mudah menghindari serangan tersebut, memanipulasi energi gelap di sekitarnya untuk mengelakkan serangan Shen Wei.
"Jangan bermimpi, Shen Wei," Dewa Ming Huang berseru, dan dengan satu gerakan tangan, energi gelap menyelubungi Pedang Surgawi, mencoba untuk menariknya ke dalam kegelapan.
Shen Wei menggertakkan giginya, merasakan kekuatan terlarang yang menghalangi kekuatan pedangnya. Namun, dengan keberanian yang tak tergoyahkan, dia mengerahkan lebih banyak kekuatan dari dalam dirinya. "Aku tidak akan membiarkanmu menang, Dewa Ming Huang!"
Dengan gerakan terakhir yang sangat cepat, Shen Wei memutar Pedang Surgawi di tangannya dan menghantamkan pedang itu ke arah Dewa Ming Huang. Cahaya murni dari pedang itu melesat cepat, menembus energi gelap yang melingkupi Dewa Ming Huang.
Dewa Ming Huang berteriak marah, namun tidak ada yang bisa menghentikan kekuatan Pedang Surgawi. Dengan satu serangan terakhir, Shen Wei berhasil memotong energi gelap itu dan menembus pertahanan Dewa Ming Huang.
"Ini berakhir di sini!" teriak Shen Wei, dan dalam sekejap, pedangnya menancap di jantung Dewa Ming Huang, memancarkan cahaya yang sangat terang.
Dewa Ming Huang terjatuh ke tanah, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya terhenti. Kegelapan yang menyelubunginya mulai menghilang, dan cahaya kembali mengisi ruangan.
Shen Wei menarik Pedang Surgawi dan berdiri tegak, nafasnya terengah-engah. Dia menatap mayat Dewa Ming Huang yang tergeletak di tanah dengan penuh kebencian yang kini berubah menjadi ketenangan.
"Sudah selesai," bisik Shen Wei. "Sekarang dunia ini aman dari ancamannya."
Murid-muridnya berdiri di belakangnya, menyaksikan dengan penuh rasa hormat. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, dan meskipun bahaya telah berlalu, mereka tetap harus waspada.
"Terima kasih, Senior," kata Mei Er, matanya dipenuhi rasa terima kasih. "Kau telah melindungi kita semua."
Shen Wei hanya tersenyum, menatap murid-muridnya dengan penuh kebanggaan. "Ini adalah tugas kita sebagai keluarga. Kita akan selalu saling melindungi."
Dengan itu, mereka meninggalkan benteng Dewa Ming Huang yang kini hancur, siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih cerah.
Akhir Volume 9