Bab 118: Gunung Langit Hitam yang Membisu

Perjalanan menuju Gunung Langit Hitam terasa semakin berat seiring mereka mendekati tujuan. Udara menjadi lebih dingin, dan kabut hitam yang pekat menggantung di langit, menutupi sinar matahari. Suasana itu membuat segalanya tampak suram dan menekan, seolah-olah alam sendiri mencoba memperingatkan mereka untuk berbalik. Namun, Shen Wei dan murid-muridnya melanjutkan perjalanan tanpa ragu.

Setelah beberapa hari perjalanan yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di kaki Gunung Langit Hitam. Gunung itu menjulang tinggi, puncaknya tersembunyi di balik awan gelap yang berputar-putar seperti pusaran energi jahat. Udara di sekitarnya dipenuhi dengan bau logam dan kehancuran. Setiap langkah yang mereka ambil terasa seperti melangkah ke dalam perut binatang buas yang siap memangsa kapan saja.

Yu Lan memandang ke atas dengan mata menyipit. “Tempat ini… rasanya seperti seluruh dunia menolak keberadaan kita di sini.”

Chen Guang mengangguk, merasakan hal yang sama. “Energi gelapnya sangat kuat. Aku bahkan kesulitan mengendalikan napasku.”

Mei Er menggenggam erat tongkat sihirnya. “Kita harus berhati-hati. Aku merasakan sesuatu… sesuatu yang mengawasi kita.”

Shen Wei memimpin di depan, matanya tajam mengamati setiap sudut. “Tetap waspada. Kita tidak tahu apa yang menunggu di atas sana.”

Mereka mulai mendaki gunung dengan hati-hati. Jalan setapak yang sempit dipenuhi bebatuan tajam, dan suara angin yang berhembus terdengar seperti bisikan-bisikan yang mencoba mengganggu konsentrasi mereka. Sesekali, mereka mendengar suara-suara aneh dari kejauhan—suara gemuruh, jeritan samar, dan langkah kaki yang seolah mengikuti mereka, namun ketika mereka berhenti untuk mendengarkan, semuanya kembali sunyi.

Setelah beberapa jam mendaki, mereka tiba di sebuah dataran kecil di tengah gunung. Di sana, mereka menemukan reruntuhan sebuah kuil kuno. Bangunan itu tampak sudah lama ditinggalkan, namun masih memancarkan aura yang kuat. Di tengah reruntuhan, terdapat sebuah altar batu yang retak, dengan simbol-simbol kuno yang berkilauan samar di bawah cahaya redup.

Shen Wei mendekati altar itu, mengamati simbol-simbol tersebut. “Ini… adalah segel dewa.”

Mei Er berjalan mendekat, matanya melebar. “Segel ini… sudah mulai retak.”

Yu Lan dan Chen Guang mengelilingi altar, memeriksa lingkungan sekitar. “Kita harus menemukan cara untuk memperbaiki segel ini,” kata Yu Lan dengan tegas.

Namun, sebelum Shen Wei bisa merespons, tiba-tiba tanah di bawah kaki mereka bergetar. Sebuah suara gemuruh yang dalam terdengar dari dalam gunung, diikuti oleh retakan besar yang membelah tanah. Dari celah itu, muncul kabut hitam pekat yang langsung menyelimuti mereka.

“Bersiaplah!” teriak Shen Wei, menarik pedangnya yang bersinar emas.

Dari kabut hitam itu, muncul makhluk-makhluk kegelapan. Mereka tampak seperti bayangan dengan mata merah menyala, bergerak cepat dan memancarkan aura mematikan.

Yu Lan dan Chen Guang langsung maju, menghadang makhluk-makhluk itu dengan serangan yang terkoordinasi. Mei Er berdiri di belakang, mengucapkan mantra untuk memperkuat perlindungan mereka. Shen Wei melompat ke tengah medan, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan luar biasa, mengusir kegelapan yang mencoba melingkupi mereka.

Namun, jumlah musuh terus bertambah. Setiap kali mereka berhasil mengalahkan satu makhluk, dua lagi muncul dari kabut. Serangan mereka semakin ganas, memaksa Shen Wei dan murid-muridnya untuk bertarung dengan seluruh kemampuan mereka.

Di tengah pertempuran, Shen Wei merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah energi yang sangat kuat, lebih gelap dan lebih tua dari apa pun yang pernah dia temui, mulai bangkit dari dalam gunung. Matanya menyipit saat dia menyadari bahwa segel di altar bukan satu-satunya yang retak.

“Kita harus menemukan sumber energi ini dan menghentikannya!” teriak Shen Wei kepada murid-muridnya.

Mei Er mengangguk cepat. “Aku akan mencari jalur ke dalam gunung!”

Yu Lan dan Chen Guang terus bertarung, memberi Mei Er waktu untuk mencari jalan. Setelah beberapa saat, Mei Er menemukan sebuah lorong tersembunyi di balik reruntuhan kuil.

“Di sini!” teriaknya.

Shen Wei memberi isyarat kepada Yu Lan dan Chen Guang untuk mundur. Mereka semua berlari menuju lorong tersebut, meninggalkan makhluk-makhluk kegelapan di belakang mereka.

Lorong itu sempit dan gelap, namun mereka terus bergerak maju tanpa ragu. Di dalam lorong, mereka merasakan energi gelap semakin kuat, seolah-olah mereka semakin dekat dengan sumbernya. Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi simbol-simbol kuno di dindingnya.

Di tengah ruangan, berdiri sosok berjubah hitam yang pernah mereka temui sebelumnya. Di depannya, terdapat sebuah batu besar yang tampak seperti pusat dari segel yang mulai retak. Sosok itu menoleh, matanya yang merah bersinar dalam kegelapan.

“Aku sudah menunggumu, Shen Wei,” katanya dengan suara dingin.

Shen Wei melangkah maju dengan tatapan tajam. “Siapa kau sebenarnya?”

Sosok itu tertawa pelan. “Aku adalah bagian dari kegelapan yang pernah kau dan para dewa coba hancurkan. Tapi kami tidak pernah benar-benar lenyap. Kami hanya menunggu saat yang tepat untuk bangkit kembali.”

Shen Wei mengepalkan pedangnya. “Aku tidak akan membiarkanmu membangkitkan kegelapan itu.”

Sosok itu mengangkat tangannya, dan energi gelap mulai berkumpul di sekelilingnya. “Kau tidak bisa menghentikanku. Segel ini akan pecah, dan dunia ini akan tenggelam dalam kegelapan abadi!”

Pertempuran pun dimulai. Shen Wei melompat ke depan, menyerang dengan pedang emasnya yang bersinar terang, mencoba menembus pertahanan musuh. Yu Lan dan Chen Guang menyerang dari sisi lain, bekerja sama untuk menghancurkan energi gelap yang melindungi sosok itu. Mei Er berdiri di belakang, mengucapkan mantra untuk memperkuat kekuatan mereka.

Namun, sosok berjubah hitam itu sangat kuat. Serangan mereka seolah tidak memberikan dampak yang berarti, dan energi gelapnya terus tumbuh, mengancam akan menghancurkan segel sepenuhnya.

Shen Wei menyadari bahwa mereka tidak bisa mengalahkannya dengan kekuatan biasa. Dia harus menggunakan kekuatan dewa yang telah lama dia simpan, meskipun itu berisiko besar bagi dirinya.

Dengan tekad yang bulat, Shen Wei menarik napas dalam-dalam dan melepaskan energi dewa yang tersembunyi di dalam dirinya. Cahaya emas yang luar biasa terang memancar dari tubuhnya, membuat ruangan itu bersinar seperti siang hari. Energi itu begitu kuat hingga bahkan sosok berjubah hitam itu terhuyung mundur.

Dengan kekuatan barunya, Shen Wei melancarkan serangan terakhir, menghantam sosok itu dengan cahaya murni yang memusnahkan kegelapan. Sosok itu berteriak kesakitan, sebelum akhirnya menghilang dalam ledakan cahaya yang memekakkan telinga.

Namun, meskipun musuh mereka telah dikalahkan, segel di tengah ruangan tetap retak, dan energi gelap masih mengalir keluar.

Mei Er berlari ke arah Shen Wei. “Senior! Kita harus memperbaiki segelnya sekarang!”

Shen Wei mengangguk, menggunakan sisa energi dewa untuk memperkuat segel tersebut. Dengan bantuan murid-muridnya, mereka mengucapkan mantra kuno, memusatkan energi mereka untuk menutup retakan yang ada.

Setelah beberapa saat yang menegangkan, segel itu akhirnya bersinar terang dan kembali utuh. Energi gelap menghilang, dan ruangan itu kembali tenang.

Shen Wei terjatuh berlutut, kelelahan luar biasa menguasai tubuhnya. Mei Er segera menghampirinya, matanya penuh kekhawatiran.

“Senior… kau baik-baik saja?”

Shen Wei tersenyum lemah. “Aku baik-baik saja. Kita berhasil.”

Yu Lan dan Chen Guang mendekat, wajah mereka penuh kelegaan.

“Kita berhasil menghentikan mereka… untuk sekarang,” kata Chen Guang.

Namun, Shen Wei tahu bahwa ini bukan akhir. Ancaman kegelapan mungkin telah ditunda, tetapi mereka akan kembali. Dan saat itu tiba, mereka harus lebih kuat dan lebih siap dari sebelumnya.

Dengan semangat yang diperbarui, mereka meninggalkan Gunung Langit Hitam, siap menghadapi apa pun yang akan datang di masa depan.

Akhir Bab 118