Angin dingin bertiup lembut saat Shen Wei dan murid-muridnya mendekati Lembah Bunga Es. Salju tipis menutupi jalan setapak, membuat setiap langkah mereka meninggalkan jejak yang cepat menghilang.
Mei Er merapatkan jubahnya. "Tempat ini… terasa aneh."
Yu Lan menatap sekeliling. "Tidak ada suara burung, tidak ada binatang liar. Seakan-akan tempat ini sudah lama ditinggalkan."
Chen Guang, yang berjalan di samping mereka, menambahkan, "Tapi menurut legenda, Lembah Bunga Es pernah menjadi tempat tinggal para dewa yang turun ke dunia fana."
Shen Wei mengangguk. "Dan jika Xuan Mo benar-benar terlibat, maka tempat ini pasti menyimpan sesuatu yang penting."
Mereka melanjutkan perjalanan, menembus kabut tipis yang melayang di antara pepohonan yang tertutup es. Pedang Surgawi di genggaman Shen Wei memancarkan cahaya lembut, seakan merespons energi yang mengalir di tempat itu.
Namun, semakin dalam mereka melangkah, semakin kuat rasa kehadiran seseorang.
Shen Wei tiba-tiba berhenti.
"Kita tidak sendirian."
Mei Er langsung merasakan bulu kuduknya berdiri.
Dari balik kabut, muncul siluet seorang pria berjubah putih dengan rambut panjang perak yang berkilauan di bawah sinar bulan. Tatapan matanya tajam dan penuh perhitungan.
"Akhirnya, kalian datang."
Shen Wei mengangkat alisnya. "Siapa kau?"
Pria itu tersenyum tipis. "Namaku Feng Xuan. Aku adalah pelayan setia Dewa Xuan Mo."
Chen Guang mengepalkan tangannya. "Jadi benar, dia sudah menunggu kita."
Feng Xuan melangkah maju, ekspresinya tetap tenang. "Dewa Xuan Mo ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian. Jika kalian meninggalkan pencarian ini sekarang, dia mungkin masih bisa menunjukkan belas kasih."
Yu Lan tertawa sinis. "Belas kasih? Setelah semua yang telah terjadi? Jangan bercanda."
Mei Er menatap pria itu dengan hati-hati. "Dan jika kami menolak?"
Feng Xuan tersenyum lebih lebar. "Maka kalian akan menghadapi sesuatu yang lebih mengerikan dari yang pernah kalian bayangkan."
Shen Wei mengangkat Pedang Surgawi, aura cahayanya berpendar lebih kuat. "Kami tidak butuh peringatan. Jika Xuan Mo ingin bermain dengan kami, maka kami akan menghadapi permainannya dengan cara kami sendiri."
Feng Xuan menghela napas panjang. "Sayang sekali. Aku kira kau lebih bijak, Shen Wei."
Dalam sekejap, kabut di sekitar mereka mulai bergerak, berubah menjadi bayangan yang berputar-putar. Dari dalamnya, muncul makhluk-makhluk berwujud hitam dengan mata merah menyala.
Chen Guang langsung menarik pedangnya. "Jadi kita harus bertarung, ya?"
Feng Xuan mengangkat tangannya, dan bayangan-bayangan itu melesat ke arah mereka.
"Mari kita lihat seberapa jauh kalian bisa bertahan."
Makhluk bayangan itu bergerak dengan kecepatan tinggi, menciptakan pusaran energi gelap di sekitar mereka. Mei Er dan Yu Lan langsung bergerak mundur, sementara Shen Wei dan Chen Guang maju menghadapi serangan pertama.
Shen Wei mengayunkan Pedang Surgawi, cahaya suci dari bilahnya membelah beberapa makhluk dalam sekejap.
SRAAAK!!
Makhluk-makhluk itu menghilang seperti asap terbakar.
Chen Guang menusukkan pedangnya ke salah satu bayangan, tapi makhluk itu hanya memudar sejenak sebelum kembali menyerang.
"Serangan biasa tidak cukup!" teriaknya.
Mei Er mengangkat tangannya, membentuk segel dengan cepat. "Biarkan aku mencoba!"
"Segel Cahaya Murni!"
Sebuah lingkaran bercahaya muncul di tanah, dan makhluk-makhluk bayangan itu langsung terhenti, tubuh mereka bergetar sebelum meleleh seperti lilin terkena api.
Yu Lan melompat ke atas, menembakkan rentetan panah es yang menghujani lawan mereka.
Namun, di tengah kekacauan, Feng Xuan hanya berdiri diam, mengamati dengan tenang.
Shen Wei menatapnya tajam. "Kau tidak ikut bertarung?"
Feng Xuan tersenyum. "Kenapa aku harus melawan seseorang yang belum menunjukkan kekuatan penuhnya?"
"Coba saja kau mendekat," Shen Wei membalas dengan suara dingin.
Feng Xuan mengangkat satu alis. "Baiklah."
Dalam sekejap, dia melesat ke depan, tangannya membentuk tanda aneh di udara.
"Taring Bayangan!"
Sebuah serangan gelap berbentuk cakar raksasa melesat ke arah Shen Wei.
Shen Wei menghunus Pedang Surgawi, membelah serangan itu dengan satu tebasan. Cahaya dari pedangnya membuat kabut di sekitar mereka menipis, memperlihatkan lebih banyak dari Lembah Bunga Es.
Feng Xuan mundur beberapa langkah, terlihat sedikit terkejut. "Menarik."
Chen Guang berbisik kepada Yu Lan, "Orang ini lebih kuat dari yang kita kira."
Yu Lan mengangguk. "Dia bukan sekadar bawahan biasa. Dia pasti salah satu pengikut utama Xuan Mo."
Mei Er menatap Shen Wei dengan cemas. "Senior, kita harus cepat. Jika kita terus bertarung di sini, kita bisa terjebak dalam perangkapnya!"
Shen Wei mengangguk. "Kita harus mencari jalan keluar."
Feng Xuan menyeringai. "Kalian tidak akan bisa pergi begitu saja."
Dia mengangkat tangannya, dan dari tanah, muncul pilar es hitam yang mengelilingi mereka.
Shen Wei mempersempit matanya. "Kau benar-benar ingin menahan kami?"
Feng Xuan mengangguk. "Kalian terlalu dekat dengan kebenaran. Aku tidak bisa membiarkan kalian pergi lebih jauh."
Shen Wei menatap murid-muridnya. "Bersiaplah. Kita akan menembus pertahanan ini bersama-sama."
Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang mengangguk dengan penuh keyakinan.
"Mari kita selesaikan ini."
Di dalam kegelapan lembah, sebuah kekuatan besar mulai terbangun. Dewa Xuan Mo telah mengetahui pergerakan mereka, dan dia tidak akan membiarkan mereka mengungkap rahasianya.
Namun, Shen Wei dan murid-muridnya tidak akan mundur.
Perjalanan mereka baru saja memasuki tahap paling berbahaya.
Bersambung ke Bab 109…