Bab 106: Pengorbanan Darah Jiwa

Langit malam yang semula gelap kini berubah menjadi merah keunguan, seolah merespons kekuatan dahsyat yang saling bertarung di bawahnya. Cahaya dari Pedang Surgawi Shen Wei memancarkan aura suci yang menerangi seluruh desa, tetapi Mo Jian tidak tinggal diam. Energi hitam yang mengelilinginya berputar seperti badai, berusaha menelan segala yang ada di sekitarnya.

Di bawah mereka, Mei Er masih menggeliat kesakitan di tanah. Cahaya biru yang berasal dari tubuhnya semakin terang, membuat Yu Lan dan Chen Guang hanya bisa mundur beberapa langkah sambil mencoba memahami apa yang terjadi.

"Mei Er!" teriak Yu Lan, tetapi Mei Er tidak bisa menjawab.

Wajahnya pucat, tubuhnya menggigil, dan di dadanya, sebuah pola bercahaya berbentuk teratai biru muncul perlahan.

Chen Guang mengepalkan tangannya. "Ini bukan sembarang segel… Ini adalah Segel Jiwa Dewa!"

Yu Lan menoleh dengan cemas. "Apa maksudmu?!"

Chen Guang menatap Mei Er dengan serius. "Jika segel ini benar-benar terbuka… kita mungkin kehilangan Mei Er selamanya."

Sementara itu, di udara, Shen Wei menatap Mo Jian dengan penuh amarah.

"Katakan padaku, Mo Jian! Apa yang kau lakukan pada Mei Er?!"

Mo Jian tertawa meremehkan. "Kau masih belum mengerti, Shen Wei? Mei Er bukanlah manusia biasa. Dia adalah kunci yang selama ini kucari. Darahnya memiliki hubungan dengan dunia dewa, dan segel di tubuhnya… adalah sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak bisa sepenuhnya pecahkan."

Shen Wei menggertakkan giginya. "Aku tidak peduli dengan teori gilamu. Yang jelas, aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya lagi!"

Dengan satu gerakan, Shen Wei mengangkat Pedang Surgawi, lalu menebaskannya ke arah Mo Jian dengan kekuatan penuh. Cahaya suci melesat seperti gelombang besar, menerjang Mo Jian dengan kecepatan luar biasa.

BOOM!

Energi suci menghantam Mo Jian tepat di dadanya, membuat pria itu terdorong ke belakang dan menghantam reruntuhan salah satu rumah di desa. Asap dan debu memenuhi udara, tetapi Shen Wei tidak menunggu.

Dia melesat ke depan, muncul tepat di hadapan Mo Jian yang masih terperangkap dalam reruntuhan. Tanpa memberikan celah, Shen Wei menusukkan Pedang Surgawi langsung ke dada Mo Jian!

"ARGHHH!!"

Mo Jian menjerit kesakitan, tubuhnya bergetar hebat saat cahaya suci mulai membakar dari dalam.

Mata Shen Wei tetap tajam. "Ini adalah akhir bagimu, Mo Jian."

Namun, di tengah jeritannya, Mo Jian malah menyeringai.

"Hahaha… Shen Wei… Kau pikir kau menang?"

Shen Wei tidak menjawab, tetapi ia merasakan ada sesuatu yang aneh.

Mo Jian menatap ke arah Mei Er yang masih terbaring di tanah, lalu berbisik dengan suara lemah, "Kau… tidak bisa menyelamatkannya… Kau… akan… kehilangan dia… untuk selamanya…"

Tubuh Mo Jian mulai hancur, berubah menjadi debu hitam yang tertiup angin.

Mo Jian telah dikalahkan.

Namun, ucapan terakhirnya membuat Shen Wei segera menoleh ke bawah.

"Mei Er!"

Dia langsung melesat turun, mendarat di samping Mei Er yang kini tubuhnya hampir sepenuhnya diselimuti cahaya biru.

Yu Lan menatap dengan cemas. "Senior! Ada sesuatu yang terjadi pada Mei Er!"

Chen Guang menggertakkan giginya. "Jika kita tidak segera melakukan sesuatu… segelnya akan terbuka sepenuhnya, dan itu bisa membunuhnya!"

Shen Wei menatap Mei Er yang semakin pucat, lalu mengepalkan tangannya.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Tanpa ragu, dia menggigit ibu jarinya, dan dalam sekejap, setetes darah emas keluar dari lukanya.

Yu Lan dan Chen Guang terkejut. "Darah Jiwa!"

Shen Wei tidak memperdulikan reaksi mereka. Dengan cepat, dia menekan tetesan Darah Jiwanya ke dada Mei Er, tepat di atas pola teratai biru yang bercahaya.

Begitu darahnya menyentuh segel tersebut, cahaya biru yang semula mengamuk tiba-tiba mulai mereda.

"Mei Er! Bertahanlah!"

Tubuh Mei Er masih gemetar, tetapi perlahan-lahan cahaya yang mengelilinginya mulai menghilang. Warna kulitnya yang semula pucat kini kembali, dan napasnya yang tersengal mulai stabil.

Setelah beberapa saat, matanya perlahan terbuka.

"S-Senior…?"

Shen Wei menatapnya dengan lega. "Aku di sini."

Mei Er menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu tanpa ragu, dia langsung memeluk Shen Wei erat-erat.

"Aku… Aku pikir aku akan mati… Aku takut…"

Shen Wei membelai rambutnya dengan lembut. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Yu Lan dan Chen Guang akhirnya bisa bernapas lega.

Yu Lan tersenyum. "Akhirnya… semuanya berakhir."

Namun, Chen Guang menatap Shen Wei dengan khawatir. "Shen Wei… kau menggunakan Darah Jiwamu… Itu tidak berbahaya?"

Shen Wei hanya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Yang penting Mei Er selamat."

Namun, meskipun Shen Wei tampak tenang, di dalam dirinya, dia tahu bahwa menggunakan Darah Jiwa bukanlah sesuatu yang tanpa konsekuensi. Dia bisa merasakan bahwa sebagian energinya telah terkuras, dan butuh waktu lama untuk pulih kembali.

Tetapi melihat Mei Er yang selamat dan berada di pelukannya, dia tidak menyesal sama sekali.

Di langit yang mulai cerah, peperangan telah berakhir. Mo Jian telah dikalahkan.

Namun, jauh di dalam hatinya, Shen Wei tahu bahwa ini bukanlah akhir.

Dewa Xuan Mo masih berada di luar sana, dan dengan kekuatan Mei Er yang mulai bangkit… ada sesuatu yang lebih besar menanti mereka di masa depan.

Bersambung ke Bab 107…