Bab 99: Bayangan dari Masa Lalu

Setelah mengalahkan Dewa Ming Huang, Shen Wei dan murid-muridnya meninggalkan benteng yang kini hanya menjadi reruntuhan. Cahaya pagi mulai menyinari langit, menandakan awal yang baru. Namun, dalam hati mereka, terutama Shen Wei, ada sesuatu yang masih mengganjal. Seolah kemenangan ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Mei Er berjalan di samping Shen Wei, sesekali mencuri pandang ke arahnya. Raut wajah seniornya tampak tenang, tetapi ada ketegangan di matanya.

"Senior," Mei Er memanggil pelan.

Shen Wei menoleh, memberikan senyum lembut. "Ada apa, Mei Er?"

Mei Er menggigit bibirnya ragu. "Aku hanya merasa... ini belum berakhir, bukan?"

Shen Wei menghela napas. "Dewa Ming Huang memang telah tiada, tapi sesuatu masih mengintai. Aku bisa merasakannya."

Yu Lan dan Chen Guang yang berjalan di belakang mereka ikut mendengarkan. Chen Guang mengernyitkan dahi. "Apa mungkin ada sekutu lain yang bekerja sama dengannya?"

Shen Wei mengangguk. "Itulah yang harus kita cari tahu. Dunia ini tidak akan pernah benar-benar damai selama kejahatan masih mengintai di balik bayangan."

Mereka melanjutkan perjalanan ke Kota Xiangyang, sebuah kota besar yang terletak di perbatasan kerajaan. Di sana, mereka berharap bisa mengumpulkan informasi lebih lanjut.

Sesampainya di kota, suasana ramai menyambut mereka. Pedagang berteriak menjajakan dagangan mereka, anak-anak berlarian di jalanan, dan pengawal kota berjaga di berbagai sudut. Namun, meskipun kota tampak damai, Shen Wei merasakan sesuatu yang janggal.

"Ada yang tidak beres," gumamnya.

Mei Er menatapnya dengan cemas. "Apa yang kau rasakan, Senior?"

Shen Wei menyipitkan mata. "Energi kegelapan. Tidak sekuat milik Dewa Ming Huang, tapi cukup untuk membuatku waspada."

Yu Lan melirik sekeliling. "Apa mungkin ada pengikutnya yang masih berkeliaran?"

Chen Guang mengangguk. "Bisa jadi. Kita harus berhati-hati."

Mereka berjalan menuju penginapan untuk beristirahat sejenak sebelum mencari informasi. Namun, begitu mereka masuk ke dalam, seorang pria tua dengan pakaian lusuh menghampiri mereka.

"Orang asing," katanya dengan suara pelan namun penuh misteri. "Kalian mencari sesuatu, bukan?"

Shen Wei menatap pria itu dengan tajam. "Siapa kau?"

Pria itu tersenyum samar. "Hanya seseorang yang tahu banyak hal. Jika kalian ingin jawaban, ikutlah denganku."

Mei Er meremas lengan bajunya dengan gelisah. "Senior, apakah kita harus mengikutinya?"

Shen Wei menatap pria itu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Mari kita lihat apa yang dia ketahui."

Mereka mengikuti pria tua itu ke sebuah gang sempit di belakang penginapan. Di sana, pria itu berhenti dan berbalik menghadap mereka.

"Apa yang ingin kalian ketahui?"

Shen Wei melipat tangannya di dada. "Dewa Ming Huang telah dikalahkan, tetapi kami tahu masih ada ancaman lain. Apa kau tahu sesuatu tentang itu?"

Pria tua itu tersenyum tipis. "Tentu saja. Dewa Ming Huang hanyalah satu bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dia bukan dalang utama."

Mei Er membelalakkan mata. "Apa?! Lalu siapa yang sebenarnya berada di balik semua ini?"

Pria itu menatap mereka dengan tajam. "Dewa Kegelapan yang sesungguhnya... adalah seseorang yang sudah ada sejak zaman kuno. Namanya—Dewa Xuan Mo."

Suasana tiba-tiba terasa mencekam. Shen Wei mengernyitkan dahi. "Dewa Xuan Mo...? Itu nama yang sudah lama tidak kudengar."

Chen Guang menatapnya dengan heran. "Senior, kau mengenalnya?"

Shen Wei mengangguk perlahan. "Dia adalah salah satu dewa yang pernah ada di zaman keemasanku. Seorang penguasa kegelapan yang hampir menghancurkan dunia... tetapi dia menghilang ribuan tahun lalu. Aku tidak pernah menyangka dia masih ada."

Pria tua itu menghela napas. "Dan sekarang, dia mulai kembali. Aku bisa merasakan energinya bangkit perlahan. Jika kau tidak menghentikannya, dunia ini akan jatuh dalam kegelapan."

Shen Wei mengepalkan tangannya. "Aku tidak akan membiarkannya terjadi."

Pria tua itu mengangguk. "Jika kau ingin mencari tahu lebih banyak, pergilah ke Pegunungan Wuyun. Di sana, kau akan menemukan jawaban."

Shen Wei menatap murid-muridnya. "Kita akan pergi ke sana."

Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang mengangguk tanpa ragu. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai.

Malam itu, di penginapan, Mei Er duduk di dekat jendela, menatap bulan yang bersinar redup di langit. Hatinya penuh dengan kegelisahan.

Shen Wei masuk ke dalam ruangan dan melihatnya duduk termenung. "Mei Er, kau belum tidur?"

Mei Er menoleh dan tersenyum tipis. "Aku hanya... berpikir."

Shen Wei berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. "Apa yang mengganggumu?"

Mei Er menundukkan kepala. "Aku takut, Senior. Semakin jauh kita melangkah, semakin berbahaya semuanya. Aku takut kehilanganmu."

Shen Wei menatapnya dengan lembut. "Mei Er, aku sudah menjalani kultivasi selama 500 tahun. Aku tidak mudah dikalahkan."

Mei Er menggigit bibirnya. "Tapi... Dewa Xuan Mo berbeda, bukan?"

Shen Wei terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Benar. Dia jauh lebih kuat dari Dewa Ming Huang. Tapi itulah sebabnya aku harus menghadapinya. Aku tidak akan membiarkan dunia ini jatuh dalam kegelapan."

Mei Er menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Aku ingin melindungimu juga, Senior. Aku tidak ingin hanya menjadi seseorang yang harus kau selamatkan terus-menerus."

Shen Wei tersenyum dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Kau sudah kuat, Mei Er. Tapi perjalanan ini akan menguji kita lebih dari sebelumnya. Yang paling penting adalah kita tetap bersama."

Mei Er mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang.

Di luar, angin malam berhembus kencang. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, sepasang mata merah mengawasi mereka dari atap penginapan. Sosok itu tersenyum dingin.

"Shen Wei... akhirnya kau mulai bergerak. Tapi apakah kau benar-benar siap menghadapi apa yang akan datang?"

Bayangan itu menghilang dalam kegelapan, meninggalkan aura jahat yang samar di udara.

Bersambung ke Bab 100...