Budak Putih

"Tuan, misi penculikan dwarf ini sukses besar" [?]

"Bagus, kerja kalian bagus sekali. Berapa korban jiwa dari pihak kita" [???]

"Hanya sekitar 36 anggota biasa kita tewas. Lalu eksekutif 001, 006, 009, 007 dikabarkan tewas" [?]

"𝗔𝗣𝗔𝗔?! Panggil si kembar 012 dan 013. Segera panggil mereka" [???]

Setelah itu, duo kembar itu menghadap ke bos mereka, pemimpin dari Hell Hound.

"Baru baru ini dalam misi penculikan pada dwarf ada eksekutif kita yang terbunuh. Terlebih lagi, empat orang. Kalian berdua sebagai penyelidik terbaik dari para Hell Hound, selidiki siapa dibalik semua ini" [???]

"Baik, kami terima misi ini" [??] ucap duo kembar itu.

Keesokan harinya, semuanya berkumpul di meja makan. Mereka makan bersama, daging rusa yang ditangkap dari hutan dijadikan daging panggang. Sementara itu Violet kecil memakan buah buahan yang sudah dilembutkan menjadi seperti bubur. Didalam bubur itu juga ada buah pisang yang mengandung banyak kalsium, itu bagus untuk tulangnya. Yvonne memutuskannya kemarin malam jika akan memberi bayi itu nama keluarganya, yang artinya dia adopsi. Yve kasihan karena dia yang masih sekecil itu tak memiliki keluarga. Jadi ia memberi nama Violette Coquette. Saat disuapi Vio kecil memakan buburnya dengan lahap.

Mereka semua makan di meja makan sambil melakukan diskusi. Jadwal pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan mansion, menyiram bunga dan kebun dibelakang juga sudah dibagikan untuk mereka semua. Tentu, Yvonne tak ikut andil dalam pekerjaan rumah itu. Dan saat ini mereka memutuskan jika bangsawan target mereka selanjutnya adalah seorang pengedar obat terlarang.

"Marquess Dean, dia pengedar dan pembuat obat terlarang. Salah satu pemegang rantai Hell Hound juga. Beberapa obat yang dibuatnya itu Fentalyn. Fentalyn terbuat dari tanaman khusus. Membuat penggunany menjadi kecanduan. Mengganggu fungsi otak, jadi jangan kaget jika nanti banyak orang agak miring di daerahnya. Membuat mental menjadi terganggu juga. Marquess itu juga membuat obat hirup bernama Nachi. Membuat tubuh penggunanya menjadi lebih ringan, kuat, dan membuat kecanduan. Jika digunakan terus menerus akan merusak pernafasan dan menyebabkan lumpuh hingga buta" Begitulah Penjelasan Yvonne kepada mereka semua.

"Marquess Dean, bukankah namanya sama denganmu" Canda Ayaa sambil melihat Dean dipojokan meja. Dean langsung melihat Ayaa dengan tatapan sinis.

"Benar juga perkataan Ayaa. Semoga kalian semua bisa akur" Pikir Yve dalam benaknya.

"Dan Fentalyn ini mengingatkanku dengan ganja di dunia lamaku" Pikir dia sekali lagi.

Setelah itu semuanya fokus dengan piringnya masing masing. Saat semuanya sudah selesai makan, Yvonne mengumumkan sesuatu. "Dengarkan dulu kalian semua. Untuk saat ini aku akan mengurung diri di ruangan kerjaku. Menggunakan semua kemampuanku untuk menulis buku. Dan Ayaa, kau bisa masuk tanpa izin untuk mengantar makanan, dan abaikan saja apa yang kulakukan di sana. Ohh iya, tolong rawat Vio kecil untukku ya" Tegas Yvonne.

"Berapa lama Nona?" Tanya Dean sambil menumpuk piring piring agar mudah dibawa.

"Mungkin 4 hari jika semuanya berjalan lancar" Jawab Yvonne.

"Baiklah, apa ada yang perlu saya siapkan sekarang?" Tanya Ayaa kepada Yvonne. Yvonne berdiri dari kursinya dan melangkah mendekati Ayaa. Saat itu Yve mengelus elus kepala Ayaa dan sedikit menjewer telinganya. "Tak perlu, aku bisa membuat kertasnya sendiri" Ucap Yvonne sambil tertawa kecil.

Yvonne telah mengurung dirinya di ruang kerjanya. Dia menggunakan seluruh kemampuannya untuk menulis sebuah buku. Buku tentang sebuah ilmu yang disebut sebagai "Kimia". Dia juga menulis beberapa buku tentang bahasa inggris dari dunia lamanya. Dia berniat akan membuat itu menjadi bahasa khusus anggotanya nanti. Suatu saat organisasi Assailant ini pasti punya ratusan anggota. Jadi dia sengaja membuat semua anggotanya menghafal dan memahamu bahasa inggris, agar tak ada informasi yang bocor keluar.

Dua hari telah berlalu. Semua orang melakukan aktifitasnya masing masing. Berlatih, belajar, bebersih, menyiram kebun dan berburu. Semuanya sudah diberi tugas itu masing masing oleh Yve. Dan sekarang Ayaa telah selesai mengantarkan makanan. Ayaa berpapasan dengan Dean di lorong mansion.

"Bagaimana kabar nona?" Tanya Dean kepadanya sambil mengikuti Ayaa berjalan ke kebun. Mereka berdua sekarang akan pergi ke kebun bersama sama untuk merawat tanaman. Menyiram dengan air, memberi pupuk, dan mencatat setiap pertumbuhan.

"Tuan kita sepertinya sudah gila" Tegas Ayaa, mukanya cukup khawatir, namun disisi lain juga takjub. "Apa maksudmu, dia kan orang yang cerdas. Tak mungkin jadi gila" Ujar Dean kepadanya.

"Dean, apa kau bisa menulis dengan kedua tangan sekaligus? kau bisa menulis buku yang berbeda dengan kedua tanganmu itu?" Tanya Ayaa dengan sedikit terengah engah.

"Tentu saja tid- ehh tunggu, maksudmu seperti itu?" Raut wajah Dean mulai terkaget memahami hal yang tak biasa ini. "Benar, tapi lebih dari itu. Tuan mengendalikan empat bulpen dengan sihirnya. Dan menulis empat buku bersamaan. Dua saja sudah seperti berlari sambil berenang, tapi ini empat lohh. Orang aneh mana yang melakukan itu" Ayaa mulai memegang kedua bahu Dean. Menggoyang goyangkannya hingga kepala ilmuwan malang itu tampak teleng. "Sejak awal sudah aneh sih" Tegas Dean sekali lagi.

Empat hari semenjak Yvonne mengurung diri telah berlalu. Saat ini tengah siang hari. Matahari bersinar terik menyinari mansion. Sinar matahari saat melewati kaca membuat hawa menjadi cukup panas. Saat itu Yve keluar dari Ruangannya, dia memanggil Ayaa dan Dean.

"Totalnya tepat 800 buku. 400 buku tentang ilmu kimia dan berbagai cabangnya. Dean, Tugasmu disini untuk mengecek apa semua unsur di buku ini sesuai dengan dunia ini. Dan 400 sisanya buku tentang sebuah bahasa, disebut bahasa inggris. Aku ingin semua anggotaku nanti menggunakan bahasa ini untuk misi khusus. Agar tak ada informasi yang bocor keluar" Tegas Yve. Rambutnya sedikit acak acakan. Kelopak matanya hitam seperti panda tanda tak tidur sama sekali selama empat hari.

"Baik Nona, akan saya lakukan" Jawab Dean.

"Tuan ingin saya siapkan air hangat untuk mandi?" Tanya Ayaa kepadanya.

"Air dingin saja, itu baik untuk mengencangkan pori pori dan kecantikan. Ohh iyaa, setelah ini tolong semua buku itu kalian taruh dan rapikan di perpustakaan, aku ingin mandi dulu" Sahut Yvonne.

Apakah gadis ini benar benar menulis 800 buku. Terserah, aku bisa mengeceknya nanti. Tak lama ini aku dikejutkan jika dia sudah mencapai tingkat quatre dalam umur semuda itu. Tapi sekarang aku lebih terkejut dengan pengetahuan dan kemampuan fokusnya itu. Selama empat hari dia menulis 800 buku. Berarti sehari 200 buku. Jika menggunakan empat pena, masing masing menghasilkan 50 buku yah. Dalam kurang dari satu jam dia menghasilkan sekitar 2 buku. Benar benar aneh, disisi lain aku juga takjub. Mungkin jika aku mengikuti gadis ini, dia pasti dapat membantuku mencari ayahku. Atau mungkin memberiku pengetahuan baru.

Setelah Yvonne membersihkan tubuhnya, dia pun pergi ke kamarnya untuk istirahat. Pada dasarnya tak tidur selama empat hari membuat imunitas tubuh menurun, membuat pusing dan kepala berkunang kunang. Jadi saat ini dia mengistirahatkan tubuhnya dengan memaksimalkan. Sementara itu Ayaa sedang mengajak Vio kecil jalan jalan di hutan. Melihat berbagai tanaman, bunga, kupu kupu dan sungai. Dean juga sibuk pada penelitiannya dan membaca buku pemberian Yvonne.

Matahari tengah terbenam dari arah barat. Datang Zero masuk ke mansion, dia sekarang berada di aula mansion yang seluas lapangan sepak bola dari dunia lama Yvonne. Zero melaporkan ke yang lain jika ada pedagang budak melewati hutan. Pedagang itu membawa beberapa Licanthope untuk dijual belikan. Ayaa dan Dean yang mendengarkan laporan darinya, mereka akan memutuskan akan menolong para Lican itu atau tidak.

"Hoo jadi begitu ya. Mereka beda suku denganmu, tapi masih satu ras denganmu. Bagaimana jika kita bantu saja?" Saran Ayaa kepada mereka berdua.

"Aku setuju, mungkin kita bisa memanfaatkan utang budi mereka kedepannya" Ucap Dean memberikan alasan yang cukup signifikan.

"Baiklah ayo kita membantu mereka, apa perlu hal ini dilaporkan ke tuan?" Tanya Zero kepada mereka berdua. Yvonne telah begadang selama empat hari, jadi lebih baik tak ikut menangani urusan ini. Bagi mereka berdua, lebih baik Yve fokus istirahat saja dulu.

"Tak usah, biar Tuan fokus isti-" Jawab Ayaa, namun ucapannya terhenti karena suatu hal.

"Apa yang tak perlu dilaporkan?" Teriak Yvonne menghentikan ucapan Ayaa. Dia dari lantai dua dan sedang menuruni tangga yang ada di aula. "Laporkan apa saja padaku, aku juga tak bilang 'jangan menganggu istirahatku' kan? jadi tak masalah kalian melaporkan sesuatu hal semacam ini" Tegas Yvonne sekali lagi. Saat itu juga Ayaa menundukkan kepalanya dan berkata "Baiklah Tuan, maafkan saya".

Yve yang tengah mengendong Vio kecil itu turun dari tangga. Dia mendekati mereka bertiga, dan menyetujui pendapat mereka untuk menyelamatkan Licanthope itu. Bagi dia, bagaimanapun juga perdagangan budak tak bisa dimaafkan. Sebelumnya keluarganya mati karena kebohongan macam itu.

Yve menyuruh Dean agar merawat Vio saja dirumah. Dean paling lemah kekuatan tempurnya disini, jadi dia tak ikut. Hanya tiga orang yang pergi yaitu Yve, Ayaa dan Zero. Saat itu Zero berada di depan guna memimpin jalan. Dan akhirnya telah terlihat sekumpulan para pedagang budak itu.

Ada beberapa Lican yang dikurung dalam sebuah kandang besi. Mereka tampak diikat tangan dan kakinya. beberapa bekas pukulan juga terlihat pada tubuh mereka. Namun, tubuh mereka belum terlalu kotor, tanda mereka baru saja diculik.

Yvonne hanya duduk santai di salah satu cabang pohon. Dia hanya memakan apel sambil melihat Ayaa dan Zero beraksi. Cakaran dan cabikan dari Zero cukup bagus untuk melawan mereka. Sementara itu Ayaa juga mudah sekali memotong motong bagian tubuh mereka dengan sihir partikelnya. Melihat pemandangan itu seperti mentega hangat yang dipotong. Begitu mudahnya mereka melawan prajurit bayaran dari pedagang budak.

Semua telah usai, beberapa pedagangnya juga telah diikat oleh mereka berdua. Yve turun dari pohon sembari membuang bekas apelnya yang hanya sisa bagian tengahnya yang cukup tak enak rasanya. para budak juga telah dibebaskan. Makhluk dengan dua telinga hewan, dua telinga manusia dan ekor yang mengemaskan itu keluar dari kandang mereka masing masing. Kandang besi yang mengurung mereka juga dijebol dengan paksa agar mereka bisa keluar. Ayaa memotong dengan sihirnya, dan Zero dengan otot kuatnya.

Makhluk berbulu itu mulai berterimakasih karena telah dibebaskan. Mereka semua ternyata masih satu suku, yaitu suku putih. Dan saat itu Yvonne berniat mengantarkan mereka kembali ke suku mereka. Namun, Ayaa bingung karena pedagang yang tadinya dia ikat harus diapakan "Tuan, pedagang ini harus saya apakan?".

"bunuh saja jika kau mau. Dan juga coba cek, jika ada koin bisa kalian ambil saja" Perintah Yve kepada mereka berdua.

"Baik" jawab mereka berdua sambil membungkuk.

Dipandu oleh Licanthrope yang dia selamatkan, Yvonne pergi menuju ke daerah suku mereka. Letaknya ternyata tak terlalu jauh dari mansion miliknya. mungkin hanya berjarak setengah Not (1 km).

Perjalanan mereka pun selesai. Yvonne kini telah tiba di desa suku putih itu. Desa kecil itu hanya dikelilingi pagar kayu yang lebih tinggi sedikit dari orang dewasa. Lican yang bertugas menjaga gerbang telah melaporkan kepada ketua suku jika mereka punya tamu.Tamu yang menyelamatkan beberapa anggota mereka. Oleh karena itu, Yvonne diperbolehkan masuk dan dia meminta untuk menemui ketua mereka. Setelah itu Yvonne hanya menunggu sambil berteduh disamping salah satu rumah mereka.

Desa ini cukup terawat. Ada pepohonan yang membuat disini tak terlalu panas. Pohon itu juga membantu untuk mengawasi bagian luar desa. Ada sungai yang mengalir juga didekat desa, sehingga mereka tak perlu khawatir kekurangan air. Rumah rumah disini berbentuk lingkaran, berdinding kayu dan hanya beratap daun. Dedaunan panjang yang disusun dengan terampil. Struktur bangunannya membuat tak terlalu panas saat siang hari, dan mampu menahan panas didalam rumah saat malam hari. Hal itu seperti konsep rumah igloo dalam dunia lama Yvonne.

"Perkenalkan nona, nama saya igro. orang terkuat ke 7 di desa ini. Ketua sudah mendengarkan permintaan anda untuk bertemu. Biar saya antarkan" Ucap seorang lelaki licanthrope kepada Yvonne. Lelaki berbulu dan berekor putih itu tampak mengenakan sebuah pakaian kuning. Entah terbuat dari kain apa, nampaknya cukup lusuh juga. Yvonne tak menjawab apapun dari perkataan lelaki itu, dia hanya mengikutinya dari belakang.

Dan terlihat rumah milik ketua suku tersebut. Tak istimewa, masih berdinding kayu dan beratap daun, hanya saja sedikit lebih besar. Yvonne mulai masuk kedalamnya, sementara itu igro meninggalkannya karena tugasnya sudah selesai.

"Pertama, biar kuucapkan terimakasih karena menyelamatkan anak anak dan wanita disini. Terimakasih nak, namaku perez. Kau bisa memanggilku kakek saja" Ucap tetua yang duduk santai menikmati tehnya. Berdada bidang besar, fisik terawat, penuh luka sayatan dipungung. Tetua itu duduk dengan telanjang dada sambil menikmati teh didalam gelas kayunya itu. Tanpa pertahanan apapun, hanya duduk disebuah tikar. Tanpa pedang, pisau, ataupun menunjukkan cakarnya.

"Baiklah akan kupanggil kakek. Perkenalkan, namaku Yvonne, bisa dipanggil Yve" Ucapnya sambil mengikuti duduk di depannya. Mereka berdua saling tatap, namun tak ada yang memulai pembicaraan. Suasanany menjadi cukup dingin. Akhirnya tetua itu memanggil pelayannya membuatkan teh untuk Yvonne. Teh melati yang harumnya kental didalam hidung. Sedikit pahit, tak terlalu manis, cukup pas di lidah.

"Aku tahu itu tidak gratis kan, tak ada alasan untukmu bertemu denganku selain menagih imbalan" Ucap tetua itu kepada Yvonne. Selain mengatakan itu, Tetua itu juga menggerakan tangannya seolah menawarkan Yve agar segera meminum tehnya. Mendengar perkataan kakek tua itu, Yve hanya memberikan sedikit senyum kecil. Sorot matanya terlihat cukup tajam, seolah olah ingin mendengar tetua itu mengatakan hal tersebut. "Anda cepat tanggap ya" Ucap Yvonne.

"Sebaiknya kau pergi saja. Tak ada hal seperti emas atau yang lain disini" Ucap Tetua itu. "Tidak tidak, untuk sekarang aku tak butuh hal macam itu. Aku hanya ingin semua anggotamu menuruti beberapa perkataanku ini" Ucap Yvonne sambil menyeruput tehnya.

"Permintaan? perintah? punya kehebatan apa kau sehingga aku harus mengerahkan satu suku ini untuk melakukannya" Sahut Tetua tersebut dengan kasar, suaranya cukup keras hingga terdengar keluar ruangan.

"Aku? memiliki ini" Tanpa suara, tanpa terdeteksi oleh siapapun. Yvonne tiba tiba berada dibelakang tetua tersebut sambil mengarahkan pedangnya ke leher tetua itu. Kini pedangnya hanya berjarak beberapa helai rambut saja, seolah olah dia bisa membunuh tetua itu kapan saja jika dia mau.

"Yaampun, sepertinya aku sudah terlalu tua untuk hal ini" Jawab Tetua itu padanya. Hanya dengan duduk santai, posisinya tak berubah. Yvonne sendiri tak sadar jika ada pisau yang mengarah ke perutnya. Entah sejak kapan ada pisau itu, Yve tak menyadari kapan itu dikeluarkan, dari mana, dan kapan diarahkan pada dirinya. "Jadi ini level ketua suku, hebat juga. Mungkin aku akan kalah dengannya" Pikir Yvonne dalam benaknya.

"Aku mengakuimu nak. Keberanianmu, kecekatan dan kecepatanmu patut dipuji. Kau layak, sekarang apa permintaanmu? jika berat atau membahayakan suku ini tak akan kulirik sama sekali". Dengan perkataan yang dilontarkannya, Yve langsung bergerak dengan cepat kembalj ke posisi duduknya. Yve cukup senang karena ucapannya didengarkan. "Tenang saja, ini cuma hal sederhana kok. Pertama, sudah jelas jika kau mengetahui mansion yang kudirikan didekat sini, aku ingin anggota sukumu tak mendekati tempat itu". Dengan ini, Sekitar daerah Mansion tak lagu dalam jangkauan perburuan suku itu. Dia bisa bebas berburu hewan dan bisa mengambil sumber daya lainnya.

"Kedua, semua anggota sukumu, tak boleh sama sekali membicarakan mansion itu, diriku, dan hal yang berkaitan dengan itu semua". Dengan ini misalkan ada yang melacak organisasinya, tentu menjadi sedikit sulit ditemukan. Tak ada yang membahas mansionnya bila ada yang mencari informasi dari suku ini.

"Ketiga, aku ingin membangun hubungan baik dengan suku ini. Sebuah pertemanan. Bukan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, tetapi sebuah pertemanan yang bisa ada saat butuh". Saat ini, Yvonne berusaha membangun relasi dengan ras apapun. Itu akan berguna untuk rencananya di masa depan. " Kukira apa, ternyata hal sepele. Baiklah nak, akan kuturuti permintaanmu" Ucap Tetua itu.

Setelah semua perbincangan mereka selesai. Karena tak ada urusan lagi, Yvonne keluar dari rumah ketua. Saat sudah melewati pintu rumahnya, tiba tiba ada seorang gadis berjalan cukup tergesa gesa mendekatinya. Daripada dibilang berjalan, dia lebih terlihat seperti berlari, walau tubuhnya tertatih tatih. Gadis itu berhenti didepan Yvonne. Karena kelelahan membuat suara nafasnya cukup terdengar.

"Nona, ini aku. Yang tadi" Ucap gadis berambut putih itu.

"Kau salah satu dari yang kuselamatkan tadi kan?" Sahut Yvonne mengikuti ucapannya.

"Iyaa benar nona, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih. Apa anda mau mampir ke rumah keluargaku? Kami punya simpanan daging yang enak"

"Tidak terimakasih, aku sibuk" Ketus Yve dengan singkat.

Setelah itu Yve meninggalkan gadis Lican itu di tempatnya berdiri, dikampung halamannya. Yve keluar dari desa itu. Saat sudah sampai di pintu keluar desa, tiba tiba ada suara teriakan yang ditujukan untuk Yvonne. "Jika anda ingin mampir atau meminta bantuan, aku bisa menyambut anda lagi" Teriak gadis itu.

Terlihat senyum kecil dari bibir Yve, namun orang lain tak terlalu menyadari hal itu. Sekarang, dia kembali ke Mansion. Disana sudah ada Ayaa yang menyambutnya di depan pintu. Ayaa mengendong Vio kecil di tangannya. Violette kecil yang tadinya murung sekarang nampak kegirangan saat melihat kehadiran Yve. Aura positif yang dipancarkan Yvonne cukup membuat bayi itu nyaman.

"Selamat datang tuan, ada yang perlu saya sediakan?" Sambut Ayaa kepada tuannya.

"Bagaimana perintahku tadi" Tanya Yve yang sekarang mengambil Vio dari pangkuan Ayaa. Kini Yve mengendongnya dengan tangannya sendiri.

"Ada 21 koin emas dan 57 koin perak" Sahut Ayaa.

"Baiklah, bawa itu dan taruh di ruang kerjaku. Lalu sisa koin emas kita berapa?"

"177 koin emas, Tuan"

"Yahh itu cukup untuk dana kita nanti. Lagipula aku masih punya sekitar 800 koin emas, walau itu uang kotor sih" Tegas Yve.

"Anda akan menggunakan uang kotor itu dimana tuan? dan dimana anda menyimpannya" Tanya Ayaa.

Mereka berdua masih tetap berbincang bincang sambil menuju ruang kerja Yve, sekarang mereka telah disampai di pintu depan ruangannya. Saat Yve membuka pintu, dia berkata "Itu kukubur di belakang mansion. Akan kucuci uangnya untuk rencana kedepan. Aku hanya perlu mencari orang yang jago berbisnis" Sahut Yve, sekarang dia memasuki ruang kerjanya. Dia mulai menulis buku buku lagi. Kali ini tak sendirian, namun ditemani Vio kecil.

Dia menulis banyak buku yang membahas tentang aljabar, alghoritma, fisika, sistem pernafasan dan peredaran darah. Gerakan tangan yang cepat dan terampil itu seperti tak ada hentinya. Disitu Vio juga duduk santai diatas meja, sesekali Vio merangkak mendekati buku yang ditulis Yvonne. Merangkak mencoba mengganggu gerakan tangan Yve. Walau karena tindakannya itu, Yve tetap sabar mengasuh Vio.

Dan saat Yvonne mencoba menulis buku terakhirnya. Tiba tiba, ada sebuah tinta yang terciprat ke buku itu. Sangat banyak, sehingga menutupi satu halaman. Ternyata Vio mengambil botol tinta di atas meja, dan mengocok ocoknya sehingga tumpah. Saat itu juga baju dan wajah Yve terkena cipratan tinta hitam itu. Meja juga terkena tumpahan tinta hingga menjadi hitam legam. Namun yang lebih mengejutkannya lagi, Sekarang tubuh Vio menjadi hitam semua.

Tak habis pikir dengan yang dilakukan bocah itu, Yve hanya menatapnya dengan jengkel. Lalu dia menghela nafas seolah memaklumi jika itu kesalahan dirinya sendiri membiarkan dia bermain. Lalu Yve mengendong Vio, dan mengambil botol tinta yang ditangannya. Perlahan dia meletakkan botol itu keatas meja.

"Ayaa, kemarilah" Teriak Yvonne mencoba memanggil Ayaa.

Pintu mulai terbuka, Ayaa pun mulai masuk kedalam ruang kerja Yve. "Iyaa tuan, ada ap-" Ucapannya terhenti, dia terkejut melihat pemandangan unik didepannya ini. " Pfftt. Uwahahahaa. Apa apaan ini. Tak disangka juga" Tawa Ayaa terdengar cukup keras. Dia begitu keheranan kenapa mereka berdua mandi tinta didalam ruangan.

Yve langsung menatap Ayaa dengan intens. Dia melotot kepadanya, dan mengeluarkan aura yang menekan Ayaa. Dan karena hal itu, Ayaa berhenti tertawa terbahak bahak dan mulai diam. "Ahh, engga. Anu Tuan. Itu tadi" Perkataan Ayaa yang gugup itu terdengar menjengkelkan ditelinga Yve. Namun dia memaklumi hal itu, bahkan memaafkannya. Sekali lagi Yve menghela nafasnya sambil mengeleng gelengkan kepalanya. "Siapkan air mandi. Air hangat. Aku ingin mandi dengan Vio, sekaligus membersihkan tubuhnya ini" Perintah Yve. Sekarang Ayaa pergi dengan tenang dan mulai melakukan perintah tuannya itu.

Setelah itu, hari berlalu seperti biasa. Tinta yang menutupi tubuh Vio kecil juga sudah dibersihkan. Lalu saat makan malam, disitu Yve mengumumkan kepada 3 bawahannya. Dia mengumunkan jika mereka besok pagi akan mulai berangkat untuk membunuh Marquess Dean. Dan Ayaa, Zero, Dean pun menerima misi itu.

Lalu malam pun tiba, bulan terlihat jelas seperti menari di langit. Saat itu semua orang sudah tidur. Vio juga tidur dengan Yve dikamarnya. Namun, Yvonne masih terjaga. Dia hanya duduk di balkon dari kamarnya. Dia menikmati hamparan bintang dilangit malam yang gelap.

"𝗔𝗔𝗔𝗥𝗥𝗥𝗥𝗚𝗚𝗛𝗛𝗛𝗛𝗛!!!"

Terdengar suara teriakan yang keras. Suara itu memecahkan keheningan. Ternyata, itu berasal dari salah satu ruangan mansion. Sontak Yve pun langsung mengecek apakah ada sesuatu yang terjadi. Dan sumber suara itu adalah kamar Ayaa. Didepan pintu juga ada Zero dan Dean yang mencoba mencari tahu.

Dan saat Yve membuka pintu kamar Ayaa. Terlihat Ayaa sedang menangis. Dia seperti ketakutan dengan sesuatu. Duduk diatas kasur dengan posisi lutut berada di dadanya. Kedua tangan Ayaa memeluk kakinya yang ditekuk.

Yve hanya berusaha mendekati dan memahaminya. Dia berkata "Ada apa?". Tetapi tak ada reaksi apapun dari Ayaa. " Kalian kembali saja dulu. Dan tolong temani Vio sebentar, aku takut dia terbangun" Perintah Yve kepada dua bawahannya yang menunggu di depan pintu".

Beberapa detik terasa begitu lama dan hening. Cukup membuat waktu berjalan begitu lama bagi Yve dan Ayaa. Keheningan yang menyeruak tak bisa menenangkan keadaan. Dan setelah sekian lama, akhirnya Ayaa membuka mulutnya. "Saya bermimpi, tentang hari bersama keluarga saya. Dimana saya dipukuli, di kunci didalam gudang karena sihir saya dianggap cacat. Dibandingkan dengan orang lain yang prestasinya lebih hebat dariku. Mereka bahkan berkata jika saya aib keluarga. Rasanya mendengar hal itu, hati saya hancur seketika. Mengingat hari hari pahit dan sakit bersama keluargaku. Ironisnya, saya bahkan tak tahu apa ada hal bahagia saat saya bersama mereka" Curhat Ayaa sambil menangis terisak isak.

Menanggapi hal itu, Yve mengelus elus Ayaa seolah memanjakannya. Yve juga mendekatkan kepala Ayaa kepada dadanya. Yve memeluknya seolah mencurahkan begitu banyak kasih sayang. Namun, setelah itu Yvonne juga memukul kepala Ayaa cukup keras.

"Aduhh, anda kenapa sih. Padahal saya sedang sedih karena hal ini. Kenapa dipukul" Tanya Ayaa dengan wajah cemberut kepada Tuannya.

"Kenapa memangnya? pukulanku kan tadi. Hal itu sudah berlalu" Tegas Yve.

"Memang sudah berlalu. Tapi pukulan anda masih terasa sakit" Sahut Ayaa sekali lagi.

"Memang benar. Masa lalu terkadang menyakitkan. Dan kita diberi dua pilihan untuk itu. Kau mau kabur dari masa lalu, atau menghadapi masa lalumu. Jadi, kau yang mana Ayaa?" Penjelasan Yvonne sontak membuat Ayaa terpukau. Sudah sering dia dibuat takjub oleh tindakan Tuannya itu. "Anda benar, Terimakasih tuan" Jawab Ayaa. Sekarang dia bangkit, dan memberikan senyum lebar. Senyum yang cerah. Sifat asli Ayaa jika tak tertutupi traumanya mungkin Ceria, Tengil, Suka bercanda. Semoga mentalnya bisa melupakan kejadian itu.