Setelah berhasil memperkuat segel di Gunung Langit Hitam, Shen Wei dan murid-muridnya kembali ke Sekte Naga Putih. Meski kelelahan, ada rasa lega yang mengalir di hati mereka. Mereka merasa telah berhasil mencegah bencana besar, dan dunia tampak lebih damai dari sebelumnya.
Di puncak Sekte Naga Putih, angin berhembus lembut, membawa aroma bunga musim semi yang baru bermekaran. Murid-murid sekte lainnya menyambut mereka dengan penuh sukacita, memuji keberanian dan kekuatan Shen Wei serta murid-muridnya.
Di ruang meditasi utama, Shen Wei duduk bersila, mencoba menenangkan pikirannya. Yu Lan dan Chen Guang berdiri di dekatnya, menjaga jarak untuk memberinya ruang. Sementara itu, Mei Er duduk di sudut ruangan, memeluk tongkat sihirnya, wajahnya masih menyimpan kekhawatiran meski mereka sudah kembali dengan selamat.
“Senior,” Mei Er akhirnya berbicara, suaranya pelan namun jelas. “Aku merasa… ada sesuatu yang tidak beres.”
Shen Wei membuka matanya, menatapnya dengan tenang. “Apa yang kau rasakan, Mei Er?”
Mei Er menggigit bibir bawahnya, mencoba merangkai kata-kata. “Segel itu… meskipun kita berhasil memperbaikinya, aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Seperti… segel itu tidak sepenuhnya asli.”
Yu Lan mengerutkan kening. “Maksudmu segel itu palsu?”
Mei Er mengangguk pelan. “Bukan sekadar palsu. Rasanya seperti… jebakan.”
Shen Wei merenung sejenak, mengingat kembali energi yang mereka gunakan di Gunung Langit Hitam. Dia merasa ada sesuatu yang terlewatkan, sesuatu yang tersembunyi di balik ilusi yang begitu sempurna. Tapi sebelum dia bisa memperdalam pikirannya, sebuah energi gelap yang sangat kuat tiba-tiba menyapu seluruh sekte.
Semua murid di sekitar mereka terdiam, merasakan hawa dingin yang merayap masuk ke dalam jiwa mereka. Langit yang cerah mendadak berubah gelap, awan hitam berkumpul di atas Sekte Naga Putih, dan angin yang sebelumnya lembut berubah menjadi badai yang menderu.
Shen Wei berdiri dengan cepat, matanya menyipit saat dia merasakan kehadiran kekuatan yang sangat familiar namun jauh lebih kuat dari apa yang dia duga.
“Tidak mungkin…” bisiknya pelan.
Di dunia lain, jauh dari Sekte Naga Putih, di sebuah tempat yang gelap dan sunyi, Dewa Mo Li berdiri di atas sebuah altar kuno. Wajahnya yang dingin dan penuh kebencian tersenyum lebar. Di sekelilingnya, energi kegelapan berputar-putar seperti pusaran tanpa akhir.
“Akhirnya… setelah dua ribu tahun,” gumamnya dengan suara yang bergema di seluruh ruangan. “Segel itu hanyalah ilusi. Mantra mereka telah memberiku kekuatan yang cukup untuk menghancurkan segel yang asli.”
Dia mengangkat tangannya, dan di depannya, muncul gambaran tentang Shen Wei dan murid-muridnya di Sekte Naga Putih. Matanya yang merah menyala menatap gambar itu dengan penuh kebencian.
“Aku akan membunuh mereka satu per satu,” katanya pelan namun penuh tekad. “Aku akan membuat Shen Wei merasakan penderitaan yang tak pernah dia bayangkan. Murid-muridnya akan menjadi korban pertama, dan yang terakhir…” Dia tersenyum lebih lebar. “Mei Er. Aku akan membuatnya menderita sebelum akhirnya aku membunuhnya.”
Dewa Mo Li tertawa keras, suaranya menggema di seluruh dunia gelap itu, menandakan dimulainya rencana balas dendamnya.
Sementara itu, di Sekte Naga Putih, Shen Wei memerintahkan murid-muridnya untuk memperkuat pertahanan sekte.
“Yu Lan, Chen Guang, Mei Er,” kata Shen Wei dengan serius. “Aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Kita harus bersiap.”
Yu Lan mengangguk. “Kami akan melindungi sekte ini dengan nyawa kami, Senior.”
Chen Guang menambahkan, “Tidak ada yang bisa menyentuh kita selama kita bersama.”
Namun, Mei Er tetap merasa gelisah. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap yang jauh lebih besar dari apa yang mereka bayangkan.
Malam itu, saat seluruh sekte terlelap, Dewa Mo Li mulai melancarkan serangannya. Dia mengirimkan bayangan-bayangan kegelapan yang menyelinap masuk ke dalam sekte tanpa terdeteksi. Bayangan itu mulai menyerang murid-murid satu per satu, menciptakan kekacauan yang luar biasa.
Shen Wei terbangun oleh suara teriakan dan ledakan. Dia segera berlari keluar dari ruangannya, hanya untuk menemukan sekte dalam keadaan kacau. Api berkobar di beberapa tempat, dan murid-murid bertarung mati-matian melawan makhluk-makhluk bayangan yang muncul dari kegelapan.
“Yu Lan! Chen Guang! Mei Er!” teriak Shen Wei, mencari murid-muridnya di tengah kekacauan.
Yu Lan dan Chen Guang muncul dari balik reruntuhan, wajah mereka penuh luka tapi mata mereka tetap tajam.
“Kami di sini, Senior!” teriak Yu Lan.
Namun, Mei Er tidak terlihat di mana pun.
“Di mana Mei Er?” tanya Shen Wei dengan nada panik.
Chen Guang menggeleng. “Kami tidak melihatnya sejak serangan dimulai.”
Shen Wei merasakan dadanya sesak. “Cari dia! Sekarang!”
Mereka bertiga berlari menyusuri sekte yang terbakar, memanggil-manggil nama Mei Er. Tapi tidak ada jawaban. Shen Wei mulai merasakan ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tahu bahwa ini bukan serangan biasa. Ini adalah pesan.
Dan pesan itu jelas: Dewa Mo Li telah kembali.
Di tempat lain, jauh dari Sekte Naga Putih, Mei Er terbangun di sebuah ruangan gelap yang asing. Tubuhnya terasa lemah, dan dia menyadari bahwa tangannya terikat oleh rantai sihir yang memancarkan energi kegelapan. Di depannya, Dewa Mo Li berdiri dengan senyum dingin di wajahnya.
“Selamat datang, Mei Er,” katanya dengan suara lembut namun mengancam. “Kau akan menjadi alat untuk membalas dendamku pada Shen Wei.”
Mei Er menatapnya dengan mata penuh kebencian. “Shen Wei akan datang untukku. Kau tidak akan bisa lolos dari ini.”
Dewa Mo Li tertawa pelan. “Aku mengandalkan itu.”
Sementara itu, di Sekte Naga Putih, Shen Wei akhirnya merasakan kebenaran yang mengerikan. Dia jatuh berlutut, menyadari bahwa mereka telah diperdaya. Segel di Gunung Langit Hitam hanyalah ilusi, dan dengan menyempurnakannya, mereka telah memberikan kekuatan tambahan kepada Dewa Mo Li.
Yu Lan meletakkan tangannya di bahu Shen Wei. “Apa yang akan kita lakukan, Senior?”
Shen Wei berdiri perlahan, matanya bersinar dengan kemarahan dan tekad. “Kita akan menyelamatkan Mei Er. Dan kita akan menghentikan Dewa Mo Li, sekali dan untuk selamanya.”
Dengan kata-kata itu, mereka bersiap untuk pertempuran terbesar dalam hidup mereka, tanpa mengetahui bahwa kegelapan yang menunggu mereka jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.
Akhir Bab 119