Penyergapan

Setelah Yvonne menyuruh Zero pergi tuk mengawasi pandai besi itu. Saat larut malam semua orang tertidur. Yvonne masih terjaga karena dia merasakan hal yang aneh.

"Ayaa, bangunlah. Kenakan jubahmu, sebentar lagi kita mungkin akan beraksi" Ucap Yvonne sambil membangunkannya.

Lalu terdengarlah suara seseorang mendekati mereka dari luar. Dari luar ruangan, arah jendela. Dan datanglah Zero dengan raut wajah panik tak karuan. Dia membuka jendela dan duduk disana, tangan kanannya mencengkram pinggir jendela. Dia pun berkata "Tuan, para Hell Hound menyerang tempat ini. Perkiraan jumlah sekitar 1000 musuh"

Sontak wajah mereka berdua pun terkejut karena mendengar informasi itu. Dugaan Yvonne sebelumnya telah terjadi.

"Ayo pergi ke pandai besi itu. Kita harus melindunginya apapun yang terjadi. Dialah orang yang mampu membuat kristal komunikasi itu".

Sontak mereka bertiga langsung pergi ke tempat pandai besi itu. Terlihat dari luar para Hell Hound menculik beberapa Dwarf. Mereka juga menjarah rumah mereka. Pembakaran, pembantaian dan berbagai kerusakan dilakukan oleh mereka. Para prajurit juga bertempur dengan Hell Hound. Keamanan diperbatasan cukup tinggi, jadi tak ada yang menyangka akan diserang sebrutal ini. Dalam jangka panjang pertempuran ini tak menguntungkan para Dwarf. Mau tak mau mereka harus meminta bantuan pada pusat. Namun, cukup lama agar bisa datang ke tempat ini. Pertempuran berapi api pun terjadi. Berbagai ledakan karena sihir pun terdengar oleh telinga Yvonne. Mereka bertiga tetap maju sambil menghindari para Hell Hound yang jumlahnya cukup banyak.

Tempat pandai besi itu kini tak karuan. Kaca jendela pecah, pintu di dobrak, bahkan dindingnya juga terdapar bercak bercak sihir. Mereka bertiga pun mulai masuk. Mereka juga menyusuri tiap ruangan dan memeriksanya tanpa terlewat sedikitpun.

"Haloo"

"Ada yang masih hidup"

"Ada yang selamat?"

"Paman, kau dimana" Begitulah usaha mereka berteriak agar setidaknya ada yang selamat. Lalu, Zero dengan 4 telinganya dan Yvonne dengan persepsinya menemukan seseorang yang bersembunyi di dalam lemari. Yvonne pun mendekati lemari itu, dia juga melepas masker hitam yang menjadi penyamarannya.

"Jangan takut, aku bukan musuh" Ucap Yvonne sambil membuka lemari itu dengan kuat.

Dan terlihatlah seorang Dwarf di dalam lemari. Dia berjongkok diatas beberapa pakaian dan menangis hingga matanya terlihat pecah pecah berwarna merah. Kedua tangannya menutupi kepalanya. Tubuhnya bergetar karena rasa takut menyelimuti dirinya.

"jangan takut. Kau pernah melihatku sebelumnya kan. Dimana ayahmu?" ucap Yvonne sambal mengulurkan tangan tuk membantunya keluar.

"ayah mengunciku di lemari ini saat mereka datang. Aku tak tahu mereka siapa, yang pasti tidak ramah. Kudengar dari dalam sini jika mereka membawa ayahku dengan paksa" Begitulah penjelasan anak pandai besi itu. Raut wajahnya semakin kusut dan panik tak karuan.

Diculik? Bisa bisanya mereka menculik pandai besi. Berarti penculikan yang kulihat dalam perjalanan kesini itu kemungkinan mereka menculik pandai besi juga. Mungkin, ingin membuat banyak senjata secara massal. Para Hell Hound itu imgin bersiap siap juga ternyata. Sudah kuputuskan, akan kumanfaatkan situasi ini agar Dwarf ini mau bekerja sama denganku.

"aku bisa membantumu menyelamatkan ayahmu, aku punya kekuatan untuk itu. Tapi" ucapan Yvonne kepada Dwarf itu terhenti. Yve sekarang memegang dagunya sambil bertindak seolah olah itu tidak gratis. Dwarf itu mulai memahami maksud Yvonne. Dia berusaha melakukan apapun demi keselamatan ayahnya.

"itu tidak gratis kan? Bilang saja apa yang kau mau?" tanya Dwarf itu kepada Yvonne. "aku yakin kau saat itu mendengarkan obrolanku dengan ayahmu kan? Jadi bagaimana? Setuju?" Tawar Yvonne kepada Dwarf itu. "tuan, aku bisa merasakan jika mereka mulai mundur" Sahut Zero mengikuti obrolan mereka. "tuh dengar kan. Jadi bagaimana?" Tanya yvonne sekali lagi.

"kuterima" jawabnya dengan singkat

"Ayaa, Zero, ayo pergi" Tegas Yve mengajak mereka berdua. Akhirnya mereka pun keluar dari rumah pandai besi itu.

Benar kata Zero, mereka semua mulai mundur. Walau masih ada beberapa pertarungan antara para Hell Hound dan prajurif Dwarf, tapi sebagian besar dari mereka telah mundur dari pertempuran panas itu. Para Hell Hound itu melewati tembok besar perbatasan dan mulai memasuki hutan. Yvonne, Ayaa, Zero mulai mengejar para biadab itu, dengan kecepatan ini mereka melewati permukiman para Dwarf. Dan saat sudah dekat dengan tembok perbatasan yang dibangun oleh Dwarf, terlihat pertempuran di gerbang. Mau tak mau mereka harus memanjat tembok dengan cepat. Jadi Ayaa dilempar keatas tembok itu oleh Zero dan Yvonne. Dia dilempar keatas karena fisiknya yang paling lemah, jadi dia pasti telat jika memanjat tembok tebal itu.

Saat mereka bertiga sudah dipuncak tembok itu, terlihat hamparan rumput yang begitu luas. Dan selanjutnya terlihat beberapa orang yang berkoordinasi saat memasuki hutan. Itu pasti para Hell Hound. "AYO CEPAT" ucap Yvonne. Mereka bertiga pun mulai lompat agar cepat sampai kebawah. Saat di udara, Yvonne turun dengan kepala di bawah. Dia mengamati jumlah musuhnya dengan cermat. Dan saat mendarat di permukaan tanah, dia mendarat dengan kedua kaki dan tangan kiri, sementara itu tangan kanannya mengarah ke kanan. Yve pun melompat ke depan, lalu diikuti oleh Ayaa dan Zero.

Hutan telah di masuki. Rimbunan pepohonan tak membuat kecepatan mereka menurun. Terus melaju ke depan mengejar Hell Hound itu. Namun tiba tiba ada sebuah bola api berwarna merah terang yang mengarah ke kepala Yvonne. Yvonne pun sedikit menundukkan badannya dan sedikit mengubah arah berlarinya, dia pun berhenti sejenak. Dan datanglah seorang pria yang tingginya sedikit melebihi Zero. Rambutnya jabrik dan berwarna merah membuatnya cukup mencolok. "Namaku 001, dan kalian sendiri siapa? yah tak perlu memberitahuku. Hanya dengan mengejar kami, kalian pasti akan mati sendiri" Ucap Pria itu.

Aura kemarahan meluap luap dari Zero. Bahkan seekor burung pun dapat merasakannya. Zero mengigit lidahnya sendiri karena kebencian itu. Darah mengalir dari kedua ujung bibirnya. Namun Yvonne langsung berlari dengan cepat mendekati 001 dan melancarkan sebuah pukulan di ulu hatinya.

"God of fire, Centramayu. Fire magic. Fire Shield" Rapalan mantra dari 001 menghalau pukulan dari Yvonne. Sementara itu Yvonne membuat pedang besi di belakang 001 dan mencoba menusukkannya ke punggungnya. Namun 001 berhasil menghindarinya.

Apa apaan ini? tanpa rapalan mantra. Bagaimana bocah kecil ini bisa melakukan hal mustahil itu. Walau levelnya dibawahku, hal ini tak boleh diremehkan. Gadis rambut pirang ini berbahaya, tak boleh disepelekan.

"Tuan, prioritas kita saat ini harus menyelamatkannya kan. Di sini biar kami berdua yang menangani" Ucap Ayaa kepada Yvonne sambil menundukkan kepalanya. "Kau yakin? Dia seorang De-un loh. Kalian berdua mungkin takkan bisa mengatasinya" Ucap Yvonne sembari memegang pedang kecil pemberian Ayahnya yang berada di pinggangnya.

"Tak masalah. Anda bisa pergi. Kami pasti menyelesaikannya" Ucap Ayaa dengan penuh percaya diri. Matanya berapi api seolah dirinya terbakar semangat yang membara. "Baiklah kuberi izin, kalahkan dia. Ingat nasehatku ini, gua, gelap, sembunyi" Jawab Yvonne, Yve pun segera bersiap meninggalkan mereka semua dalam pertempuran kecil ini.

Akhirnya Yvonne pun meninggalkan mereka untuk bertarung. Prioritasnya saat ini hanya menyelamatkan pandai besi itu. Namun saat Yve mulai melewati 001, seorang eksekutif Hell Hound. 001 bibirnya bersiap meramalkan mantra agar menghalangi Yvonne. Namun, Zero langsung dengan cepat menendangnya dengan kuat. Dia pun terjatuh ketanah bagai anjing yang terguling guling , dan sekali lagi Zero akan menghancurkan kepalanya.

"God of fire, centramayu. Fire magic. Fire slash" Terbentuklah cakar api besar yang akan menusuk menembus Zero. Zero sekarang hanya menyerang dengan frontal karena tertutupi kemarahannya. Satu satunya yang berkepala dingin di sini hanyalah Ayaa. Dengan cepat Ayaa menggunakan sihir angin dengan ukuran kecil namun banyak untuk menarik Zero ke belakang. Dengan itu dia terhindar dari tusukan mematikan itu.

"Dua orang tanpa rapalan huhh? baiklah aku akan serius mulai sekarang" Ucap 001 sambil meletakkan kedua telapak tangannya ke dada.

"God of Fire, Centramayu. Fire magic. Rage mode, The king of fire" Sontak rapalan mantra itu mengubah seluruh tubuhnya dilapisi oleh api. Sekarang dia dilindungi oleh api itu sehingga serangan apapun akan sulit melukainya.

Sementara itu Yvonne masih mencari dengan berlari. Di sekelilingnya penuh dengan pepohonan. Di hutan tak terlalu gelap rasanya karena ada rembulan yang membantu pencahayaan. Lalu saat itu datang 3 orang mencegah Yvonne bergerak lebih jauh lagi. Seorang wanita berambut panjang berwarna merah muda seperti jambu. Dia mengenakan sebuah jubah yang mirip dengan De-un api sebelumnya. Wanita itu juga membawa sebuah tombak yang cukup panjang. Dan ada 2 lelaki juga di sampingnya. Seorang lelaki dengan rambut biru yang sedikit bergelombang. Dan satunya lagi berambut hitam pekat yang dikuncir kebelakang agar tak mengganggu pertarungan.

"Siapa kau? kenapa mengejar kami?!" Ucap wanita itu.

"Sudahlah 007. Lebih baik langsung hancurkan dia saja" Ucap pria berambut hitam itu.

"Haloo. Namaku 009, dan wanita ini 007, dan pria rambut kuda ini 006. Bukankah tak sopan jika orang mengenalkan diri namun tak kau tanggapi. Hmmm? benar bukan?" Ucap 009 sembari melakukan gerakan tangan seolah olah menunjukkan keramahannya. Padahal dialah yang paling kejam saat melakukan penyiksaan terhadap musuhnya.

"Yahh kau benar sih. Sebut saja Yve. Ketua dari Assailant. Kalian semua eksekutif Hell Hound bukan? langsung maju saja semua. Aku tak ada waktu" Ucap Yvonne sambil mengarahkan pedang pemberian ayahnya ke arah mereka semua.

Langsung maju semua? kami? semua?. Bocah ini cukup melawak. Padahal aku sudah memperkenalkan diri agar dagingnya terasa empuk saat dipukul. Namun dia terlalu percaya diri. Ahh sudahlah, tiga orang eksekutif itu terlalu banyak untuknya. Seharusnya satu saja cukup. Lebih baik aku mengikuti perintah mundur, karena dia pasti akan cepat diata- . Tunggu, apa apaan ini, sejak kapan dia di belakangku. Aku sama sekali tak merasakan pergerakannya. Ini berbahaya aku harus merapalkan mantraku.

"God of Iron, Unrad. Iron magic. Iron wall".

Kenapa ini? kenapa sihirku tak keluar?. Ehh? lalu sekarang kenapa aku berbaring di atas tanah. Ahh jadi begitu ya, aku sudah terpenggal.

"Satu tumbang" Ucap Yvonne setelah memenggal eksekutif Hell Hound itu. "Kan sudah kubilang, majulah sekaligus" Kata Yve seolah merendahkan mereka semua.

Sekarang Yve melangkah maju dan menhunuskan pedangnya ke wanita itu. Sementara itu wanita itu menusukkan tombaknya ke dada Yve. Tusukan kuat seperti akan melubangi sebuah batu besar. Diluar perkiraan, Yvonne malah menarik tombaknya dan menendang kepala wanita itu. Tak ingin terkena serangan lain, Dia menghunuskan tombaknya keatas agar lawannya terbang diudara dan tak memiliki pijakan. Yvonne juga memanfaatkan momentum di udara agar bisa mendekati Pria di bagian belakang. "Mist magic, Fog area" Rapal pria itu. Sekarang medan yang mengelilingi mereka terselimuti kabut tebal. Keuntungan didapatkan oleh kedua eksekutif Hell Hound ini. Posisi mereka tak terlihat, sementara Yve terlihat jelas jika sedang di udara. "God of Iron, Unrad. one hundred of needles" Rapal pria itu. Sekarang ada sekitar seratus jarum kecil menuju Yvonne, dan juga sebuah tombak yang dilempar oleh wanita yang tadi.

Dihadapkan dengan serangan mematikan yang mampu melubangi organ tubuh, Yve tetap tenang dan memanfaatkan kekuatan musuhnya sendiri. Yvonne mengambil tombak yang diarahkan kepadanya. Lalu dia memutarnya dengan tangan untuk menangkis jarum jarum tersebut. Dia memfokuskan pendengarannya juga agar mengetahui lokasi musuhnya. Sekarang dia melemparkan tombak berat itu ke Wanita itu. Dia lempar dengan mudah seperti melempar kerikil. Tombak itu menembus bahunya, darah segar mengalir bercucuran. Pertarungan ini lumayan membuat Yvonne berkeringat.

Sementara itu Ditempar Ayaa dan Zero. Tubuh dari 001 diselimuti armor api. Serangan darinya menjadikan beberapa pohon terbakar. Sihir Ayaa yang kecil tak cukup kuat untuk menyerangnya. Uap panas yang dihasilkan dari api membuat keseimbangan partikel yang dibuat Ayaa menjadi rusak. Sedangkan Zero tak bisa bebas memukulnya. Karena dia akan terkena dampak dari apinya.

Jelas pertarungan ini takkan menguntungkan mereka berdua jika terus berlanjut.

"Kalian tak ingin menyerah huh? jika menyerah sekarang aku akan membakar kalian tanpa rasa sakit? Ahahaaa" Tawa dari eksekutif Hell Hound itu terngiang ngiang di telinga Zero.

Semakin kesal dan tak sabaran, Zero menjadi lebih marah dan tak bisa mengendalikan diri. Sekarang Zero akan melompat menerjang Hell Hound itu. Namun Ayaa langsung menghentikannya dan membisikkan "Tunggu, jika kau mau balas dendam untuk sukumu, maka dengarkan aku. Setelah ini ikuti semua yang kukatakan".

Dan setelah itu Ayaa melakukan berbagai serangan seperti puluhan belati besi, ratusan jarum, dan pecahan es dengan jumlah yang banyak. Dia melancarkan berbagai jenis sihirnya. Sementara itu Zero memfokuskan diri mendengarkan sekitarnya. Dia menyalurkan mana ke 4 telinganya, lalu saat itu juga Zero berkata "Ini tak ada habisnya, ayo mundur". Sontak Ayaa pun mengikutinya. Tak ingin mangsanya kabur, 001 mengejarnya dengan cepat.

Kecepatan Zero benar benar luar biasa, Ayaa sampai kewalahan mengikutinya. Hal itu membuat Ayaa digendong di punggungnya agar tak tertinggal. Tapi tak jauh juga ada 001 mengejer mereka sambil menyerang dengan sihir apinya. Ayaa juga melakukan berbagai serangan sihir, sementara itu Zero memfokuskan diri untuk lari. "Hoi hoi hoi. Mau kabur kemana kalian brengsek!!" Teriak 001 dengan keras.

Dan terlihatlah sebuah gua yang mengarah ke bawah tanah. Ayaa dan Zero mulai masuk ke dalamnya. Dengan tergesa gesa, Ayaa juga mulai turun dari gendongannya. Lalu datanglah 001, eksekutif Hell Hound. Raut wajahnya nampak marah, seperti iblis yang haus akan darah. Dia berdiri di mulut goa. Mulai berjalan masuk dengan perlahan. Setiap momentum dan langkah kaki membuat seolah olah pertarungan ini telah selesai. Pilihan yang bodoh jika mencoba bersembunyi di dalam goa yang sempit.

Terlihat juga seorang Licanthope yang berdiri tenang di dalam goa. Dia adalah Zero, seolah sudah menunggu kedatangannya. Mereka berdua pun berlari saling mendekati dengan kecepatan maksimal mereka berdua.

"Fire magic, Fire blast" Rapal 001, dia mulai mengarahkan tangannya dengan tujuan membakar habis. Jika terkena serangan ini, Zero mungkin akan menjadi seperti anjing bakar. Namun, Zero melakukan gerakan yang tak asing. Sebuag gerakan beladiri yang pernah digunakan untuk menyerangnya. Zero menangkap tangannya, menjatuhkan dirinya sendiri ke belakang, lalu mengunakan kakinya sebagai tumpuan agar dapat membanting 001. Pria malang itu kini terpental cukup jauh karena Zero. Dengan fisik kuat warisan Licanthrope nya, dia dengan cepat bangun dan mulai menyerang 001 dengan brutal. Cakaran, gigitan, pukulan, tendangan, semua serangan apapun dia gunakan untuk menghancurkannya.Gua pun bergetar karena kekuatan fisiknya itu.

"Persiapan selesai, sekarang!!" Ucap Ayaa yang berada di mulut gua. Ayaa membuat partikel sihir ledakan pada mulut goa. Tanah dan bebatuan pada dingin gua itu mulai runtuh menimbun rekan dan musuhnya sendiri. Tidak, Zero selamat. Sebelum sepenuhnya runtuh, Zero memegang sebuah tali yang dibuat dengan sihir oleh Ayaa. Itulah rencana mereka, mengubur musuhnya hidup hidup. Membutuhkan waktu yang sebentar, namun Ayaa harus menghilangkan keberadaannya.

Kedua tangan Zero mengeluarkan bau seperti sosis bakar. Api dan asap muncul dari tangannya. Ayaa langsung mengelus elus tangan Zero, agar tak terluka terlalu parah.

"Ini gila, rencanamu gila. Aku hampir terkubur juga di sana" Teriak Zero kesal karena rencana mematikan itu

"Ahh jangan lebay, kau sekarang masih hidup kan?" Canda Ayaa sambil menepuk bahu Zero.

"Jadi? bagaimana kau bisa tau jika ada gua di sekitar sini?" Tanya Zero sambil berbaring di ilalang rumput.

"Aku hanya percaya pada perkataan tuan. Beliau tadi mengucapkan goa, dan aku tak tahu lokasi pastinya. Jadi-" .

"Jadi kau menyuruhku mendeteksinya dengan pendengaranku?" Sahut Zero melanjutkan ucapan Ayaa.

"Ya, kau benar. Lebih baik kita segera bergegas menyusul beliau sekarang" Ucap Ayaa sambil mengulurkan tangan membantunya berdiri. Mereka berdua pun pergi mencari Yvonne yang pergi duluan.

Di tempat Yvonne juga pertarungan berat sebelah ini hampir berakhir. Kedua Eksekutif Hell Hound itu cukup babak belur. Tombak wanita itu terpotong menjadi dua, sehingga hanya menyisihkan bagian atasnya saja. Sementara pria penyihir itu juga sudah tak kuat berdiri karena otot tendon di kakinya telah dipotong oleh Yvonne.Yve pun menghembuskan nafasnya. Dia memasukkan pedang pemberian ayahnya ke sarung pedang di pinggangnya. Pertarungan ini mulai berakhir, Yve mengarahkan tangan kanannya ke arah kanan dan menciptakan sebuah bongkahan besi. Bongkahan besi itu dipadatkan, dipadatkan, dipadatkan lagi juga hingga membentuk sebuah pedang yang seukuran miliknya. Pedang tajam ciptaan dari sihirnya sendiri.

"Kuakhiri ini, aku tak ada waktu" Ucap Yvonne sambil melaju dengan cepat memotong kaki mereka semua menjadi beberapa bagian kecil. Setelah itu dia menciptakan satu pedang serupa. Dan kedua pedang di tangannya kini, ditusukkan ke jantung Kedua orang itu.

"Matilah" Bisik Yve terdengar berulang ulang kali di telinga mereka berdua. Jantung telah hancur, kini ajal menjemput mereka berdua.

Yvonne sekarang memperkuat kedua kakinya dengan sihir angin, dan mengunakan kecepatan maksimalnya untuk mencari pandai besi itu. Dia bergerak dengan kecepatan tinggi, dengan keterampilan yang hebat dan tak meninggalkan bekas pada jalurnya.

Apa ini? apa masih jauh?. Itu dia, dikejauhan mulai terlihat para Hell Hound brengsek itu. Tunggu, apa itu di kaki mereka. Jangan jangan!!. Aku harus cepat. Buat logam dan pusatkan sihir di depanmu Yve, perkuat, pertajam ujungnya agar kecepatan maksimal. Putar logam ini dan berikan dorongan angin agar bergerak seperti peluru. Dan sekarang, luncurkan.

Bongkahan material logam berat buatan Yvonne bergerak melebihi kecepatan suara. Begitu cepat sehingga hampir menyusul para Hell Hound itu. Dan saat jarak antara material dan kerumunan Hell Hound itu tinggal beberapa kedipan mata saja, Para Hell Hound itu menghilang. Semuanya menghilang meninggalkan area itu.

Sialan, aku gagal. Mereka membuat altar teleportasi dengan jumlah banyak. Aku tak memprediksi ini, seharusnya ku perhitungkan dengan lebih matang. Aku terlalu membuang waktuku. Pandai besi itu telah diculik oleh mereka. Puluhan Dwarf akan dijadikan mesin pembuat senjata.

Merasa kecewa pada dirinya sendiri. Tak tahu lokasi markas musuh dan sekuat apa mereka semua. Yvonne memilih kembali dan mencari bawahannya. Setelah sekian lama akhirnya keduany berhasil ditemukan. Mereka semua kembali ke tempat dwarf itu.

"Apa ini? dimana ayahku" Tanya Dwarf itu. Dari raut wajahnya dia mulai menyadari jika ayahnya telah dibawa oleh mereka. Namun dirinya tetap kekeh menolak fakta itu.

"Singkatnya kami gagal membawa ayahmu kembali. Maaf" Ucap Yvonne. Sontak dia langsung meringkuk di tanah dan menangis sejadi jadinya. Kesedihannya tak terbendung lagi, semua air matanya keluar. Dia mulai menyesali jika perbincangan dengan ayahnya adalah perkelahian. Namun, dia tak ingin menyerah. Dia bangkit dan bertanya kepada Yvonne "Siapa mereka? Jumlahnya?"

"Mereka Hell Hound, organisasi dunia bawah yang melakukan aktifitas kriminal seperti pembunuhan, pembakaran, perampokan, perbudakan, dll. Perkiraan jumlahnya sepuluh ribu. Lokasi markas pusat? aku belum mengetahuinya" Ucap Yvonne menjelaskan kepadanya.

"Lalu kalian siapa? bagaimana bisa mengetahui hal ini" Tanya dia sekali lagi.

"Kami ada untuk memburu mereka. Akan kukumpulkan juga beberapa orang yang berbakat nantinya. Entah dalam motif apapun nanti"

"Aku ikut. Biarkan aku ikut bergabung ke dalam organisasimu" Minta Dwarf itu. Dia berusaha agar dapat mencari ayahnya kembali.

"Jika masuk kau harus melupakan identitasmu di masa lalu. Kau bisa" Ujar Ayaa sambil mengulurkan tangannya membantuny berdiri.

"Aku bisa" Tegas dia sekali lagi.

"Baiklah, mulai sekarang namamu Dean" Ucap Yvonne.

Saat perbincangan itu selesai. Dean resmi bergabung kedalam organisasi milik Yvonne. Pengetahuan dan penelitiannya pasti dapat membantu banyak. Namun, tiba tiba terdengar sebuah tangisan. Tangisan bayi yang cukup kencang. Saat mereka mencarinya. Bayi itu tertimbun reruntuhan tembok. Untungnya ada batu besar disamping bayi itu, batu itu mencegah seluruh tembok menimpanya. Saat Yvonne mulai mengangkat tembok itu perlahan lahan, terlihat sebuah bayi perempuan manusia. Sebuah malaikat kecil telah menarik perhatian Yvonne. Bayi itu menangis dengan keras karena kaki kirinya tertimpa batu. Terlihat darah dari kakinya, sepertiny sudah patah tulang.

Setelah menyelamatkan bayi itu, Yvonne, Ayaa, Zero, Dean akan berkumpul di penginapan. Mereka akan mengemasi barang barangnya masing masing lalu berkumpul di sana. Setelah mereka semua berkumpul, Yvonne mulai menggunakan sihirnya. Dia membuat sebuah gerbang teleportasi. Dan sesuai arahan darinya, semua bawahannya mengikutinya masuk. Setelah itu mereka semua sampai di depan mansion, markas mereka yang sebelumnya ditinggal untuk pergi ke kerajaan para Dwarf. "Tunggu, ini gerbang teleportasi? Bukankah ini sihir yang bias dilakukan tingkat quatre keatas" tanya Dean penuh keheranan. Dirinya tak menyangka jhika yang tadi itu gerbang teleportasi. "memang benar, dan tuan kita sudah mencapai tingkatan itu" Begitulah penjelasan Ayaa menanggapinya. Wajah Dean kini penuh dengan keheranan.

Dean menghembuskan nafasnya dan mengeleng gelengkan kepalanya. "boleh ku tahu berapa umur kalian semua?" Tanya Dean sekali lagi.

"aku 10" Tegas Yvonne. "15" ucap Zero dengan singkat. "kalau aku sih 12" Sahut Ayaa mengikuti perbincangan mereka. "hahh, tak kusangka aku yang paling tua disini, aku 16. Omong omong apa nama organisasi kita?" Pertanyaan yang dikeluarkan Dean membuat wajah Ayaa dan Zero menjadi datar. Wajah mereka seolah berkata "lah iya apa namanya". "Assailant, itu kata dari dunia lamaku. Jangan berpikir terlalu banyak, sekarang sudah larut. Mari kita semua tidur, bayi ini biar tidur denganku. Ayaa, tunjukkan Dean kamarnya" kata Yvonne.

"baik tuan" Ucap Ayaa dengan tersenyum sambal membungkukkan badannya. Dia tetap membungkuk walau Yve sedang berada diposisi tak melihatnya. Begitu hormat dia kepada Tuannya.

Yvonne mulai membaringkan bayi itu di kasurnya. Sebelumnya di penginapan, dia membuat bayi itu tak sadarkan diri dengan sihirnya. Dia juga membuat bayi itu tak merasakan sakit dengan sihirnya. Sekarang, dia mencoba menyambungkan tulang kering di kaki bayi itu yang telah patah. Posisi sudah benar, sekarang dia hanya perlu menyembuhkan bayi itu. Penyembuhan sedikit demi sedikit dilakukan olehnya. Tulangnya perlahan lahan menyambung, sekarang menjadi lebih kokoh dari sebelumnya. Kini daging bayi itu yang robek telah dia perbaiki jaringannya. Sekarang hanya menutup kulit yang terkelupas. Sip, dengan ini semuanya sudah disembuhkan oleh Yvonne. Sekarang hanya membersihkan darah yang ada di kakinya, dan setelah itu tidur disampingnya.

"Kau tak punya orang tua kan nak, sebelumnya kucari tak ada orang hidup disekitarmu. Kalau begitu kita sama, akan kurawat kamu mulai sekarang" Ucap Yvonne dengan lembut mencoba tak membangunkan bayi itu. Yve juga gemas kepadanya dan mencoba sedikit menyentuh pipinya yang bulat besar seperti akan meledak.