Bab 110: Ketenangan Setelah Badai

Langit di Lembah Bunga Es mulai kembali cerah. Angin sejuk berhembus lembut, membawa ketenangan setelah pertempuran yang begitu dahsyat. Salju yang sebelumnya dipenuhi retakan akibat pertarungan kini mulai turun dengan damai, seakan menutupi luka-luka yang tersisa.

Shen Wei berdiri di atas tebing kecil, memandang ke arah cakrawala dengan tatapan dalam. Pedang Surgawi di tangannya masih memancarkan cahaya samar, seakan merasakan bahwa tugasnya belum sepenuhnya selesai.

Di belakangnya, Mei Er berjalan pelan dengan wajah sedikit pucat. Meskipun luka di lengannya sudah mulai pulih, kelelahan masih jelas terlihat di matanya.

"Senior…" Mei Er memanggil lembut.

Shen Wei menoleh, melihat tatapan khawatir dari muridnya.

"Kau seharusnya beristirahat, Mei Er."

Mei Er menggeleng pelan. "Aku tidak bisa tenang sebelum memastikan kau baik-baik saja."

Shen Wei tersenyum tipis. Dia menepuk kepala Mei Er dengan lembut.

"Aku baik-baik saja. Kemenangan ini milik kita semua."

Di kejauhan, Yu Lan dan Chen Guang sedang duduk di atas bebatuan, mengatur napas mereka. Chen Guang masih mengusap luka di bahunya, sementara Yu Lan mengamati medan pertempuran yang kini sunyi.

"Rasanya aneh…" gumam Yu Lan. "Dari pertarungan yang begitu sengit, sekarang kita hanya duduk di sini dalam keheningan."

Chen Guang terkekeh. "Aku lebih suka begini. Setidaknya aku masih hidup."

Mereka berdua tertawa kecil, meskipun tubuh mereka masih terasa sakit.

Tak lama, Shen Wei menghampiri mereka.

"Kita harus meninggalkan tempat ini segera." katanya. "Meskipun Xuan Mo telah dikalahkan, kita tidak bisa berdiam diri di sini."

Yu Lan mengangguk. "Kau benar, Senior. Tapi… apa langkah kita selanjutnya?"

Shen Wei terdiam sejenak.

Setelah sekian lama bertarung, akhirnya ada waktu untuk berpikir tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Setelah beberapa hari perjalanan, Shen Wei dan murid-muridnya akhirnya kembali ke Sekte Naga Putih. Saat mereka melewati gerbang utama, para murid yang lain segera menghampiri, menyambut mereka dengan penuh kelegaan.

Seorang murid senior, Zhang Rui, berlari menghampiri. "Senior Shen Wei! Kalian akhirnya kembali!"

Beberapa murid lain melihat kondisi mereka dengan khawatir. "Senior Mei Er, kau terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana?"

Mei Er tersenyum tipis. "Kami… berhasil mengalahkan Dewa Xuan Mo."

Semua murid terkejut. "APA?!"

Zhang Rui menatap Shen Wei dengan kagum. "Itu… luar biasa! Aku tidak menyangka bahwa kita akan mendengar berita sebesar ini!"

Shen Wei mengangguk. "Tapi kita tidak boleh lengah. Dunia kultivasi selalu memiliki ancaman yang tersembunyi."

Para murid saling bertukar pandang, menyadari betapa besar pertempuran yang telah dialami oleh Shen Wei dan murid-muridnya.

Kabar tentang kemenangan mereka mulai menyebar ke seluruh sekte.

Di malam hari, para murid berkumpul di aula utama untuk merayakan kepulangan mereka. Cahaya lentera menggantung di sekitar aula, menciptakan suasana hangat yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Chen Guang duduk sambil menikmati teh hangat. "Ahh… sudah lama aku tidak merasa setenang ini."

Yu Lan tertawa. "Jangan terlalu santai, siapa tahu besok kita disuruh latihan berat lagi."

Mei Er tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya masih ada sesuatu yang mengganggunya.

Shen Wei memperhatikan Mei Er yang tampak lebih diam dari biasanya. Saat semua murid sibuk berbincang, dia menghampiri Mei Er yang duduk sendirian di dekat jendela.

"Apa yang kau pikirkan, Mei Er?" tanyanya lembut.

Mei Er terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku… masih memikirkan pertarungan itu, Senior."

Shen Wei mengangguk pelan. "Aku mengerti. Tidak mudah melupakan pertarungan seperti itu."

Mei Er menggenggam tangannya erat. "Aku merasa… meskipun kita menang, ada sesuatu yang masih belum selesai."

Shen Wei menatapnya dengan dalam. Dia tahu perasaan itu. Bahkan dirinya sendiri masih merasa bahwa ancaman belum benar-benar berakhir.

Apakah Xuan Mo benar-benar telah lenyap sepenuhnya?

Ataukah ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu mereka di masa depan?

Malam semakin larut. Setelah perayaan selesai, Shen Wei duduk di Paviliun Langit, tempat dia biasa bermeditasi. Cahaya bulan menyinari pelataran, dan angin malam bertiup lembut.

Tak lama, Yu Lan dan Chen Guang datang.

"Senior, kami ingin berbicara." kata Yu Lan.

Shen Wei menoleh. "Ada apa?"

Chen Guang menatap langit. "Kita telah menang, tapi… aku merasa masih ada sesuatu yang belum kita pahami sepenuhnya tentang Dewa Kegelapan."

Yu Lan mengangguk. "Saat kita bertarung dengan Xuan Mo, dia mengatakan sesuatu sebelum menghilang… bahwa ini belum berakhir."

Shen Wei menutup matanya sejenak, merenungkan kata-kata itu.

"Aku juga merasakan hal yang sama." katanya akhirnya.

Yu Lan bertanya, "Apa menurutmu ada ancaman lain yang belum kita ketahui?"

Shen Wei membuka matanya, tatapannya tajam. "Dunia ini luas. Ada banyak hal yang masih tersembunyi dalam kegelapan. Jika Xuan Mo benar-benar sudah musnah, maka kita harus mencari tahu… apa yang sebenarnya dia maksud dengan kata-kata terakhirnya."

Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Kalau begitu, kita harus mulai menyelidiki sebelum semuanya terlambat."

Yu Lan menghela napas. "Aku harap kita bisa memiliki waktu lebih lama untuk beristirahat, tapi kalau memang ada ancaman lain…"

Shen Wei berdiri, menatap langit malam.

"Mulai besok, kita akan mencari jawabannya."

Yu Lan dan Chen Guang saling bertukar pandang sebelum mengangguk.

Petualangan mereka masih belum berakhir.

Keesokan Harinya…

Saat fajar menyingsing, Shen Wei dan murid-muridnya bersiap untuk berlatih seperti biasa. Namun, sebelum latihan dimulai, seorang utusan dari Sekte Langit Suci datang membawa pesan penting.

Utusan itu membungkuk dengan hormat. "Dewa Shen Wei, ada sesuatu yang harus kau lihat."

Shen Wei mengambil gulungan surat yang diberikan dan membukanya. Tatapannya langsung berubah serius saat membaca isi pesan itu.

Mei Er memperhatikan ekspresi gurunya. "Senior… ada apa?"

Shen Wei menutup surat itu perlahan.

"Ini adalah laporan dari para tetua di Sekte Langit Suci… Mereka menemukan sesuatu yang aneh di perbatasan Wilayah Barat."

Yu Lan menajamkan pandangan. "Apa maksudnya?"

Shen Wei menatap mereka dengan serius.

"Ada peningkatan aktivitas energi kegelapan di sana… sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya."

Mei Er merasakan dadanya berdegup kencang.

Apakah ini yang dimaksud oleh Xuan Mo sebelum dia lenyap?

Shen Wei mengepalkan tangannya. "Kita tidak bisa mengabaikan ini."

Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang menatap satu sama lain.

Mereka tahu… bahwa perjalanan mereka belum berakhir.

Dan ancaman baru mungkin sedang menunggu di balik kegelapan.

Bersambung ke Bab 111…