Menjadi Budak [2]

Sudah tiga hari berlalu semenjak Yvonne berpisah dengan bawahannya. Dan sekarang Yvonne sudah berada di cabang Slave Association. Disini pusatnya perdagangan, pemeliharaan dan pelelangan budak. Tempat yang begitu besar namun tersembunyi didalam hutan. Sebagian orang yang berada disini memakai topeng. Itu demi privasi masing masing. Ada kemungkinan sejumlah besar dari mereka itu seorang bangsawan. Tentu topeng ini diperlukan untuk menyembunyikan identitas mereka. Dan juga disini ada peraturan tidak tertulis jika tak perlu mencampuri urusan orang lain, termasuk peduli terhadap budak yang sudah dibeli oleh seseorang. Jika banyak bertanya menggenai informasi pribadi, kemungkinan akan dianggap sebagai penyelidik atau pencari informasi.

Terlihat seperti rumah yang begitu besar berpagar kayu yang menjulang begitu tinggi. Didalamnya banyak ruangan seperti penjara untuk mengurung sejumah budak. Semua ruangan dibagi menjadi tiga tipe sesuai budak itu yaitu budak pekerja, budak seks, budak pejuang. Ada juga sebuah arena gladiator yang digunakan untuk melihat pertarungan budak pejuang. Disini juga ada tempat bersih sebagai tempat menjamu beberapa orang kaya. Hanya uang yang berkuasa disini.

Yvonne dan rombongan yang membawanya mulai memasuki gerbang masuk. Banyak yang berjaga disana. tak hanya manusia tapi ada juga beberapa ras lain seperti giant yang sibuk mengangkat para budak ke kandangnya. Para budak yang diangkat itu terlihat begitu kurus kering hingga nampak begitu kotor. Saat itu, Yvonne mulai dijual olehnya. Datang seorang elf pria dengan penampilan yang sederhana dan berbaju hijau polos. Anehnya elf itu menyambut rombongan Yve dengan begitu ramah. "Jadi mereka saling mengenal ya" Pikir Yve didalam benaknya. Dirinya dirantai dengan rantai besi dan dimasukkan ke jeruji besi kecil juga.

"Hahh? Cuma satu?" Teriak Elf itu kepada seseorang dari rombongan Yve yang menjadi perwakilan bicara. "Tumben kau hanya membawa satu Ian. Lalu dimana si jack? Bosmu yang bermulut bau itu" Ucap Elf itu. "Jangan meremehkan kami Victor. Walau hanya satu, tapi yang kubawa ini fisiknya begitu kuat. Dia memiliki tenaga yang besar. Bahkan saat kami menangkapnya, Jack bisa dibunuh olehnya" Ucap Ian, wakil rombongan itu. "Serius?" Bisiknya. "Jika kau tak percaya. Setelah transaksi ini selesai kau bisa buka kandangnya. Lihatlah tenaga yang dimilikinya" Saran Ian kepada Elf itu.

"Tidak. Oi kau, buka kandangnya sekarang" Perintah Victor si elf itu, dia memerintahkan seorang manusia yang berjaga untuk membuka kandang besi yang menahan Yvonne. "Ahh, jadi begitu. Tak apa, aku paham apa maksudmu kok" Pikir Yvonne. Sesaat setelah pintu dari kendang itu dibuka, Yve langsung menerjang keluar. "Hentikan" Ucap seorang penjaga yang lain sambil mengayunkan pedangnya. Saat itu juga Yvonne menggunakan kaki kanannya untuk menahan pedang itu. Tidak, dia tidak menahannya. Yve sengaja menerima serangan pedang itu untuk menghancurkan rantai yang menahan kedua kakinya.

Hanya dengan satu momen itu, Yvonne menyerang tiga penjaga sekaligus dengan tendangannya hingga terpental cukup jauh. Tentu dia tak menggunakan semua tenaganya agar penjaga itu tak terbunuh. Dia masih harus menyembunyikan kekuatannya. Dan ada seorang penjaga lagi yang menuju dirinya, Yve dengan cepat berpindah tepat dibelakangnya. Rantai yang menahan kedua tangannya, dia menggunakan itu untuk mencekik mati penjaga itu. "Hentikan" Ucap elf itu. Elf itu menjatuhkan dan mengunci tangan Yvonne. Itu sebuah ancaman dan tangannya akan dipatahkan jika bertindak lebih jauh.

"Ian, hal macam apa yang kau bawa. Ini luar biasa. Dengan otot yang kecil dan tubuh terikat, dia membuat tiga orang terluka parah dan membunuh satu orang" Teriak elf itu dengan muka kegirangan mendapatkan barang mahal. "Bukankah sudah kubilang? Enam koin emas" Tawar Ian kepada elf itu. "Tunggu, harganya terlalu-". "Enam koin emas, atau aku pergi ke tempat lain" Ucap ian menghentikan perkataan elf itu. "Ck, baiklah berikan dia uangnya" Perintah elf itu kepada bawahannya.

Ahh Ian namamu bukan? Aku bisa melihat raut wajahmu dari bawah sini. Setelah transaksi tadi aku bisa merasakannya, kau merasa begitu lega karena berhasil menjualku. Kalian begitu takut saat aku bersama kalian. Wajar sih, jika dari mata kalian, maka aku ini sebuah bom waktu. Jadi karena aku berhasil memasuki tempat ini, saatnya mengumpulkan informasi.

"Pindahkan dia ke tempat khusus" Ucap Victor si elf itu kepada bawahannya. "Tunggu, anda yakin ke tempat itu?" Tanya bawahannya. "Ohh, kau berani membantah ya?" Bentak Victor. Saat itu juga bawahannya langsung berlari sambil membawa Yvonne yang sudah dimasukkan kedalam jeruju besi kecil. Dia membawa Yvonne dengan begitu terburu buru.

Disana Yvonne diletakkan pada sebuah ruangan kumuh. Beralaskan tanah lembab yang membuatnya menjadi terasa dingin. Disana bahkan tak ada perapian. Langit langit dan tembok terbuat dari kayu yang dipoles dengan rapi. Meskipun begitu masih terlihat tak dirawat dengan benar. Ruangan kosong yang hanya diisi kayu kayu dipojokan ruang dan juga ada sebuah peti besar didekat tembok. Disana juga ada seorang budak, kotor tak terawat tapi tak terlalu kurus juga. Seorang anak lelaki dengan rambut hitam dan mata yang begitu sayu menambah kesan kesuraman pada dirinya. Budak itu berada disebuah kandang kayu yang memiliki sisi, lebar dan tinggi sebesar setengah mot (1 meter). Memang sempit tapi dia cukup beruntung karena kandang besi milik Yvonne sedikit lebih kecil darinya.

Yvonne diletakkan tepat disamping budak itu. Anehnya walau situasinya cukup mencekam, tapi budak itu hanya bersantai menanggapi semua ini. Kaki kirinya direntangkan kedepan, kaki kanan ditekuk menjadi setinggi dada, dan tangannya bergelantungan menempel di kaki kanannya. Dari tindakannya saja dia terlihat tak peduli sama sekali soal kondisinya. Dan sejak Yve berada di ruangan itu, dia dari tadi terus mengamati Yvonne tanpa terlewat sehelai rambut pun. Dan akhirnya mata mereka berdua bertemu.

"Kau ini. Apa tak bisa berhenti menatapku begitu?" Tanya Yvonne padanya. Tapi tak ada reaksi sama sekali. "Ughh, heii" Decak Yvonne yang kesal karena diabaikan. "Padahal aku sudah mengetahui jika dirinya lega dengan situasi ini. Dia juga seperti senang sekali seperti terbebas dari sesuatu. Tapi kenapa sekarang dia menatapku tanpa henti begitu" Pikir Yvonne didalam benaknya. "Kau, kenapa menjadi budak? Ahh tidak, maksudku kenapa menyamar menjadi budak?" Tanyanya kepada Yve.

Hah? Bagaimana dia bisa mengetahuinya. Apa pandangannya cukup jeli? Berarti yang tadi itu. Ahh, jadi begitu. Lumayan juga bakatnya, apa kurekrut saja nantinya? Entahlah, jika hanya sebatas ini aku tak tertarik. Akan kugali kemampuannya lebih jauh lagi.

"Pandanganmu tajam juga" Puji Yve. "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Tanya Yve. "Hmmmph. Kau memang berguling diatas tanah, tapi kepalamu tak terluka sama sekali. Tak ada bekas diseret ataupun dijambak. Rambutmu juga lurus rapi tanpa teracak, berarti kau masih baru dan bukan karena ekonomi" Penjelasannya kepada Yvonne. "Ahh sudahlah, tak ada gunanya kujelaskan lebih jauh" Sambungnya.

"Ahh, jangan kaku begitu donk" Ucap Yvonne sambil merubah posisi tubuhnya meniru anak yang berada didepannya ini. Setelah itu mereka tak saling bicara sama sekali, mereka berdua diam tanpa kata apapun. Beberapa menit kemudian, Yvonne memulai pembicaraan. "Oi" Teriaknya memanggil budak yang berada di depannya itu. "Apaa?" . "Apa kau tak bosan? Kita tak melakukan apapun disini" Tanya Yve. "Ahh, aku juga bosan sih. Baiklah akan kutanggapi celotehanmu".

"Mhmmm, kira kira apa yang akan kita bahas ya? Ahh mungkin itu, bagaimana pendapatmu soal kekaisaran ini. Kau beri pendapat bodoh juga tak masalah bagiku" Ujar Yvonne. "Bodoh? Ck ck" Decaknya. "Akan kutanggapi. Banyak kekacauan disini, pajak, pemerkosaan, kejahatan, bahkan penjualan budak. Rasanya ini sudah jadi rahasia umum. Tapi yahh, siapapun yang menderita atau mati, itu bukan urusanku. Aku tak peduli" Kata Budak itu. "Kau yakin? Termasuk keluargamu?" Tanya Yvonne. "Kau tak paham maksud dari siapapun ya?" Ucapan hinaan itu ditujukan untuk Yvonne.

"Ahh, oke okee. Jadi, siapa namamu? Rasanya tak enak jika bicara tanpa tahu nama" Tanya Yve. "Aku membenci namaku sendiri. Kau bebas memanggilku apapun. Aku lebih suka dipanggil anjing dari pada dengan namaku" Ungkapnya. Setelah mendengar hal itu, Yve diam sesaat, lalu bibirnya mulai bergerak. "Kau benar benar membenci keluar-". "Hentikan, jika kau membahas hal ini lebih lanjut. Akan kuakhiri pembicaraan ini" Bentaknya hingga menghentikan ucapan Yvonne barusan.

"Okee, kuturuti keinginanmu. Jadi mari kita kembali ke topik awal" Saran Yve padanya. Itu demi menenangkan suasana hati lawan bicaranya. "Kekaisaran ini, sebelumnya adalah kerajaan. Dulu mereka terus berperang hingga menjadi kekaisaran. Mereka terus menerus berperang demi memperluas kekuasaan. Dan tindakan itu semua dimimpin oeh korps komandan pertama". "Ohh, menakjubkan juga. Tapi banyak korban jiwa dan pemberontakan saat itu" Sambung Yvonne. "YA. Kau benar" Puji budak itu. "Lalu, bagaimana menurutmu tentang perang yang itu?" Tanya Yve.

"Ahh. The Great War, itu Namanya. Tapi banyak orang yang menyebutnya The Chaos War. Itu karena medan itu menjadi kekacauan yang begitu besar. Dante de Claudia, pangeran pertama yang penuh kharismatik, tapi itu lebih mengarah ke kekejaman. Di usia yang begitu muda dia menghabisi dan memburu semua pemberontak saat perang perluasan kekuasaan, dan itu tanpa kegagalan dalam tiap operasinya. Dan sekarang The Chaos War dipimpin olehnya. Dengan kecerdasan strategi perang dan ilmu berpedang yang mumpuni itu membuatnya menjadi begitu Tangguh saat melawan High Elf. Tapi kecamukan The Great War, perang melawan High Elf dalam empat tahun kebelakang ini begitu sengit dan masih belum terlihat hasilnya".

"Tentu bangsa High Elf merupakan bangsa yang bijaksana, di daerah mereka juga ada pohon dunia tempat puncak sihir. Ada juga air suci, biasa disebut air mata dewi Fitreya. Dante itu sering dibanjiri pujian oleh orang onang" Tegas budak itu. "Lalu bagaimana menurutmu?" Tanya Yve. "Dia hanya orang bodoh dan kolot. Aku tak tau bagian mana yang pintar darinya" Hina budak itu. "Tapi dibanding Dante, Michael dan Claudia cukup tertinggal jika dibandingkan dengannya" Ujar budak itu. Dia benar benar menjelaskan dengan begitu terperinci seolah pernah bertemu dengan Dante itu.

"Tidak kusangka, kau tau banyak hal juga" Pujian dari Yvonne itu ditujukan untuk budak itu. Tapi tak ada reaksi senang sedikitpun yang dia perlihatkan. "Biasa saja" Katanya. Saat itu Yvonne mengabaikannya juga. Mata Yve bergerak ke sekitar mengamati tembok tembok di ruangan itu. "Okee langsung saja, aku ingin kamu menjadi bawahanku. Aku akan melatih kemampuanmu nantinya jika kau mau" Tawar Yvonne. "Tidak terimakasih, aku tak mau hal yang merepotkan. Bakatku lebih unggul dalam hal bisnis. Dan aku tak ingin punya pimpinan yang tak kompeten" Katanya.

"Tuhkan, kebetulan sekali. Aku kekurangan orang yang bisa mengelola uang" Sanggah Yve. "Tidak, hidupku setelah ini lebih terjamin" Tolaknya sekali lagi. "Ahh, tidak apaa. Begitu kan? Kau sebenarnya hanya melebihkan dirimu. Kau takut akan memulai bisnis, atau lebih tepatnya mungkin memang tak bisa?" Hinaan yang dilontarkan Yvonne itu benar benar menusuk hatinya. Dia kini terpancing dengan provokasi yang sederhana itu. "Kau benar benar meremehkanku ya?" Cela budak itu padanya. "Baiklah, beri aku beberapa pertanyaan terkait bisnis, ekonomi dan sebagainya. Akan kutanggapi" Sambungnya.

Ucapanku mempan ternyata. Dia mudah diprovokasi. Entah itu karena dia tak suka dihina atau dia benar benar menyukai uang. Menurutku mungkin yang kedua. Bagaimana jika pertanyaan terkait bisnis tempat ini. Jika dia benar benar pebisnis ulung, maka dia akan memperhatikan kualitas barang yang dijual atau kepuasan konsumen. Lalu cara jual belinya, aku ingin mengujinya soal itu juga. "Bisnis penjualan budak disini dan tatacara jual belinya, bagaimana menurutmu? "

"Pertanyaan mudah, bayi yang baru lahir juga bisa menjawab itu. Menurutku lebih baik para budak disini dirawat dengan baik, dibersihkan dan diberi makanan yang layak. Itu demi meningkatkan kualitas dan harga jual mereka. Budak seks tanpa luka dan kulit yang lembut, budak pekerja dengan tenaga yang besar, budak petarung diajari Teknik pertarungan. Lalu metode penjualan yang paling kusuka itu lewat pelelangan. Aku bisa meraup keuntungan dengan pancingan dari pihakku sendiri" Penjelasannya begitu Panjang lebar. Tetapi Yve juga memahami semua ucapannya.

"Lalu bagaimana dengan hal yang ditimbulkan dari meningkatkan produk itu?" Tanya Yvonne. "Tentu ada kemungkinan para budak akan membangkang. Apalagi budak petarung. Makanya saat kita meningkatkan kualitasnya, kita juga harus memikirkan penyelesaiannya. Alat pengekang sihir yang dipasang di leher mereka. Dengan itu mereka tak akan memberontak". "Dia benar benar memikirkan semuanya, bakatnya dalam bisnis memang tak perlu diragukan lagi. Aku memerlukannya" Pikir Yve dibenaknya.

"Kau sudah dibeli oleh seorang bangsawan berpangkat tinggi bukan?" Seru Yvonne padanya. "Makanya kau begitu tenang" Imbuhnya. Menanggapi perkataan Yvonne, budak itu tersenyum begitu lebar. Pikirannya berhasil ditebak oleh Yve. "Ahahaaa. YAAA!! Itu benar" Teriaknya. "Posisiku sudah terjamin disana. Orang yang membeliku tahu tentang kecerdasanku" Ucapan itu terdengar seperti mengejek tindakan Yvonne yang mencoba merekrutnya.

"Sialan. Jangan berisik. Kalian menambah pekerjaanku" Bentak seseorang sambil menendang pintu untuk masuk. Ternyata itu seorang penjaga yang memiliki jengot hitam yang begitu lebat, di tangan kanannya dia membawa cambuk untuk menghukum para budak. Dan saat itu dia menyadari jika dua budak yang ada di depannya ini berada didalam sebuah kandang kecil. Cambuk tak bisa melukai mereka, jadi dia memasukkan kakinya diantara kandang itu untuk menendang Yvonne. Sontak dengan sigap, Yve menangkap kakinya dan memelintirnya dengan kuat hingga terbalik. Setelah itu kakinya ditarik, keseimbangan pria itu hilang hingga jatuh ke arah Yve. Setelah itu Yvonne menggunakan sihir partikel untuk memotong kandangnya sekaligus memenggal leher pria itu.

Kematian dengan cepat. Yve keluar dari kandangnya yang bagian atasnya sudah terbuka karena dipotong. Yvonne berdiri, dan mendekati budak yang tadinya bicara dengannya. "Akan kutanya untuk terakhir kalinya. Aku punya banyak koin emas. Aku butuh orang untuk mengelolanya. Apa kau mau?" Tanya Yvonne padanya. "Ehh, apa yang tadi kau lakukan di momen sesaat itu?" Tanya balik budak itu. "Sihir tanpa rapalan" Jawabnya. "Apa kau tahu? Aku tak terlalu suka dengan orang yang membeliku. Akan kupertimbangkan tawaranmu jika kau bisa melakukan ini. Hancurkan seluruh tempat ini jika kau mampu. Kini ganti aku yang mengujimu" Tawar budak itu.

"Ahh. Ternyata Cuma itu. Itu perihal mudah. Tujuanku datang kesini memang memporak porandakan semuanya" Kata Yve dengan nada yang begitu percaya diri. Sekarang dia menyeret pria yang ingin menendangnya tadi. Yve memasukkannya kedalam sebuah peti besar agar tak ketahuan. "Siapa nama pria ini?" Tanya Yve. "Entahlah" Ucap budak itu sambil menyeringai. "Aku tahu jika kau tahu. Hanya ingin duduk dan tak berniat membantu sama sekali ya? Tak masalah" Ucap Yvonne. Kini Yve mengarahkan kedua tangannya ke tubuhnya.

"Hmmm. Sihir ini yang membuatku bekerja keras akhir akhir ini. Dan sekarang waktu yang tepat untuk mencobanya" Pikir Yve di benaknya. Tubuhnya mulai bertambah tinggi dan memunculkan sebuah cahaya. Dalam momen yang singkat, tubuhnya berubah menjadi pria yang sebelumnya dia bunuh. Ini sihir penyamaran tingkat tinggi. Bahkan suara, helai rambut, bekas luka, semuanya sama persis dengan pria itu.

Mulai melangkah keluar ruangan dengan begitu santai agar tak ada yang curiga padanya. Dia berkeliling ke seluruh area itu. Mencoba mencari informasi yang mungkin akan berguna. Langit langit yang terbuat dari kayu yang terkadang meneteskan air, tembok batu yang membuat suhu menjadi dingin. Tak ada yang istimewa di lantai satu itu. Dia mulai mendekati tangga yang mengarah ke lantai diatasnya.

Disana tak banyak hal juga. Hanya ada beberapa orang yang terkadang lewat sambil membawa barang barang. Dan mereka semua mengarah ke satu tempat, kemungkinan itu Gudang. Dan saat penjaga terakhir memasuki gudang itu, dia menutup pintunya. Tak ada orang sama sekali didekat situ. Yvonne mulai memasuki gudang itu mengikutinya. Ternyata yang dia ikuti adalah seorang lycanthrope. Lican itu mulai menengok ke Yve. "Wahh Oscar, tumben kau kesini" Sapanya. "Tunggu, kenapa baumu berbed-" Kewaspadaannya sudah terlambat, dia sudah terpenggal dengan cepat hingga ucapannya terpotong. Padahal dia sudah begitu waspada terhadap perubahan bau temannya itu. "Jadi nama orang ini Oscar ya" Ucapan Yve ditujukan untuk pria yang sebelumnya.

Saat itu, Yvonne melirik kearah kotak kotak kayu yang sudah disusun dengan begitu rapi. "Wahh, ini kan" Pikirnya sambil melihat ratusan kotak itu yang ditumpuk. Saat itu tepat diatasnya adalah lantai paling atas. Lantai itu digunakan untuk berjaga dan mengamati sekitar. Dengan sihirnya, Yve melubangi tembok itu, dan meletakkan kotak itu di dekat lubang itu. Seluruh tempat ini berbentuk persegi yang begitu besar. Yvonne berkeliling sambil membawa kotak kotak kayu itu ke berbagai tempat. Dia meletakkannya ke bagian tembok yang paling luar. Dan setelah menaruh kotak kayu itu, dia tak lupa untuk melubangi temboknya. Dia melakukan itu bolak balik hingga semua ruangan yang berada paling dekat dengan sisi luar dipenuhi kotak kayu itu.

Terus berkeliling bolak balik sambil membawa sepuluh kotak sekaligus. Terkadang juga ada penjaga yang memergoki tindakannya. Tetapi Yve segera membunuh dan menyembunyikan mayatnya. "Tidak ada waktu lagi. Aku harus cepat" Pikir Yve menyemangati dirinya sendiri. Sungguh stamina yang luar biasa. Dia membawa banyak kotak itu dengan sihirnya dan berkeliling menaruhnya di tempat yang sudah dia tentukan. Setelah itu dia tak lupa melubangi tembok batu yang mengarah langsung keluar. "Semuanya sudah selesai" Ungkapnya sambil menyeka keringat yang ada di wajahnya dengan bajunya. "Nahh sekarang mumpung aku berkeringat, saatnya melakukan itu" Pikirnya.

Yvonne mulai meloncat keluar dari lubang yang dibuatnya. Dia melakukan itu sambil menyamarkan dirinya di dalam kegelapan agar tak terdeteksi oleh penjaga yang berada tepat di lantai atasnya. Dia kabur dengan diam diam. Setelah itu dia menjauhi tempat perbudakan itu dan memasuk hutan. Sudah merasa begitu jauh, Yvonne meloncat dengan tinggi dan mendarat di salah satu cabang pohon. Setelah itu dia duduk dan bersandar disana. Dia melihat rembulan yang bersinar terang, Yvonne begitu santai saat itu. Tak lama kemudian Yve mendengar suara langkah kaki yang cukup cepat. "Ada dua orang datang ya. Apa itu mereka?" Batinnya.

Tak lama kemudian Zero datang. Dia berada dibawah pohon dan menatap Yvonne yang menyamar menjadi pria garang. Setelah melihat tepat ke mata Yvonne, dia pun menundukkan kepalanya. "Apa anda baik baik saja disana tuan?" Tanya Zero sambil menghadap ke arah Slave Association. "Ya, aku baik baik saja. Padahal aku baru saja duduk, tapi kau sudah menemukanku ya" Pujian dari Yvonne ditujukan untuknya. "Tentu tuan, saya sudah mengingat bau anda" Jawabnya. "Mhmmm, aku memang belum mandi selama tiga hari ini sih. Aku cukup risih dengan itu" Katanya.

"Selamat malam tuan. Maaf saya terlambat menyambut anda tuan" Sapaan dari Ayaa. Dia juga ikut datang dari belakang Zero dan menundukkan kepalanya juga. "Tak apaa. Bagaimana dengan persiapannya?" Ucapan Yvonne langsung menuju inti pertemuan mereka. "Suku putih dan biru muda setuju untuk ikut menyerang. Mereka bersembunyi tak jauh dari sini. Setengah dari mereka juga membawa berbagai senjata seperti pedang dan cakar" Lapor Ayaa ke Yve. "Sudah kuduga jika akan ada pemanah" Sambungnya.

Setelah itu Yvonne meloncat dari cabang pohon itu. Dia mendarat tepat di depan kedua bawahannya. setelah itu Yvonne menyuruh mereka mengangkat kepalanya agar dapat berbicara seperti biasanya. "Tempat ini memiliki bentuk dasar persegi. Buat tim kecil dengan beberapa lycanthrope kuat untuk berjaga di utara di gerbang masuk mereka. Setelah itu sebarkan pemanah mengelilingi tempat ini. Suruh mereka menggunakan panah api. Aku sudah membuat sekitar serratus lubang disana, dan panah api mereka akan meledakkan kotak bubuk peledak yang sudah kususun. Lalu diserang dari berbagai sisi" Ucap Yvonne.

"Tim pertama yang berada di dekat gerbang utama akan menjadi umpan. Setelah itu mereka akan mundur. Lalu pemanah bertugas meledakkan tempat ini secara bersamaan dari berbagai arah. Setelah itu semuanya maju sekaligus dari berbagai arah" Instruksi Yve. "Lalu tuan, anda akan kemana?" Tanya Ayaa. "Tempat ini hanya memiliki dua lantai, tapi hanya ada hal tak berguna dan biasa disana. Kemungkinan tempat mereka berkumpul dan menyimpan segalanya ada dibawah tanah. Ayo kita kubur hidup hidup. Memang akan ada budak yang terluka, tapi mereka pasti bisa bertahan. Hanya ada kayu dan batu diatasnya" Ucap Yvonne.

"Tuan, anda tidak menjawab pertanyaan saya" Lirih Ayaa. "Anda akan kembali kesana bukan? Tolong jangan lakukan itu. Anda bisa ikut terkena peledak" Gerutu Ayaa. "Itu benar tuan, anda harus bersama dengan kami" Imbuh Zero. "Tak bisa, ada anggota tambahan kita disana. Aku harus bersama mereka" Jawabnya. "Huft, jadi anda akan menambah anggota baru ya. Baiklah saya percaya pada keputusan ini" Jawab Ayaa. "Terimakasih, karena kalian berdua mau mempercayaiku" Jawab Yvonne. "Jangan menyerang sebelum aku memberikan tanda yang mencolok. Sekarang, pergilah!!" Perintahnya pada mereka berdua.

"Mohon hati hati" Salam dari Zero. "Mohon anda menjaga diri" Salam dari Ayaa. Kini mereka berdua menghilang dari hadapan Yvonne. Pergi seperti debu yang tertiup angin. Bawahannya benar benar mempercayainya dengan penuh. "Kini giliranku. Semua persiapan sudah matang. Hanya perlu mencari jalan masuk ke bawah tanah" Pikirnya. Sekarang dengan kecepatannya, dia pergi menuju tempat perdagangan budak itu. Dia masuk lewat lubang tempatnya saat keluar sebelumnya. Setelah itu dia kembali menuju budak yang dia ajak bicara.

Dia memasuki ruangan budak itu dan menemukan tambahan beberapa orang disana. "Persiapanmu sudah selesai bukan? Aku cukup menyukaimu sebagai tuan dari pada 'dia'" Ucap budak berambut hitam itu pada Yvonne. Dia sudah keluardari kandangnya dan duduk diatasnya. "Dua orang ini cukup kompeten dalam beberapa hal, aku ingin membawa mereka juga" Saran budak itu. Dua orang yang duduk disampingnya. Satu berambut merah muda yang bergelombang dengan Panjang sebahu, kaki dan tangan yang seputih susu, tapi kecantikannya tertutupi oleh tanah. Dan satunya memiliki otot yang lumayan, tapi tak terlalu menonjol. Terlihat dari telapak tangannya yang terlihat keras sudah mengatakan jika dia pekerja keras. Seorang lelaki yang murah senyum, berwajah polos dan berambut biru seperti langit.

"Terserah, kalian semua mendekatlah padaku" Perintah Yvonne. Mereka benar benar menuruti calon tuannya itu. Jika Yvonne berhasil menghancurkan tempat itu, mereka bersedia bersumpah setia padanya. Yvonne mulai mengangkat kedua tangannya dan menciptakan barrier kecil yang mengelilingi mereka. Penghalang sihir berwarna oranye dan berbentuk setengah lingkaran itu berguna untuk menahan proyektil reruntuhan yang akan jatuh nantinya.

"Apa ini? Sepertinya dewa benar benar mengarahkanku pada cahaya" Ujar lelaki berwajah polos itu. "Yahh entahlah. Sepertinya benar begitu" sambung perempuan berambut merah muda itu dengan suara yang begitu lembut dan menawan. Wajahnya bisa memikat pria manapun. "Apa ini, dia seorang laki laki? Ughh tiga laki laki didekatku, ini sedikit menjengkelkan" Pikir Yvonne. "Sudah diamlah, setelah ini situasinya mulai serius Perintah Yve pada mereka semua agar diam.

Yvonne sekali lagi mulai mengarahkan tangannya keatas, dan melubangi bagian atas ruangan itu dengan sihirnya. Dia melakukannya hingga lantai teratas, setelah itu bintang dan langit mulai terlihat karena ulahnya. Dia mulai melancarkan suatu sihir keatas menuju langit langit, sihirnya seolah seperti terbakar. Lalu saat sudah mencapai ketinggian yang dia tentukan, dia meledakkan sihir itu dengan kuat. Percikan percikannya tersebar, sebuah kembang api yang dia ciptakan dengan sihirnya sendiri. Itu sebuah tanda untuk dimulainya penyerangan.

Setelah itu seluruh ruangan itu bergetar dan mulai roboh. Banyak suara ledakan yang terdengar hingga mencekik telinga. "Bangsat. Ternyata begini caramu" Teriak budak berambut hitam itu. Tapi percuma saja, teriakannya tertutupi suara gemuruh ledakan. Kini mereka mulai tertimbun oleh semua reruntuhan itu. Tapi penghalang sihir yang dipasang Yvonne itu melindungi mereka berempat. Penghalang itu mencegah bebatuan menimpa mereka.

Serang!! Teriakan keras itu terdengar dari atas. Yvonne mulai menyingkirkan reruntuhan diatasnya. "Keluarlah" Perintahnya. Mereka berempat mulai keluar dari bebatuan yang mengubur mereka. Mereka melihat ada pertempuran para lycanthrope diatas melawan penjaga yang berada di sana. "Ayaa" Teriak Yve. Setelah satu perintah itu, Ayaa mulai datang dihadapannya dan menundukkan kepalanya. "Ya? Tuanku" Ucapnya. "Amankan mereka bertiga. Merekalah yang kusebutkan" Perintahnya. "Baik" Jawabnya.

"Ohh, jadi itu ketuamu? Dasar elf lemah" Teriak seseorang disana. Ada dua eksekutif Hell Hound yang sebelumnya diceritakan Ayaa. Si adik duduk dengan kaki terbuka dan lutut ditekuk, dia duduk diatas reruntuhan memandang Yvonne yang menyamar. Sementara itu si kakak berdiri disebelahnya sambil membawa pedangnya yang dia taruh di sampingnya. Mereka berdua menatap Yvonne dari kejauhan. "Tak kusangka ketua kalian itu om om tua, kukira lebih muda" Ucap si adik.

"Kalian menambah pekerjaan saja. Mentang mentang kristal sinyal tempat ini hancur dan kami yang tercepat, bisa bisanya si tua bangka itu menyuruh kami kesini. Yahh terserahlah. Aku benci orang tua macam kalian semua" Teriak si adik itu ke Yvonne. Dia masih belum menyadari penyamarannya. "KENAPA SEMUA ORANG TUA ITU KOLOT. Mentang mentang lebih lama hidup tapi suka sok tau. Yahh terserahlah" Teriaknya sekali lagi. "Sok tahu? Aku memang tahu" Teriak Yvonne menanggapi ucapannya. Setelah itu dia membatalkan sihir penyamarannya, dan memperlihatkan wujudnya. Wujud rambut pirang yang memakai pakaian budak yang lusuh dengan tanah.

"Bukankah kau juga suka begitu? Sikap sombongmu itu keterlaluan. Padahal Cuma pecundang" Hina Yvonne padanya. "Loh, padahal Cuma budak, atau organisasimu memang sekumpulan budak?" Hina si adik itu. "Sudahlah, lebih baik kita segera melakukannya" Saran dari kakaknya. Setelah itu Yvonne menyuruh Ayaa pergi. Dan jika selesai mengamankan bawahan Yvonne yang baru, dia juga diperintahkan untuk ikut bertempur membantu yang lain. Kata Yvonne, Ayaa tak perlu mengkhawatirkannya.