Bab 111: Jejak Kegelapan di Wilayah Barat

Mentari pagi perlahan menyinari Sekte Naga Putih, tetapi suasana di dalam aula utama terasa tegang. Shen Wei duduk dengan tenang, menggenggam gulungan surat yang baru saja ia buka.

Di hadapannya, Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang berdiri dengan ekspresi serius.

Mei Er menggigit bibirnya, ragu-ragu sebelum bertanya, "Senior, apakah ada masalah?"

Shen Wei menghela napas, lalu menatap ketiga muridnya dengan tajam. "Wilayah Barat telah diselimuti aura kegelapan. Para tetua dari Sekte Langit Suci mengirim utusan untuk menyelidikinya, tetapi mereka tidak pernah kembali."

Chen Guang mengepalkan tangannya. "Apakah ini ulah Dewa Xuan Mo?"

Shen Wei mengangguk pelan. "Kemungkinan besar. Dewa Xuan Mo dikenal menggunakan energi kegelapan untuk menyebarkan kekacauan. Jika dia benar-benar berada di Wilayah Barat, kita harus segera bertindak sebelum keadaan semakin memburuk."

Yu Lan menatap Mei Er dengan cemas. "Mei Er, kau masih belum pulih sepenuhnya dari pertempuran sebelumnya. Apakah kau yakin ingin ikut?"

Mei Er tersenyum lembut meski luka di lengannya masih terasa nyeri. "Aku tidak akan tinggal diam saat Senior dan kalian pergi ke tempat berbahaya. Aku harus ikut."

Shen Wei menatap Mei Er dalam-dalam sebelum akhirnya mengangguk. "Baik. Tapi berjanjilah, jika keadaan menjadi terlalu berbahaya, kau harus mundur."

Mei Er menundukkan kepala, kemudian mengangguk. "Aku mengerti, Senior."

Shen Wei kemudian menggenggam Pedang Surgawinya yang memancarkan aura cahaya murni. "Kita berangkat sekarang."

---

Perjalanan menuju Wilayah Barat memakan waktu dua hari. Sepanjang perjalanan, mereka melewati pegunungan terjal dan lembah berkabut yang dipenuhi aura aneh.

Saat mereka tiba di gerbang utama Wilayah Barat, langit tampak lebih gelap dari biasanya. Angin yang berhembus terasa dingin, membawa bisikan samar yang membuat bulu kuduk meremang.

Chen Guang merapatkan jubahnya. "Tempat ini… rasanya berbeda dari terakhir kali aku ke sini. Seperti ada sesuatu yang mengintai."

Yu Lan mengangguk. "Aku bisa merasakan energi jahat yang bersembunyi di balik kabut ini."

Mei Er menggenggam erat pedangnya, berusaha menenangkan diri. "Senior, apa langkah kita selanjutnya?"

Shen Wei menyipitkan mata, merasakan aura kegelapan yang semakin pekat. "Kita menuju Kota Tian Luo. Jika ada jejak Dewa Xuan Mo, pasti ada petunjuk di sana."

Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan. Namun, semakin dekat ke Kota Tian Luo, atmosfer di sekeliling mereka semakin mencekam. Pepohonan layu, tanah retak, dan udara terasa berat.

Saat mereka mencapai pintu masuk kota, pemandangan di depan mereka membuat Mei Er menahan napas.

Kota itu kosong.

Jalan-jalan yang seharusnya ramai kini sunyi. Rumah-rumah ditinggalkan, beberapa pintu masih terbuka lebar, seolah pemiliknya pergi terburu-buru. Tidak ada suara, tidak ada tanda kehidupan.

Chen Guang melangkah maju dan menyentuh dinding salah satu bangunan. "Bekas serangan... Sepertinya mereka tidak pergi dengan tenang."

Yu Lan mengeluarkan kipasnya, bersiap jika sesuatu menyerang. "Apakah mereka dibawa pergi? Atau… sesuatu telah terjadi pada mereka?"

Mei Er merasakan hawa dingin merayap di punggungnya. "Senior… kita harus mencari tahu apa yang terjadi di sini."

Shen Wei mengangguk. "Tetap waspada. Aku merasakan sesuatu mengawasi kita."

Mereka bergerak masuk ke dalam kota, menjelajahi jalanan kosong yang dipenuhi tanda-tanda pertempuran. Namun, sebelum mereka bisa mencari lebih jauh, angin berhembus kencang, membawa suara tawa dingin yang menggema di seluruh kota.

"Akhirnya kau datang, Shen Wei."

Dari atas sebuah menara batu, sosok berjubah hitam berdiri, matanya bersinar merah seperti api neraka. Aura kegelapan yang begitu kuat mengalir dari tubuhnya, menyelimuti seluruh area dengan tekanan yang mencekik.

Shen Wei menatapnya tajam. "Dewa Xuan Mo…"

Dewa Xuan Mo menyeringai. "Aku telah menunggumu. Apakah kau datang untuk menyelamatkan kota ini? Sayang sekali… mereka semua sudah menjadi milikku."

Mei Er terkejut. "Apa maksudmu?"

Xuan Mo mengangkat tangannya, dan dari bayang-bayang, sosok-sosok muncul. Mereka adalah penduduk Kota Tian Luo, tetapi mata mereka kosong, kulit mereka pucat, dan aura mereka dipenuhi energi gelap.

Yu Lan menggertakkan giginya. "Dia mengubah mereka menjadi budaknya!"

Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Kau iblis!"

Shen Wei menghunus Pedang Surgawinya. "Xuan Mo, aku tidak akan membiarkanmu terus menyebarkan kegelapan di dunia ini."

Xuan Mo tertawa. "Oh? Kau ingin menghentikanku? Maka tunjukkan kekuatanmu, Shen Wei!"

Dengan satu gerakan tangan Xuan Mo, penduduk kota yang telah menjadi budak kegelapan itu menyerbu ke arah mereka, mata mereka bersinar merah dan tangan mereka terulur dengan kekuatan yang bukan lagi manusiawi.

Mei Er mencabut pedangnya. "Mereka tidak sadar! Kita tidak bisa membunuh mereka!"

Shen Wei berbisik cepat. "Serang mereka tanpa membunuh! Aku akan mencari cara untuk mengusir kegelapan dalam diri mereka!"

Pertempuran pun dimulai. Mei Er, Yu Lan, dan Chen Guang bertarung dengan hati-hati, menangkis serangan penduduk yang telah dikutuk, sementara Shen Wei berhadapan langsung dengan Dewa Xuan Mo.

Pedang Surgawi miliknya bersinar terang, menembus kegelapan yang menyelimuti kota. Namun, Xuan Mo hanya tersenyum dingin, seolah pertempuran ini hanyalah permainan baginya.

"Shen Wei… kau pikir cahaya kecilmu bisa mengusir kegelapan abadi?"

Shen Wei mempererat cengkeramannya pada pedang. "Aku akan menghancurkan kegelapanmu, Xuan Mo. Sekarang dan selamanya!"

Pertarungan antara cahaya dan kegelapan pun dimulai, dengan Kota Tian Luo sebagai medan pertempuran mereka.