Shen Wei berdiri di tengah reruntuhan desa yang hancur akibat pertempuran malam itu. Udara masih dipenuhi sisa energi kegelapan yang mengerikan, meskipun cahaya keemasannya telah berhasil mengusir sebagian besar ancaman. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini bukan akhir—melainkan awal dari sesuatu yang jauh lebih besar dan berbahaya.
Mei Er berjalan mendekat, wajahnya pucat dan matanya memancarkan kecemasan. “Senior… kau tidak apa-apa?”
Shen Wei mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Tapi aku khawatir… ini bukanlah akhir dari mereka.”
Yu Lan dan Chen Guang berdiri tak jauh dari mereka, masing-masing memeriksa keadaan sekitar. Tubuh mereka dipenuhi luka, namun semangat mereka tidak goyah. Mereka tahu bahwa ancaman ini bukan sekadar serangan biasa—ini adalah peringatan.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Mereka semua segera waspada. Seorang pria tua dengan jubah abu-abu muncul dari balik pepohonan. Matanya memancarkan kebijaksanaan, tetapi juga menyimpan ketegangan yang mendalam.
Shen Wei mengenalinya. “Tetua Liang…”
Tetua Liang, seorang sesepuh dari Sekte Naga Putih, berjalan mendekat dengan ekspresi serius. “Aku datang begitu mendengar tentang serangan ini. Kegelapan yang kita takuti selama ini… akhirnya bangkit.”
Chen Guang mengepalkan tangannya. “Siapa mereka sebenarnya? Mengapa mereka menyerang desa ini?”
Tetua Liang menghela napas panjang. “Mereka bukan sekadar iblis biasa. Mereka adalah sisa-sisa pasukan Kegelapan yang dulu hampir menghancurkan dunia ini. Dulu, mereka dikalahkan dan disegel oleh para dewa, tetapi seiring berjalannya waktu, segel itu melemah. Aku khawatir… ada seseorang yang berusaha membangkitkan mereka kembali.”
Shen Wei memandang lurus ke arah Tetua Liang. “Apakah kau tahu siapa yang melakukannya?”
Tetua Liang menggelengkan kepala. “Belum. Tapi kita harus segera bertindak sebelum semuanya terlambat.”
Mei Er mengepalkan tangannya. “Apa yang harus kita lakukan, Senior?”
Shen Wei berpikir sejenak, lalu berkata, “Kita harus mencari sumbernya. Jika benar ada seseorang yang mencoba membangkitkan pasukan Kegelapan, kita harus menghentikannya sebelum mereka menjadi lebih kuat.”
Tetua Liang mengangguk setuju. “Ada satu tempat yang harus kalian kunjungi. Gunung Langit Hitam. Legenda mengatakan bahwa di sanalah pusat segel yang dulu dibuat oleh para dewa. Jika segel itu mulai melemah, maka kita akan menemukan petunjuk di sana.”
Shen Wei menatap murid-muridnya. “Kalian siap?”
Yu Lan mengangguk tegas. “Kami selalu siap.”
Mei Er menatap Seniornya dengan penuh keyakinan. “Aku akan ikut, apa pun yang terjadi.”
Chen Guang tersenyum samar. “Aku tidak akan membiarkan Senior dan teman-temanku pergi sendirian.”
Tetua Liang memberikan sebuah gulungan kepada Shen Wei. “Ini adalah peta menuju Gunung Langit Hitam. Berhati-hatilah. Tidak ada yang tahu bahaya apa yang menunggu di sana.”
Shen Wei menerima gulungan itu dengan anggukan hormat. “Terima kasih, Tetua Liang.”
Tanpa membuang waktu, mereka segera bersiap untuk perjalanan panjang. Gunung Langit Hitam terletak di ujung barat, sebuah tempat yang jarang dijamah oleh manusia karena dipenuhi oleh energi gelap yang menakutkan. Namun, bagi mereka, tidak ada pilihan lain.
---
Perjalanan ke Gunung Langit Hitam
Mereka menunggangi kuda cepat yang disediakan oleh Tetua Liang, melintasi hutan lebat dan lembah yang diselimuti kabut. Malam pertama perjalanan mereka diselimuti kesunyian yang mencekam. Angin berhembus dingin, membawa bisikan aneh yang terdengar seperti suara-suara dari dunia lain.
Saat mereka beristirahat di dekat sebuah sungai kecil, Mei Er duduk di dekat api unggun, menatap nyala api dengan ekspresi cemas. “Senior… apakah menurutmu kita bisa mengalahkan mereka?”
Shen Wei duduk di sampingnya. “Aku tidak tahu, Mei Er. Tapi satu hal yang pasti, kita tidak bisa membiarkan mereka menang.”
Mei Er menggigit bibirnya. “Aku hanya takut… takut kehilangan kalian.”
Shen Wei menepuk kepalanya dengan lembut. “Jangan khawatir. Kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.”
Mei Er menatapnya, lalu mengangguk perlahan.
Sementara itu, Yu Lan dan Chen Guang berjaga di sekitar perkemahan. Namun, tiba-tiba, Chen Guang merasakan sesuatu. “Ada yang mendekat.”
Semua orang segera bersiaga. Dari kegelapan malam, muncul sosok berjubah hitam. Wajahnya tertutup oleh topeng, tetapi aura gelap yang mengelilinginya membuat mereka semua merasakan bahaya yang luar biasa.
Shen Wei melangkah maju. “Siapa kau?”
Orang itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia mengangkat tangannya, dan dari dalam kegelapan muncul bayangan-bayangan menyeramkan.
Mei Er menggenggam senjatanya erat-erat. “Lagi-lagi mereka…”
Tanpa membuang waktu, Shen Wei langsung menyerang. Tubuhnya bersinar dengan cahaya emas, melesat ke arah musuh dengan kecepatan luar biasa. Serangannya menghantam salah satu bayangan, membuatnya menghilang dalam sekejap. Namun, musuh mereka tidak tinggal diam.
Yu Lan dan Chen Guang bertarung dengan penuh keberanian, melawan bayangan yang semakin banyak. Mei Er tetap di belakang, menggunakan sihirnya untuk memberikan dukungan dari kejauhan.
Sementara itu, sosok berjubah hitam itu tetap diam, seolah mengamati mereka. Namun, Shen Wei tidak membiarkannya begitu saja. Dengan satu lompatan, dia menyerang langsung ke arahnya.
Namun, sebelum Shen Wei bisa mencapai lawannya, tiba-tiba sebuah kekuatan besar muncul. Gelombang energi gelap melesat ke arahnya, memaksanya untuk mundur.
Sosok itu akhirnya berbicara, suaranya dingin dan penuh kebencian. “Kau tidak akan bisa menghentikan kebangkitan kami, Shen Wei.”
Shen Wei menyipitkan matanya. “Jadi kau memang bagian dari mereka.”
Orang itu tertawa pelan. “Ini baru permulaan. Segel di Gunung Langit Hitam sudah mulai retak. Dan ketika saatnya tiba, dunia ini akan jatuh ke dalam kegelapan.”
Sebelum Shen Wei bisa menyerang lagi, sosok itu menghilang dalam kabut hitam, meninggalkan suara tawanya yang mengerikan.
Mei Er berlari ke arah Shen Wei. “Senior, apa yang harus kita lakukan?”
Shen Wei mengepalkan tangannya. “Kita harus bergerak lebih cepat. Kita tidak punya banyak waktu.”
Mereka semua saling berpandangan, menyadari bahwa perjalanan ini akan jauh lebih sulit dari yang mereka duga. Namun, tak ada jalan untuk mundur. Mereka harus mencapai Gunung Langit Hitam sebelum semuanya terlambat.
Dengan semangat baru dan tekad yang semakin kuat, mereka kembali menunggangi kuda mereka, melanjutkan perjalanan menuju takdir yang sudah menunggu.
Akhir Bab 117