Berkembang

[1 hari setelah kepergian Yvonne]

Pada pagi hari yang cerah. Salju telah meleleh, bunga bunga mulai mekar kembali, kupu kupu terbang dengan elok melewati pepohonan. Mentari bersinar menerangi markas mereka. Ayaa dan Zero berada diruangan makan

"Hei, makananku mana. Kenapa hanya ada sayur hijau di meja" Ucap Zero sambil mengambil piring

"Hah? ngomong apa kau. Selama ini aku memasak daging hanya karena diperintah tuan. Jika ingin makan, masak saja sendiri, dibelakang sana ada daging yang disimpan" Ucap Ayaa sembari menunjuk sebuah ruangan

"Tch, terserah kau saja" Setelah mengatakan itu, Zero pergi meninggalkannya. Namun, Ayaa teringat perkataannya jika akan menjaga tempat ini, berarti itu termasuk memasak.

"Tidak jadi, akan kubuatkan makanan khusus untukmu. Tetapi ada syaratnya" Kata Ayaa sembari melakukan senyum dan pose 2 jari secara manis

"Apa itu?"

"Lawan aku setelah sarapan, latih tanding maksudnya. Tiap hari akan ku hidangkan masakanku, tapi kau harus membantuku latih tanding. Ini berlaku sampai Tuan kembali"

"Hanya itu? Baiklah, akan kuhajar kau beberapa kali" Ucap Zero sambil menyeringai mengejek, ucapannya juga terdengar merendahkan

"Hah? Kau kira kau lebih kuat dariku, Akulah yang akan menjadi tangan kanan beliau" Kata Ayaa sambil mendekati Zero

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Kau cuma bisa memasak saja kan"

Kepala mereka berdua bertemu, saling mendorong dengan kepala. Zero bersiap memukul Ayaa dengan sekuat tenaga. Begitu pula Ayaa, dia siap membuat puluhan pisau tuk menusuk Zero. Tapi, pertikaian kecil tersebut akhirnya berakhir damai. Kepala Ayaa cukup dingin tuk tak merusak markas itu. Dia berpikir pasti akan dimarahi jika mulai menghancurkan barang barang disana. Pasti akan seperti kapal pecah dan beliau akan mengamuk.

Sarapan mereka tinggalkan begitu saja di meja makan, karena nanti Ayaa akan memasakkan makanan untuk zero. Kedua pengikut Yvonne tersebut berjalan keluar markas. Cukup jauh sehingga markas tak akan terkena dampak pertarungannya. Mereka pun mulai saling menjauhi. tanda pertarungan akan segera dimulai. Zero pun memulai kuda kudanya, dia sepenuhnya siap menyerang sekarang.

"Kau siap?" Kata Zero

"Majulah kapanpun kau mau" Kata Ayaa sambil berdiri biasa tanpa kuda kuda

Setelah ucapan Ayaa barusan, Zero langsung berlari secepat tenaga dengan maksud memukulnya. Tentu itu bisa dihindari oleh Ayaa, akhirnya dia mulai mengarahkan tangan kanannya kepada zero. Beberapa pisau es pun bergerak kepada pungung Zero. Dengan Insting Licanthrope nya, dia bisa mengetahui arah serangan dengan mudah, itu pula dihindari olehnya.

"Hanya itu saja" Kata Zero sambil menyeringai

"Maju sini" Jawab Ayaa sambil mengarahkan tangannya kepada Zero, puluhan bola api kecil mengarah padanya. Namun Zero dengan beraninya malah maju, dia hanya terluka sedikit karena serangan Ayaa, beberapa sihirnya dapat ditangkis dengan cakarnya.

Saat sudah dekat dengan Ayaa. Mereka berdua beradu pukulan. Tangan dan kaki mereka saling bertemu. Semua teknik yang dipelajari Ayaa dari tuannya mulai digunakan. Mereka berdua saling menangkis tiap serangan yang masuk. Dan akhirnya Zero memutar badannya dan menyerang kaki Ayaa dengan ekornya. Sontak Ayaa pun terjatuh karena serangan tersebut. Zero mulai mengarahkan Cakarnya ke Ayaa, namun didetik terakhir dia berhenti dan berkata "Kau kalah"

"Ahh, aku lengah sedikit tadi. Tapi itu murni kesalahanku"

"Diluar dugaan kau bisa menerima kekalahan ya" Ucap Zero sembari mengulurkan tangan pada Ayaa, mencoba membantunya berdiri

"Tentu, tuan pernah berkata kalau kalah ya kalah. Tak perlu mencari alasan menghindarinya. Yang penting kau tahu alasan kekalahanmu dan akan memperbaikinya dimasa depan"

Mereka pun kembali ke Markas. Mandi dan membersihkan luka mereka. Markas pun mereka bersihkan juga, dari seluruh kamar, kamar mereka sendiri, kamar dan ruang kerja tuannya. Tak terlewat debu sedikitpun.

Sekarang mereka berdua diruang makan, akan menikmati sarapan mereka. Mereka berdua memakan daging rusa pangang yang diolah dengan saus khusus dari ras elf. Saus pedas manis yang membuat tubuh terasa berenergi. Zero mulai memotong daging rusa dipiringnya dan berkata "kau tak apa apa?".

"Tak masalah" jawab ayaa dengan singat.

"Kenapa kau ingin mengalahkanku" Tanya Zero sembari memasukkan daging empuk itu kedalam mulutnya

"Aku ingin menjadi kuat agar tak menjadi beban untuk beliau. Lihatlah, beliau pergi sendirian karena kau baru sembuh, sementara aku kekurangan kekuatan. Kuharap bisa membantu beliau saat ini. Tapi dia mempercayaiku jika aku akan menjadi lebih kuat saat beliau kembali" Begitulah ucapan Ayaa, sedikit rasa menyesal terlihat diwajahnya, dan mungkin tanpa sadar dia mengeluarkan sedikit senyum. Mungkin ledekan untuk dirinya sendiri.

"Tak apa apa, kau tak akan jadi kuat secepat itu. Kau itu bukan tuan kita" Ucap Zero sembari menunjuk ke Ayaa mengunakan garpu

"Omong omong aku ingin menanyakan sesuatu" Sahut Ayaa dengan singkat sambil membersihkan saus pedasnya yang sedikit lumer ke mulut.

"Dan apa itu?"

"Kenapa saat itu kau menyerang ke Tuan Yve, dan saat dikamar kau lagi lagi juga menyerangnya " Tanya Ayaa, wajahnya terlihat serius menangapi masalah ini

"Seluruh indraku itu sangat peka, dan itu warisan dari ras ku. Saat dibawah tebing aku merasa ketakutan saat menghadapinya, dan jika aku tak berusaha keras melawan, maka aku berpikir pasti akan dibunuh. Walau terlihat tenang aku bisa merasakan bahwa beliau membawa amarah dan dendam yang begitu besar. Oleh karena itu aku ketakutan, bukan hanya dari aura yang terlihat, tapi dalam kekuatan juga. Dan kau tau apa yang menarik?"

Pernyataan yang diucapkan Zero sontak membuat Ayaa terkagum, seperti seorang bayi yang kegirangan dipuji. Namun, dia sedikit penasaran dengan pertanyaan terakhirnya itu "Apa memangnya?"

"Sudah kujelaskan barusan jika indra ras kami sangat kuat. Oleh karena itu semua serangan pun terlihat oleh ras kami. Jika bertarung dengan siapapun pasti kami setidaknya bisa menghindar atau berusaha menahan. Namun, berbeda dengan beliau, saat aku bertarung dengannya. Beliau hanya melancarkan satu pukulan, tapi aku tak bisa menghindarinya karena kemanapun aku pergi akan selalu terkena serangannya. Serangannya walau hanya satu pukulan tetapi terlihat ada berbagai teknik lanjutan setelahnya". Sontak hal itu membuat pupil mata Ayaa melebar, tanda kagum kepada Tuannya. "Itu luar biasa" Jawab Ayaa dengan singkan dan senyum yang lebar.

[2 hari setelah kepergian Yvonne]

Kali ini pagi pagi buta, mereka berdua mempersiapkan diri. Mereka berniat bertarung dahulu baru sarapan kemudian. Tak ada yang istimewa kali ini. Keduanya saling serang dengan intens. Pukulan dan cakaran dilancarkan oleh Zero, Puluhan sihir juga dilancarkan oleh Ayaa. Keduanya bertarung secara seimbang. Namun ini baru dimulai, Zero melakukan teknik dari klannya, menyalurkan mana ke seluruh tubuh hingga mencapai batas mereka. Akhirnya pertarungan sengit itu lagi lagi dimenangkan oleh Zero. Tentu Ayaa sedikit terluka, namun semua itu bisa sembuh karena dia telah belajar sihir penyembuh dari Tuannya.

Saat selesai bertarung, mereka berdua pun sarapan. Setelah itu Ayaa kembali fokus menjalankan latihannya dan Zero fokus terhadap penyembuhannya. Sesekali Ayaa memasuki ruangan kerja Yvonne tuk membersihkannya.

Matahari terbenam tanda mulai malam. Saat purnama menerangi hutan dan mansion markas mereka. Terlihat Ayaa yang sedang berada dikamarnya, berbaring dikasur sambil menghadap langit langit ruangan. "Tuanku, sudah dua hari berlalu. Kapan anda akan kembali". Ayaa cukup bimbang kenapa Tuannya mau melatih dirinya. Yvonne selalu bilang jika Ayaa punya potensi yang besar.

Dia sangat kesal pada dirinya sendiri, sudah dua hari tak terlihat perkembangan sedikitpun pada dirinya. "Sudah dua hari aku bahkan kalah olehnya. Tuanku, sebenarnya apa potensi saya yang anda lihat. Saya hanya pecundang biasa". Saat mengatakan itu, Ayaa mulai meneteskan air mata. Kesedihannya cukup berlarut larut. Namun dia tiba tiba teringat jika dia seperti ini, berarti membuktikan jika penilaian Tuannya salah. "Tidak tidak tidak, tak mungkin beliau akan mengajariku jika tak ada bakat. Mata beliau dalam melihatku tak mungkin salah. Berpikirlah Ayaa, berpikir!".

Saat itu Ayaa berdiri dan mengusap air matanya, berdiri dan mulai mondar mandir di dalam kamarnya. Otaknya tak cukup cerdas tuk memahami pemikiran Yvonne, tapi dia tak menyerah begitu saja. Akhirnya Ayaa keluar mansion tuk mencoba mencari tahu jawabannya. Dia mulai berkeliling disekitar mansion tuk mencari inspirasi. Siapa tau ide mungkin akan datang pada otak kacangnya.

5 Jam telah berlalu, Ayaa membuang waktu tidurnya tuk berkeliling. Selama itu dia tetap tak terpikirkan apa yang telah dipahami Tuannya. Akhirnya dia kembali ke mansion dengan wajah yang cukup kecewa. Saat didepan mansion dia tiba tiba berpikir "Mansion ini terdiri dari beberapa ruangan. Dan didalam ruangan bukankah ada berbagai peralatan. Dinding Ruangan juga terbuat dari papan kayu yang dipotong oleh beliau. Dipotong tipis dan kecil. Tipis dan kecil". Ayaa terus mencoba berpikir keras, dia tersenyum dan sepertinya akan mendapat pencerahan.

"Kayu yang dipotong kecil dan tipis menjadi papan. Namun masih ada bagian kecilnya, yaitu serat kayu. Lalu? apa yang lebih kecil dari serat itu sendiri?" Muka Ayaa tersenyum lebar, dia bak orang yang menemukan tambang emas. "Begitu ya, jadi begitu" Ayaa menghela nafas dan tersenyum, akhirnya dia tau segalanya yang dipikirkan Tuannya. Semuanya, tentang potensi dirinya.

Sementara itu di bawah langit yang sama, di tempat yang jauh dari Ayaa, di tempat yang gelap dan kumuh, terdapat Yvonne duduk ditumpukan mayat para Hell Hound sambil memegang pedang pendek buatan ayahnya. Bau darah dan sampah menyelimuti markas kumuh itu, saat Yvonne mulai berdiri dan berkata

"Yahh umpannya sudah ditebar, Kira kira ikan mana yang akan menangkapnya" Saat mengucapkan itu, Yvonne sedikit menyeringai.

Dia pun mulai berjalan santai menjauh dari tumpukan mayat itu dan berkata "humph, tak masalah. Toh, ikan manapun yang memakannya aku sudah memperkirakannya, bahkan membuat rencana bercabang". Dikeheningan malam, kegelapan yang tak bisa ditutupi purnama, disitu Yvonne menghilang dari tempat itu tanpa jejak.

[3 hari setelah kepergian Yvonne]

Saat terbitnya fajar menyinari mansion, lagi lagi Ayaa dan Zero akan bertanding. Kali ini Ayaa mengusulkan mengunakan aba aba tanda dimulainya pertarungan mereka.

"Aku punya ide. Akan kulemparkan kerikil kecil ini keatas, dan jika jatuh mengenai tanah, berarti itu tanda dimulainya hal ini" Kata Ayaa

"Pastikan lemparkan cukup tinggi agar kau bisa menyiapkan kuda kuda" Sahut Zero sambil meregangkan kakinya.

Ayaa pun mulai melemparkan batu itu cukup tinggi. Batu itu semakin perlahan, dan akhirnya berhenti di ketinggian dan mulai jatuh. Sebentar lagi, sebentar lagi akan mencapai tanah. Zero mengerakkan kaki kirinya ke belakang, dia mencoba bersiap menyerang kedepan.

"TUK TUK"

Suara batu itu mengenai permukaan tanah yang kasar. Dengan cepat Ayaa mengerakkan tangannya ke arah Zero. Diluar dugaan, Zero sama sekali tak bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Kali ini kau kalah" Ucap Ayaa sambil menyeringai menampakkan kesombongannya. Diluar dugaan, dia menciptakan ratusan partikel besi kecil. Partikel itu mengelilingi leher Zero, sehingga jika dia bergerak pasti lehernya akan langsung putus.

"Wah, ini menakjubkan. Aku menyerah" Kata Zero sambil mengangkat tangan.

Dan mereka berdua pun pindah ke ruang makan. Mereka sarapan sambil membicarakan hal barusan.

"Bagaimana kau bisa melakukan itu" Ucap Zero sambil menundukkan kepala tak bisa menatap Ayaa. Zero sulit mengakui jika Ayaa sudah lebih kuat darinya sekarang.

"Entahlah, aku hanya mengikuti ucapan Tuanku" Jawab Ayaa dengan bangga.

"Beliau sedang apa ya sekarang" Tanya Zero dengan singkat

"Mungkin, sebentar lagi Tuan akan pulang" Jawab Ayaa sambil menghela nafas

Makanan mereka berdua sudah habis, Tetapi mereka masih lanjut mengobrol.

"Setelah ini kau akan melakukan apa" Tanya Zero

"Membersihkan seluruh mansion. Kau jelas sudah sembuh, jadi kau harus mulai bekerja juga sekarang. Kebun di belakang mansion bisa kau sirami air"

"Ahh, okee" Zero tentu tak punya alasan tuk menolak perintah itu.

Sementara itu di tempat lain, dibawah cahaya mentari yang sama.

"Yahoo kakak, Aku sudah selesai menguraikan masalah itu" [??]

"Kamu memang cerdas ya adikku, jadi hasilnya?" [???]

"Ihh ga seru, padahal baru bertemu, malah langsung menanyakan hasil" [??]

"Iyaa deh, setelah masalah ini selesai ayo kita makan makanan manis dan minum teh bersama" [???]

"Nahh gitu donk, jadi teman kita ini unik. Aku memang tak tau siapa identitasnya. Tapi, semua aksi dia akhir akhir ini membentuk sebuah pola. Dia menyerang dari sebelah timur laut kerajaan ini, dan menuju ke arah barat laut. Kemungkinan dia akan beraksi di Wilayah bangsawan yang ini, lokasi akuratnya disebelah sini" [??]

"Waktunya? bagaimana?" [???]

"Kemungkinan dia melakukan penyerangan sekitar pukul 7 sampai 10" [??]

"Baiklah, terimakasih bantuannya" [???]

"Aku ikut" [??]

"Tak boleh, ini berbahaya" [???]

"Cih ga seru ahh" [??]

Siang, sore telah berlalu. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ruangan yang kumuh, banyak air bocor dan dinding tak terawat kebersihannya. Terdapat cipratan darah di dinding karena ulah Yvonne. Sekarang hanya tersisa satu Hell Hound saja didepannya. Pria Hell Hound itu histeris ketakutan di pojokan ruangan, berteriak teriak karena takut pada Yvonne. Saat itu Yvonne menusuk perut Hell hound itu dan merobek perutnya diruangan itu. Dan Dia mulai pergi meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Hell Hound itu mati kehabisan darah.

Yvonne mulai keluar dari markas mereka. Saat Yve melewati pintu keluar, dia berbelok ke kiri. Berjalan santai tanpa ada rasa hambatan. Dia merasakan ada suara langkah kaki dibelakangnya. Cukup banyak, mungkin puluhan.

"Ohh kau sudah datang?" Kata Yvonne menyambutnya.

Yvonne memakai jubah hitam, dia juga memberi sihir pada wajahnya agar tak terlihat. Sekumpulan pria berpenampilan warga biasa mulai mendatanginya. Dan orang yang seperti pemimpin mereka berkata "Huh? Kau menungguku?"

Yvonne mulai melihat mereka semua, mencoba mencari tahu siapa yang ada di depannya ini.

"Anggap saja semua orang di belakangnya itu pasukannya. Mereka semua bersih tak ada bau darah maupun niatan membunuh. Kemungkinan orang dari pemerintahan" Begitulah yang dipikirkan Yvonne.

"Jadi kau orang dari pemerintahan ya" Ucap Yvonne sambil menyeringai. Pemimpin kelompok itu sedikit terkejut. Dan lagi lagi Yvonne mencoba menebak identitasnya.

"Dia tak terlalu terkejut, mungkin identitasnya itu?" Pikir Yvonne di dalam otaknya. Yve pun berkata dengan percaya diri "Diluar dugaan, kau salah satu dari 3 orang calon pewaris tahta. Kau pangeran bukan?" Yvonne sedikit mengerakkan tangannya seolah meremehkan.

Pangeran tersebut menghela nafas panjang dan berkata "Bagaimana kau bisa tau?"

"Kau pikir aku bergerak sendiri huh? aku juga mengamatimu" Sontak perkataan Yvonne membuat sang pangeran terkejut.

Pangeran mulai berpikir jika ada mata mata didalam kerajaannya. Dia mencoba mengabaikan kegelisahan dan tekanan batin dari Yve, dia sekarang akan mengungkapkan tujuan mencarinya selama ini.

"Langsung saja. Kau, sebenarnya apa tuj-"

"Kau tak berhak bicara. Disini yang bisa berbicara hanya aku" Kata Yvonne sambil menciptakan pisau besi dan mengarahkan sihir itu kearah telinga pangeran. Pisau itu sedikit melukai telinga pangeran, namun juga menembus dan terkena mata prajurit di belakangnya.

"Euaghhh" Teriak Prajurit itu kesakitan.

"Kurang ajar kau" Teriak pangeran itu mencoba mengangkat pedang melawan Yve.

Tanpa ada suara, Yvonne seolah menghilang di hadapannya dan tak terdeteksi. Yvonne tiba tiba berada dibelakang pangeran tanpa sepengetahuannya, Yvonne pun menepuk pungung pangeran itu dan membisikkan "Yang lemah jangan ikut campur urusanku". Sontak pangeran itu menebaskan pedang yang berlapis anginnya kebelakang. Namun Yve malah menghilang dan berada diposisi semula, pedang itu sedikit mengenai lengan prajurit.

"Hei pangeran. Jangan ikut campur urusanku jika kau tak ingin terbunuh. Jika tak ingin terluka lebih banyak, sadarilah tempatmu" Kata Yvonne sambil berjalan menjauh. Yve berbelok memasuki sebuah jalan.

Kekuatan dan kecepatan Yvonne sontak membuat pangeran merinding. Dan yang lebih penting, dia bisa melakukan sihir tanpa rapalan mantra. Tetap saja pangeran tak boleh melamun saat ini, ia harus fokus.

"Prajurit, kejar dia" Kata pangeran itu. Namun saat memasuki jalan itu, ternyata sebuah jalan buntu. Tak ada tanda tanda dari Yve sama sekali. Dia hilang bak ditelan bumi.

3 jam telah berlalu saat itu itu. Hari telah berganti. Malam menjadi semakin sunyi, tak ada kicauan burung. Semuanya terlelap, tetapi Zero tak bisa tidur di dalam kamarnya. Saat itu ia sedang tiduran di kamarnya, namun tiba tiba dia merasakan sesuatu.

"Ehh, ini kan" Kata Zero sambil keluar dari kamarnya dengan berlari, dia menuruni tangga dan menuju pintu utama mansion.

Pintu utama mansion sudah terbuka lebar. Saat itu Zero melihat Ayaa yang sudah berdiri di samping pintu.

"Kau terlambat" Kata Ayaa sambil tersenyum kepada Zero, namun senyumnya seolah ia lega melihat sesuatu.

"Selamat datang tuan" Ucap mereka berdua kepada Yvonne. Benar sekali, Yve telah kembali malam itu.

"Yaampun, kalian belum tidur" Kata Yve singkat sambil tersenyum

"Tidak, saya merasa anda akan datang setelah ini. Jadi saya ingin menyambut anda" Ucap Ayaa sambil mempersilahkan Yve melewati pintu

"Ahh saya juga" Kata Zero tak ingin kalah

"Jadi bagaimana kabar kalian" Kata Yve sambil memijat lehernya

"Zero sudah sembuh dan saya sedikit berkembang" Jawab Ayaa.

"Hoo, Perkembangan macam apa itu" Sahut Yve.

Saat itu Ayaa lagi lagi mencoba mengunakan sihir partikelnya. Ia menciptakan Ratusan partikel besi kecil disekitar Tuannya. Padahal Yvonne sedang berada di depan Ayaa. Namun dia dengan sigap tiba tiba langsung berada di belakang Ayaa dan menjewer telinga elfnya.

"Aduduhh, anda terlalu keras tuan"

"Ahahaaa, sudah sudah. Ayo pergi ke dapur, ada hal yang perlu dibicarakan. Aku juga membawakan kalian daging domba" Kata Yve sambil tertawa kecil.

Mereka bertiga pun pergi ke dapur. Ayaa pun memasak oleh oleh dari tuannya itu. Ia memasaknya dengan saus pedas khas elf lagi. Walaupun Zero dan Ayaa sudah selesai makan malam, namun mereka tetap menghormati Yve dengan makan bersamanya. Steak ala Ayaa dengan saus kacang pedas khas elf telah selesai dimasak. Bau harum dari lemak yang sedikit meleleh. Bau rempah yang mengugah liur itu tak tertahankan sama sekali. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat kenyang.

Saat itu mereka bertiga pun makan bersama, dan Yvonne mulai membahas hal yang dia lakukan. "Ada tiga hal yang telah kulakukan. Pertama, aku sudah selesai menyelidiki hal dibalik penyerangan desamu Zero. Kedua, aku telah membunuh sekitar 83 anggota Hell Hound tingkat rendah. Ketiga, Aku bertemu dengan pangeran dan sedikit memanipulasi otaknya"

"Yang pertama dulu, tolong ceritakan yang pertama" Kata Zero sambil bermuka kusut, mencoba menenangkan dirinya.

Yve pun mulai bercerita tentang hal itu. "Ohh itu karena ketua sukumu memiliki benda ini" Kata Yvonne sambil mengeluarkan kristal hijau zamrud yang seukuran bola basket.

"Ini kristal komunikasi mentah yang sangat besar. Tentu, jika diolah dengan benar ini sangat berharga. Aku tak tahu para Hell Hound mengetahui ini dari mana. Tapi aku menemukan ini ditempat rahasia ketua suku"

"ahahaa, anda cerdas sekali. Jadi bagaimana yang ketiga?" Tanya Ayaa.

"Ohh itu. Saat memburu para Hell Hound aku memulai dari timur laut menuju barat laut. Aku mengunakan pola dari berbagai lokasi dan waktu. Jadi setidaknya kupikir aku akan bertemu eksekutif dari Hell Hound, ehh tapi bertemu dengan pangeran. Dia memiliki orang yang cerdas disisinya. Dan aku sedikit memancing pangeran dengan mencoba memberitahu jika ada mata mata dari pihaknya"

Sontak, Ayaa cukup kaget mendengar perbuatan Tuannya. "Ehh, kenapa anda melakukan itu?" Tanya Ayaa dengan intens

"Pangeran itu bersih, tak ada bau darah atau semacamnya. Jadi kupikir lebih baik dia membentuk pasukan khususnya sendiri atau bisa juga Fraksinya. Mungkin suatu saat itu akan berguna untukku"

"Anda memang hebat" Kata Ayaa dan Zero bersamaan.

Makan malam dan obrolan mereka bertiga telah selesai. Hari sudah terlalu larut, jadi Ayaa mencoba mengajak tuannya tidur.

"Anu, tuan"

"Mhmm ya?"

"Setelah ini anda akan melakukan apa?"

"Ohh, aku akan mencari orang yang bisa mengolah material ini" Kata Yve sambil memegang kristal hijau besar itu

"Tidak, bukan itu maksud saya. Maksud saya itu setelah ini"

"Ohh, aku ingin mandi untuk meredakan lelah"

"Jadi tidak tidur ya, baiklah akan saya siapkan air hangat" Kata Ayaa

"Tak perlu, aku ingin mandi di sungai sambil menikmati bintang dan purnama"

"lohh ehh" Suara Zero terdengar cukup keras

"Mhmm? kenapa?" Tanya Yvonne terheran

"Bagaimana jika ada binatang buas. Baiklah, biarkan saya menemani anda" Kata Zero sambil menunduk memberikan hormat

"Saya juga, akan saya temani juga" Kata Ayaa tak mau kalah

Yve cukup senang akan perlakuan dua bawahannya itu. Mungkin, ia akan mulai membuka hatinya atas trauma yang dimiliki. Perlahan, mata mati itu menghilang digantikan senyuman karena mereka berdua. "Huft, baiklah terserah kalian saja. Tapi tak boleh mengintip terutama kau Zero. Aku tak suka lelaki mata keranjang"

"Saya tak akan berani melakukan itu pada anda"

"Padahal mending kalian tidur saja" Suara Yve cukup pelan, seolah berbicara sendiri. Dia pun berdiri dan mulai keluar dari mansion.

Saat Yvonne sudah mencapai sungai terdekat. Ia bersiap untuk melepas pakaiannya.

"Berbaliklah" Kata Yve singkat kepada mereka berdua

"Baik" Jawab Ayaa dan Zero, mereka berdua pun berjaga dan mengawasi sekitar.

Yve melipat pakaiannya dan menaruhnya di bawah pohon besar. Angin sepoi melewati badannya, suasana juga begitu hening tak ada kicauan burung sama sekali. Yvonne sangat menyukai ketenangan semacam ini. Tubuh mungilnya mulai berjalan mendekati sungai. Ia mulai memasukkan jari kakinya kedalam air.

"Uhh, dingin" Kata dia. Walau merasa dingin, Yve tetap masuk dan berendam disana.

Banyak hal yang membebani pikirannya. Jadi, menenangkan diri menurutnya itu diperlukan. Ia bersenandung sambil menikmati hamparan bintang. Saat memikirkan banyak hal, dia tiba tiba berpikir tentang sihirnya Ayaa.

"Mhmm, sihir partikelnya berfungsi dengan baik sesuai dugaanku".

Saat itu, terlintas dipikiran Yve hal yang cukup menarik.

"Bagaimana jika aku mengunakan sihir partikel untuk diriku sendiri. Mungkin aku bisa menganti tiap sel dalam tubuhku, dan mengantinya dengan yang lebih kuat. Memang membutuhkan konsentrasi yang hebat, namun ini bisa dicoba"

Saat itu ia mencoba menganti seluruh sel tulangnya, organnya, kulit, otot, daging. Semua bagian tubuh ia ganti kecuali otak. Menurutnya otak terlalu beresiko karena bisa membuat dirinya menjadi cacat. Jadi selain itu ia menganti semua sel tubuhnya. Perlahan tapi pasti, dari ujung kepala perlahan mulai berubah. Diikuti oleh leher, lalu mencapai dada, lengan, badan, paha dan akhirnya ujung kaki. Proses ini tentu membutuhkan keahlian dan ketelitian tingkat tinggi. Karena jika salah sedikit bisa cacat, lumpuh, bahkan organnya bisa berceceran karena meledak.

Satu jam telah berlalu. Sekarang pergantian semua sel didalam tubuhnya telah selesai. Tubuhnya terangkat keatas, dan bercahaya. Yvonne tak sadar akan hal itu karena ia berkonsentrasi dan menutup matanya. Cahaya kuning terang seperti cahaya matahari terasa dari belakang Ayaa dan Zero. Sontak cahaya itu membuat mereka berdua terkejut karena itu berasal dari belakang.

"Jangan mengintip, jangan mengintip Zero. Kau laki laki, jika tuan tahu beliau pasti memukulmu. Biar aku saja yang mengecek" Kata Ayaa dengan tegas.

"Baiklah. Kuserahkan padamu" Jawab Zero.

Saat Ayaa mendekati tuannya, ia begitu terkejut akan perubahan penampilan yang dialaminya. Kulitnya putih bersih tak ada goresan seperti mutiara yang terlihat sangat alamj. Kaki yang sedikit memanjang. Tangan dan jari jemari yang menjadi lebih lentik. Bahkan ujung jarinya pun menjadi terlihat panjang dan anggun. Rambut kuning pirang Tuannya yang dulu hanya sepanjang bahu, tiba tiba melebihi bahu. Ukuran payudara yang tumbuh sedikit membesar. Ototnya yang terlihat lemah namun juga kuat disaat bersamaan. Ketenangan batin dirasakan oleh Ayaa saat melihat Tuannya mendapatkan kekuatan baru.

"Tunggu, apa apaan ini" Kata Ayaa sangat terkejut melihat perubahan fisik tuannya.

Saat itu, Yve mulai membuka matanya. Bulu mata yang bahkan ikut berubah menjadi lebih panjang. Bola matanya yang menjadi lebih jernih dan indah seperti kristal.

"Mhmmm, bukankah sudah kubilang jangan mengintip" Kata Yve sambil berjalan mendekati Ayaa.

"Maafkan saya Tuan, saya hanya khawatir karena tadi Adaa cahaya yang cukup terang dari arah anda"

Yve mulai mengerakkan tangannya, mengerakkan jari jemarinya. "Tak kusangka perubahannya sekuat ini. Ini sekuat fisikku dari duniaku yang dulu"

Yve mulai memakai pakaiannya. Dan memperbolehkan Ayaa dan Zero untuk mendekat.

"Apa yang barusan terjadi tuan?" Kata Zero kebingungan melihat perubahan pada tuannya.

"Karena Ayaa aku jadi kepikiran ide yang menarik. bagaimana jika aku menganti seluruh bagian tubuhku sedikit demi sedikit". Pernyataan itu sontak membuat mereka berdua terkejut. Memang, jika Zero sedikit bodoh. Namun dia jelas mengetahui seberapa sulitnya melakukan hal tersebut. Mereka berdua pun mulai tersenyum lega dan memberikan selamat kepada Tuannya.

"Selamat Tuan atas kekuatan barunya" Kata mereka berdua

"Sudah sudah, ayo kita kembali ke mansion"

Mereka bertiga pun kembali. Yve menjadi terpikirkan sesuatu lagi. Jika seperti ini dia jelas bisa menyamar dengan menganti bentuk wajah dan tubuh. Kira kira seperti itulah yang dipikirkannya.