Langit di atas desa perbatasan berubah muram. Kabut hitam menyelimuti setiap sudut jalan, menelan cahaya rembulan. Dari tanah yang retak, makhluk-makhluk bayangan mulai muncul satu per satu. Mereka memiliki wujud menyerupai manusia, tetapi tubuh mereka hitam legam, mata merah menyala, dan mulut yang menganga dengan taring tajam.
Shen Wei berdiri di depan Mei Er, matanya tajam menatap Mo Jian yang melayang di atas mereka. Aura kegelapan yang menguar dari tubuhnya semakin pekat.
"Mo Jian," suara Shen Wei dingin. "Kau sudah keterlaluan."
Mo Jian tertawa. "Keterlaluan? Shen Wei, kau masih belum mengerti, bukan? Ini hanyalah permulaan. Aku hanya menunjukkan sedikit dari kekuatan yang kumiliki!"
Dia mengangkat tangannya, dan ratusan makhluk bayangan yang muncul langsung melesat ke arah Shen Wei dan Mei Er.
Mei Er menggenggam pedangnya erat. "Senior! Kita harus bertarung!"
Shen Wei menghunus Pedang Surgawi, cahaya suci memancar dari bilahnya, menembus kabut hitam yang menyelimuti desa.
"Mei Er, tetap di dekatku!"
Tanpa membuang waktu, Shen Wei melesat ke depan. Dengan satu tebasan, cahaya dari pedangnya membelah udara dan menghancurkan puluhan makhluk bayangan dalam sekejap. Namun, semakin banyak yang muncul dari tanah, seolah mereka tidak ada habisnya.
Mei Er ikut bertarung, menebas makhluk-makhluk itu dengan kecepatan tinggi. Dia berhasil menghindari serangan mereka, tetapi jumlah mereka terlalu banyak.
"Senior! Mereka terus bermunculan!" teriak Mei Er.
Shen Wei melompat ke atas atap salah satu rumah, mengamati situasi di sekitarnya. Dari kejauhan, dia melihat Yu Lan dan Chen Guang juga bertarung melawan makhluk bayangan.
Chen Guang menggunakan tombaknya dengan lincah, berputar dan menusuk lawan-lawannya dengan presisi sempurna. Yu Lan, dengan cambuk emasnya, menyerang dengan kecepatan luar biasa, membuat makhluk-makhluk itu terpental jauh.
Namun, jumlah musuh terus bertambah.
Shen Wei menyadari satu hal—ini bukan pertempuran biasa. Ada sesuatu yang memanggil makhluk-makhluk ini dari dalam tanah.
Matanya beralih ke Mo Jian, yang masih melayang dengan senyum puas.
"Mo Jian! Apa sebenarnya yang kau lakukan di sini?"
Mo Jian tertawa sinis. "Shen Wei, desa ini… adalah kunci menuju dunia bawah. Aku hanya membukanya sedikit, dan kau lihat hasilnya?"
Mei Er yang mendengar itu terkejut. "Dunia bawah?"
Mo Jian mengangguk. "Benar. Ini bukan sekadar desa biasa. Di bawah tanah desa ini, tersegel jiwa-jiwa yang selama ratusan tahun tertahan di perbatasan antara hidup dan mati. Dan sekarang… aku akan melepaskan mereka semua!"
Dia mengangkat kedua tangannya ke udara, dan tiba-tiba, tanah mulai bergetar lebih keras.
Di tengah desa, sebuah pintu batu raksasa mulai muncul dari dalam tanah. Energi gelap memancar dari celah-celahnya, dan jeritan ribuan jiwa terdengar dari dalam.
Shen Wei langsung menyadari bahaya yang akan terjadi jika pintu itu terbuka sepenuhnya.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Dia melesat dengan kecepatan tinggi menuju Mo Jian, mengayunkan Pedang Surgawi dengan kekuatan penuh. Cahaya pedangnya membelah langit, menghantam Mo Jian dengan dahsyat.
Namun…
BOOM!
Sebuah perisai hitam muncul di depan Mo Jian, menahan serangan itu. Mo Jian menyeringai.
"Shen Wei… kau pikir semudah itu menghentikanku?"
Dia mengayunkan tangannya, mengirimkan gelombang energi hitam ke arah Shen Wei.
Shen Wei menangkis dengan pedangnya, tetapi kekuatan serangan itu membuatnya terdorong mundur.
Mei Er berlari ke arahnya. "Senior! Kau tidak apa-apa?"
Shen Wei berdiri kembali, matanya penuh tekad. "Aku baik-baik saja. Mei Er, kita harus menghentikan ritual ini!"
Chen Guang dan Yu Lan berhasil mendekat.
Yu Lan bertanya, "Apa yang harus kita lakukan?"
Shen Wei menatap pintu batu yang semakin terbuka. "Kita harus menghancurkan segelnya sebelum sepenuhnya terbuka!"
Mei Er mengangguk. "Baik! Kita akan menghentikannya!"
Mereka berempat langsung bergerak menuju pintu batu.
Namun, Mo Jian tidak tinggal diam. Dengan satu gerakan, dia menciptakan lima makhluk bayangan raksasa yang berdiri di depan pintu batu, menghalangi mereka.
Shen Wei menatap lawannya dengan tajam. "Kita harus bertarung cepat! Mei Er, Yu Lan, Chen Guang! Hancurkan segel di sekeliling pintu! Aku akan menghadapi Mo Jian!"
Tanpa ragu, ketiga muridnya langsung bergerak ke arah pilar-pilar batu yang mengelilingi pintu. Mereka mulai menghancurkan segel dengan serangan mereka.
Sementara itu, Shen Wei kembali menghadap Mo Jian.
Mo Jian tertawa. "Kau sungguh keras kepala, Shen Wei. Tapi kali ini… kau tidak akan menang."
Shen Wei menggenggam pedangnya lebih erat. "Kita lihat saja!"
Mereka berdua melesat, bertarung di udara dengan kecepatan luar biasa. Pedang cahaya dan energi kegelapan saling berbenturan, menciptakan ledakan dahsyat di langit malam.
Di bawah, Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang terus berusaha menghancurkan segel.
Namun tiba-tiba…
Mei Er merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Sebuah energi gelap mulai mengalir melalui lengannya.
"A-Apa ini…?"
Yu Lan melihatnya. "Mei Er! Ada yang tidak beres denganmu!"
Mei Er terjatuh, tubuhnya mulai bergetar. Cahaya biru samar muncul dari dadanya, seperti ada sesuatu yang tersegel di dalamnya.
Chen Guang menatap dengan serius. "Ini… bukan pertanda baik."
Sementara itu, di udara, Shen Wei yang bertarung dengan Mo Jian merasakan perubahan di tubuh Mei Er.
Dia menoleh ke bawah, dan seketika wajahnya berubah drastis.
"Mei Er…!"
Mo Jian tersenyum licik. "Akhirnya kau menyadarinya, Shen Wei… Mei Er bukan manusia biasa. Dan sekarang… waktunya dia menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya."
Shen Wei terdiam sejenak, lalu matanya menyala dengan amarah.
"Apa yang telah kau lakukan padanya?!"
Mo Jian hanya tertawa. "Aku? Tidak. Ini adalah takdirnya sendiri."
Mei Er berteriak kesakitan, cahaya biru semakin terang.
Yu Lan dan Chen Guang tidak bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan.
Shen Wei mengepalkan tangannya, lalu dengan kekuatan penuh, dia menyerang Mo Jian dengan tebasan terkuatnya.
"MO JIAN!!"
Bersambung ke Bab 106…