Masa Kecil [2]

Sebulan telah berlalu semenjak mereka melakukan perampokan pertama mereka. Kini dua bersaudari itu menjadi sebuah bayangan gelap yang menyelimuti hutan. Mereka selalu merampok, mencuri dari orang orang yang melewati hutan itu. Perlahan lahan mereka berdua yang masih polos itu mulai terjerumus ke dalam jurang kejahatan. Saudari kembar itu terpaksa melakukan hal itu demi bertahan hidup.

Tiap melakukan aksinya di dalam hutan, mereka tak pernah terdeteksi saat mengintai korbannya. Mereka selalu bergerak tanpa diketahui. Kedua saudari itu memisahkan para korbannya agar berpencar dari kelompoknya. Karena aksinya itu, mereka mendapatkan julukan "dua hantu malam".

Dalam waktu sebulan ini juga erika selalu berolahraga. Dia berlari pagi setiap hari di dalam hutan dan dengan ditemani pepohonan. Saat melakukan aksi pencuriannya, Erika juga mendapatkan sebuah pedang besi ringan yang cukup pendek. Dia juga berlatih menebaskan pedang ratusan kali. Tapi erika sama sekali tak menunjukkan bakat khusus dalam hal berpedang. Singkatnya, dia tak berbakat. Apalagi juga dia belajar tanpa dibimbing seorang guru. Tapi dia sudah puas dengan usahanya itu karena masih bisa digunakan untuk melindungi adiknya.

Selain Erika, Miko juga berusaha keras menempa dirinya. Dia mempelajari berbagai jenis racun dari alam. Racun racun itu dia dapatkan dari binatang buas dan tumbuhan. Dia juga selalu menguji coba racunnya itu pada kelinci liar. Miko mengamati berbagai efek dari racun itu. Selain belajar tentang racun, dia juga mengikuti olahraga kakaknya. Dia terkadang ikut melakukan lari pagi bersama Erika. Itu semua dia lakukan demi melatih staminanya.

Dalam waktu satu bulan itu. Saat kedua saudari kembar itu melakukan perampokan, miko selalu menganalisis korbannya. Dia mengamati kekuatan korbannya, setelah itu dia juga memutuskan akan merampok mereka atau tidak. Jika mereka terlihat kuat, mereka tak akan melakukannya. Miko selalu merencanakan dengan tepat agar perampokan mereka berhasil tanpa harus bertempur. Karena pemikirannya itulah, mereka berdua mendapatkan julukan "dua hantu malam".

Kini, kedua saudari kembar itu juga akan melakukan aksi perampokan mereka. Mereka bersembunyi diantara pepohonan. Kegelapan dan dahan yang menjulang tinggi itu menutupi kehadiran mereka. Rasanya hutan yang gelap dan berbahaya itu sudah menjadi tempat tinggal bagi mereka.

Si dua hantu malam itu kini sedang mengamati korban selanjutnya. Sebuah party petualang yang terlihat cukup berpengalaman. Party petualang itu hanya terdiri dari tiga orang saja. Seorang wanita dan dua lelaki muda, kemungkinan umur mereka kisaran 25 tahun. Party itu terlihat cukup tangguh jika dilihat dari peralatan dan bekas luka di tubuh mereka.

Party itu mulai membuat api unggun. Mereka juga membakar sebuah daging yang disimpan didalam tas mereka. Aroma daging yang begitu memikat itu menggugah liur Miko. "Ugh, itu daging. Aku ingin makan itu. Kita sudah lama tak memakannya" Gumamnya. "Iya iyaa, kau buat rencana saja seperti biasanya. Nanti kita ambil dagingnya juga" Tegas Erika.

Kedua saudari kembar itu duduk di dahan pohon yang cukup tinggi. Miko mengayun ayunkan kakinya dengan begitu santai. Dia melakukan itu sambil mengamati party petualang itu dari jauh. "Sebentar kak, biar kupikir dulu" Bisik Miko. "Iyaa tak apa, aku siap kapanpun untuk melakukan rencanamu" Jawab Erika pada adiknya.

Yahh akan kuamati seperti biasanya. Bersabarlah diriku, walau mereka terlihat kuat tetapi aku pasti bisa melakukan ini.

Pria berjenggot itu, pergelangan tangannya terlihat belang karena cahaya matahari. Berarti di pergelangan tangannya yang lebih cerah itu biasanya tertutupi oleh sesuatu. Perisai di tangan? Kemungkinan seperti itu sih. Tubuhnya juga terlihat kuat untuk menahan gempuran serangan. Apalagi kakinya itu, terlihat seperti bangunan yang kokoh. Jadi posisi om ini didalam itu menjadi seorang tanker.

Lalu pria yang sedang menyalakan api unggun itu. Telapak tangannya terlihat seperti sering memegang suatu benda. Pedang atau panah? Kita amati dulu keduanya telapak tangannya. Nahh, dugaanku benar, dia seorang swordman. Kedua telapak tangannya kapalan, berarti dia sudah sering memegang pedang. Gagasanku ini juga diperkuat oleh kakinya yang terlihat sering berlari itu. Berarti kecepatan dan staminanya lumayan kuat.

Aku dan kakakku jelas tak bisa melawan mereka secara langsung. Tapi kami masih memiliki kemungkinan menang jika aku bisa membuat rencana yang mumpuni.

Sekarang yang terakhir yaitu wanita itu. Tadi dia ada disini. Loh, dia ada dimana. Aku yakin jika tadi dia bersama dengan mereka. Ughh, tunggu sebentar. Perlahan lahan saja miko, amati sekitar dulu. Di dekat tas mereka, dia tidak ada, hanya ada sebuah busur disana. Didekat api unggun juga tidak ada. Tunggu, busur?

Ini gawat. Jika dua orang tadi itu spesialis jarak dekat, tak mungkin mereka akan menggunakan busur. Berarti wanita tadi itu seorang pemanah. Seorang pemanah berarti memiliki penglihatan yang tajam. Dan dengan dua pisau yang dia letakkan di pahanya saat kuamati sebelumnya, kemungkinan juga dia seseorang assasin yang bisa menyembunyikan keberadaannya.

Ini benar benar gawat, jika pemikiranku benar. Jika dugaanku benar, maka posisinya sekarang ada di...

"Yo, bocah. Kamu melamun kenapa. Apa kamu? Mencariku?" Sapa seorang wanita. Dialah yang dari tadi dicari cari oleh Miko. Wanita itu berdiri dengan tegas diatas dahan pohon dan tepat di samping si kembar itu. Wanita itu menatap mereka dengan tatapan yang begitu hina dan merendahkan.

Satu tendangan dengan kaki kanan wanita itu mengenai si kembar. Karena tendangannya, kini mereka terjatuh bebas tanpa pertahanan sedikitpun menuju tanah. Tapi di momen yang begitu singkat, terjadi suatu hal. Erika menarik lengan adiknya sendiri menuju dirinya. Lalu erika memeluk Miko dari belakang. Dia memeluknya dengan begitu erat. Erika mengorbankan dirinya sendiri agar Miko tak teruka terlalu parah. Setelah itu mereka berdua terjatuh menghujam tanah, dan akhirnya pingsan.

Wanita itu meloncat dari atas dahan pohon. Dia memegang masing masing kaki dari si kembar itu. Lalu wanita itu menyeret mereka menuju kelompoknya. "Aria, apa yang kau bawa itu" Tanya seorang swordman didalam partynya. Kemungkinan dia juga pemimpin dari party itu. "Sepertinya mereka yang disebut si hantu malam atau apalah" Jawab Aria.

"Jadi Rick, mereka akan kau apakah?" Tanya Aria. "Letakkan saja di dekat api unggun, nanti akan ku urus" Perintahnya. Lalu aria menurutinya untuk meletakkan si kembar yang pingsan itu di dekat api unggun yang berkobar membara. "Padahal masih bocah, tapi bisa bisanya merampok" Gumam si Rick, pemimpin dari party petualang itu.

Ughh. Apa ini. Rasanya begitu gelap dan memuakkan.

Perlahan lahan, Erika mulai membuka matanya. Rasanya penglihatannya menjadi begitu samar samar. Segala yang berada di depannya terlihat begitu tak jelas. Namun perlahan lahan penglihatannya menjadi lebih jernih. Dia menyadari jika ada tiga orang yang duduk di api unggun yang sedang menatapnya. Merekalah para party petualang itu.

Saat itu dia juga menyadari jika tangannya diikat dan digantungkan ke dahan pohon. Dia berpikir seperti itu karena posisinya cukup tinggi, lalu tangannya terasa seperti tertahan oleh sesuatu.

Perlahan lahan, matanya berkeliling mengamati sekitarnya. Dan saat itu jugalah dia menyadari jika Miko diikat tepat disampingnya. Dengan wajah yang memar, hidung yang mimisan, dan mulut yang sedikit mengeluarkan darah. Miko terlihat begitu mengenaskan. "Kak, apa kau sudah sadar ?" Tanya Miko dengan terbata bata. Seketika wajah Erika menjadi pucat dan lemas, setelah itu dia berteriak membentak para petualang yang menahan itu. Dia terlihat seperti anjing yang menggonggong.

Dalam sekejap tatapan matanya langsung berpindah menuju para petualang itu. "Saialan kal-" Teriakan Erika terhenti karena pemimpin party itu sudah melayangkan satu pukulan ke wajahnya. Setelah itu dia dipukul beberapa kali pada perutnya. Pukulan darinya tak terlalu kuat, tapi bagi anak seusia mereka itu cukup sakit. Bahkan mungkin terlalu sakit karena saat itu Erika memuntahkan isi perutnya karena pukulan itu.

"Kau berisik sekali ya" Hina Rick sambil berhenti melayangkan pukulannya. Sekarang dia membalikkan badannya. Rick berjalan menuju tas besar miliknya yang tergeletak di dekat temannya. Tangannya menjelajahi tas itu, dia sepertinya mencari cari sesuatu. Tak lama kemudian, tangannya keluar dari dalam tas sambil menggenggam sebuah belati. Kini dia berjalan mendekati Miko dengan tatapan yang begitu garang.

Dia mengangkat tangannya begitu tinggi, dia bersiap untuk menebas Miko dengan pisaunya itu. "Jangan! Berhenti!" Teriakan keras dari Erika menghentikan serangannya yang hampir mengenai Miko. "Kumohon, jangan sakiti dia. Lebih baik kau lampiaskan saja padaku". Saat itu Erika begitu memohon agar adiknya tak disakiti olehnya.

"Sungguh persaudaraan yang mengharukan" Puji Rick pada mereka berdua. "Bukankah sudah kubilang. Anak ini bahkan mengorbankan tubuhnya sendiri untuk melindungi adiknya. Itu tadi dia lakukan saat kutendang" Tegas Aria. "Baiklah begini saja, akan kubebaskan kalian berdua jika kau mau memakan ini" Perintah Rick.

"Apapun itu, apapun akan kulakukan" Kata Erika dengan terbata bata. Setelah itu Rick menebaskan pisaunya untuk memotong tali yang mengikat Erika. Kini dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Tak lupa dia juga mengambil sebuah wadah besar dan memasukkannya ke wadah itu.

"Ini makanan babi, jika kau menghabiskannya tanpa sisa maka kalian berdua akan kubebaskan" Perintah Rick. "Lalu ditambah sedikit bumbu" Katanya sambil menambahkan segumpalan cacing ke dalam makanan babi itu. Dia mengaduk aduknya dengan ranting pohon agar tercampur rata. "Habiskan hingga tak bersisa" Perintah Rick pada Erika.

Setelah itu dia meletakkan sewadah barang menjijikkan itu ke atas tanah. Erika mendekati makanan tak layak itu dengan perlahan. Dia mampu melakukan apapun demi keselamatan adiknya. Dia duduk beralaskan tanah dan mengangkat sewadah makanan babi yang dicampur cacing itu. Dia meletakkannya di pangkuan kakinya.

Setelah itu tangannya sudah memegang hal menjijikkan itu. Dia sudah siap dan mengambil sesuap. Saat makanan itu hampir menyentuk mulutnya, tindakannya terhenti karena sesuatu. "Jika kau memakannya, maka aku takkan menganggapmu kakakku. Jadi, jangan melakukannya" Gumam Miko. Ucapannya itu menghentikan tindakan tak etis yang akan dilakukan Erika.

"Baiklah, akan kuturuti permintaanmu" Tegas Erika. "Maafkan aku karena membuatmu dalam bahaya" Ucapnya sambil menatap adiknya dengan tatapan yang penuh kasih sayang. "Jadi itu pilihanmu ya, baiklah akan kutanggapi" Bentak Rick. "Kalian itu memang benar benar bajingan. Pergilah!!" Teriak Miko.

Saat pisau si Rick hampir mengenai Erika, dia tiba tiba menghilang. Tak hanya Rick, tapi satu party petualang itu juga menghilang entah kemana. Mereka seolah tak pernah ada di tempat itu. Dan seolah sudah tahu semuanya, Erika berdiri dan mengambil sebuah pisau. Dia menggunakan pisau itu untuk membebaskan adiknya dari ikatan.

Kini Erika menopang tubuh adiknya yang kesusahan berjalan. Mereka duduk diatas kayu sambil menghadap ke api unggun. Erika mencari cari ramuan penyembuh didalam tas besar milik mereka. Dan hal itu berhasil ditemukannya. Dia menggunakan beberapa ramuan itu untuk mennyembuhkan dirinya dan adiknya.

"Apa menurutmu aku ini beban?" Tanya Miko ke kakaknya. "Tidak, kau bukan beban" Tegasnya. Mereka saat itu juga memakan daging bakar milik party petualang itu. Mereka hanya makan sambil menatap api unggun. Tak ada obrolan diantara mereka setelah itu, hanya ada keheningan semata.

"Kau bukan beban, kau sudah sering menyelamatkan kita dari bahaya" Ucapan Erika itu memecahkan keheningan diantara mereka. "Tadi kulihat tepat dibawah kaki mereka semua, disana muncul lubang aneh. Mungkin itu lubang teleportasi" Sanggah Erika. "Sebelumnya saat dikejar prajurit karena sebuah kain juga. Saat itu, kau tak sengaja mengaktikan sihirmu sehingga kita selamat. Begitulah menurutku" Sambungnya.

"Ahh, ternyata aku seorang penyihir ya. Tak pernah kusangka" Ujar Miko. "Tak apa, kan kau memang baru menyadarinya" Ucap Erika. "Ayo segera habiskan dagingnya. Setelah itu kita pergi dari tempat ini. Aku tak suka suasananya" Ajak Erika. "Okee" Respon Miko dengan senyum yang begitu cerah. Senyum cantik itu ditujukan untuk idolanya, yaitu kakaknya.

Kejadian mengerikan itu membuat Miko menyadari potensinya sebagai penyihir. Hanya saja dia seorang penyihir yang cacat. Seorang UN hanya bisa menggunakan satu jenis sihir, tak lebih. Mereka selalu disebut penyihir yang gagal. Tapi Miko selalu menempa dirinya dengan kekuatan baru yang dia dapatkan itu. Hanya dengan mengatakan "Portal" Maka dia bisa membuat lubang teleportasi.

Sama seperti Miko yang menempa dirinya, Erika juga melatih dirinya. Dia menebaskan pedang ribuan kali tiap hari. Walau tak berbakat, dedikasi untuk melindungi adiknya itu bisa dirasakan. Perlahan lahan dia mulai menjadi lebih lihai dalam melakukan gerakan berpedang. Dirinya masih penuh celah karena dia tak memiliki bakat maupun guru yang membimbingnya.

Walau masing masing memiliki banyak kekurangan, tapi mereka saling menutupi kekurangannya itu. Mereka saling melindungi dan bertarung bersama. Satu, dua, tiga, sepuluh bahkan seratus lawan selalu mereka hadapi bersama sama. Mereka menjadi tak terkalahkan dalam dua tahun itu.

Umur mereka sudah mencapai delapan tahun, namun mereka sudah berkembang cukup jauh di jurang kejahatan. Mereka tetap melakukan pekerjaan kotornya itu hingga direkrut untuk masuk kedalam sebuah organisasi. Hell Hound, organisasi kriminal terbesar yang ada didalam Kekaisaran Claudia.

Saat memasuki organisasi itu, mereka melupakan identitasnya. Mereka mendapatkan nama baru yaitu 012 dan 013. Disana mereka mendapatkan pengalaman yang jauh lebih baik. Mereka dilatih dan mendapatkan fasilitas yang begitu nyaman. Disana Erika mendapatkan sebuah pedang yang begitu tajam. Sementara Miko meneliti tentang sihirnya sendiri.

Siang malam tak ada hentinya dia melakukan riset. Dia berkeliling dan membaca seluruh perpustakaan milik Hell Hound, tapi disana tak ada yang membuatnya begitu puas. Dia juga akhirnya mendapatkan karunia dewa, yaitu darah suci para dewa. Dia juga menyadari jika dirinya ternyata seorang Atreya yang memiliki bakat ingatan yang detail.

Selama setahun penuh dia mendedikasikan dirinya untuk meneliti sihirnya sendiri. Tetapi dia mencapai jalan buntu, singkatnya dia tak berkembang. Dan setelah dia menyadari bakat ingatannya, dia pergi menjelajah dengan kakaknya. Portal sihir teleportasi miliknya membuatnya menjadi mudah berpergian kemana mana. Walau mereka berdua diberi misi, mereka bisa dengan cepat untuk sampai ke markas atau ke tempat tujuan mereka.

Lalu akhirnya Miko menemukan sesuatu yang dia cari. Dia memasuki ke wilayah para High Elf. Masuk tanpa izin dan tanpa diketahui siapapun kedalam perpustakaan mereka. Rasanya mereka itu ras yang sudah melihat banyak kejadian bersejarah. Didalam perpustakaan mereka juga semua pertanyaan bisa terjawab. Dan disana dia menemukan suatu hal yang menarik, yaitu buku tentang sihir dan imajinasi.

Buku yang sudah usang dan kotor itu dicurinya. Kemungkinan buku itu sudah berumur ribuan tahun didalam perpustakaan itu. Buku yang sangat usang, tanda tak terlihat oleh para High Elf. Disana dia mendapatkan sebuah pencerahan. Akhirnya dia kembali meneliti sihirnya. Dan tiga bulan kemudian dia sudah berhasil mengaktifkan sihir tanpa rapalan mantra.

Erika juga tak tertinggal oleh kemajuan adiknya. Dia mendapatkan sebuah ilmu. Dia mendapat ilmu trik berkomunikasi dengan siapapun dan ilmu tentang seni penyamaran tingkat tinggi. Dia mendapatkan hal itu dengan mengasah diri selama dua tahun didalam Hell Hound.

Bakat ingatan dan portal sihir milik Miko, lalu ilmu komunikasi dan penyamaran dari Erika itu membuat mereka berdua menjadi penyelidik terbaik didalam Hell Hound. Selama dua tahun didalam organisasi itu membuat mereka tumbuh dan berkembang begitu pesat. Walau masing masing begitu lemah, tetapi jika bersama menjadi begitu kuat.

Umur 12 tahun, mereka sudah menjadi eksekutif di Organisasi itu. Dan akhir akhir ini mereka mendapatkan misi mencari sebuah target. Target mereka begitu cerdas dan kuat. Dia bahkan tak meninggalkan sedikitpun petunjuk untuk mereka. Lalu, saat mereka ditugaskan untuk membantu Slave Association.

Dari sana akhirnya tikus cerdas yang mereka cari akhirnya mereka temukan. Yvonne namanya. Dia begitu tangguh, kuat, cepat dan berkharisma. Dia bisa dengan mudah menghancurkan salah satu cabang Slave Association yang begitu besar. Mereka bahkan takjub karena dia bisa menggerakkan dua suku Licanthrope sekaligus. Padahal Ras Licanthrope itu terkenal buas dan beringas.

Dan dalam pertarungan melawan Yvonne, mereka terpojok karena dia begitu kuat. Saat itu, Miko mengajak kakaknya untuk melakukan suatu hal yang menarik. "Kak, bagaimana jika kita bersumpah dan berjalan dibelakang orang itu? Dia begitu cerdas dan mempesona, dia pasti bisa membimbing kita menjadi jauh lebih baik" Ajak Miko.

Batu besar yang roboh menimpa mereka itu ditahan oleh Erika. Dia menahannya dengan begitu susah payah. Apalagi lawannya sedang berjalan menuju dirinya dengan membawa sebuah tombak, tapi adiknya memberikan penawaran seperti itu. Tentu itu hal yang menarik baginya. Mereka berdua bisa tetap hidup selama ini karena keputusan yang dibuat oleh Miko.

"Ya, aku setuju" Tegasnya. "Yaampun, langsung dijawab ya" Goda Miko ke kakaknya. "Baiklah aku keluar dulu" Ucapnya sambil berjalan dengan susah payah keluar dari batu besar yang roboh itu. Setelah keluar, Erika melepaskan batu itu dan akhirnya berdiri di samping Miko. Disitu mereka berdua terbaring lemas.

Menyadari tak ada lagi perlawanan yang ditunjukkan oleh mereka. Yvonne menyeret tombak panjangnya itu, Yve berjalan dengan begitu anggun dan dingin ke arah mereka. Saat sudah dekat, dia memberikan suatu penawaran. "Kalian berdua, apa mau menjadi bawahanku?" Ajaknya. Perkataannya itu sudah ditunggu oleh kedua saudari kembar itu.

Setelah mendapatkan tuan baru, mereka berdua dibuat takjub olehnya. Dihadapkan dengan iblis yang begitu kuat, Yvonne malah menolong mereka berdua. Yve bahkan menolong Ayaa yang dicekik iblis itu. "Bagaimana kak?" Tanya Miko ke kakaknya. "Kau tak salah. Jika begini dia pasti akan memperlakukan kita dengan baik" Respon Erika. Mereka berdua tak menyesal akan melayani Yve.

Saat itu mereka semua tak sadarkan diri, terutama Yvonne, dia terluka begitu parah karena melawan iblis itu. Dan saat sudah siuman terlebih dulu dari semua orang yang ada disana, si kembar itu duduk da menjaga Yvonne yang tergeletak lemas.

Setelah itu ada seorang elf berambut hitam panjang yang mendekati mereka berdua. "Karena kalian sudah menjaga tuanku yang terluka, aku takkan mempermasalahkan sikap kalian" Ucap Ayaa pada mereka berdua. Ayaa mulai mengendong Yvonne dengan gendongan tuan putri. Dia mulai berdiri dan bersiap untuk kembali. "Terimakasih" Kata Ayaa para mereka berdua.

"Tunggu" Teriak Miko. "Kami berdua juga ingin melayaninya" Katanya. "Baiklah, pastikan kalian berguna. Dan jangan mencoba berpikir untuk berkhianat" Tegas Ayaa.

"Sampaikan juga permintaan terimakasihku untuk gadis pirang itu" Sanggah seseorang. Saat itu ada seorang Licanthrope dari suku biru muda yang mendekati mereka. Dialah perwakilan sementara dari suku itu. "Dia sudah berjasa begitu besar karena membantu membebaskan saudara kami yang ditawan" Papar Lican itu. "Kami memang liar, tetapi kami takkan melupakan jasa seseorang. Sampai nanti" Salam perpisahan darinya.

"Semua pasukan, berkumpul" Teriak Pimpinan sementara licanthrope itu. "Kita pulang, kembali menuju hutan" Perintahnya. Setelah itu para lican berlarian menuju satu arah. Mereka menuju hutan, tempat mereka tinggal. Perang kecil melawan Hell Hound ini sudah selesai. Pemenangnya juga sudah ditentukan.

Zero juga ikut berkumpul dengan Ayaa dan si kembar. Di belakang Zero juga ada beberapa orang yang mengikutinya. Mereka adalah tiga orang budak yang sudah direkrut Yvonne. "Baiklah, bersiaplah. Aku hanya mampu membuat portal dalam waktu sepuluh detik. Jadi nanti kalian harus cepat masuk" Tegas Ayaa.

Ayaa mulai merentangkan tangannya, dia mulai memfokuskan dirinya untuk membentuk portal teleportasi. Perlahan lahan portal itu mulai terbentuk. Yang pertama kali masuk ke dalamnya itu Zero dengan diikuti tiga budak itu, lalu si kembar mengikuti masuk dan diakhiri oleh Ayaa. mereka semua masuk dengan cepat. Dan kini, mereka sudah sampai di depan mansion.

"yo" Sapa Dean pada mereka semua. "Disini kondisinya baik baik saja. Aku menjaganya dengan baik loh" Pujinya pada dirinya sendiri. Lalu Dean melihat Yvonne yang pingsan dan terbaring lemas di gendongan Ayaa. "Yve kenapa?" Tanya Dean dengan muka keheranan. Dia begitu terkejut jika orang sekuat dirinya bisa seperti itu. "Tadi ada iblis yang muncul, lalu Tuan Isabelle melawannya demi menyelamatkan kami" Jawab Ayaa. "Ohh" Respon singkat Dean. Tapi kini dia menyadari suatu hal yang salah. "Tunggu, iblis? Tak kusangka makhluk sekuat mereka dia lawan" Ungkapnya dengan wajah terkejut dan kagum.

"Yasudahlah, kita bahas nanti saja. Kami semua lelah ingin beristirahat" Papar Zero. "Tentu tentu, lalu mereka ini siapa?" Tanya Dean sambil melihat kearah para budak da sikembar. "Oi, kami lelah. Yaampun kau ini, setidaknya biarkan kami masuk mansion terlebih dulu" Gerutu Ayaa sambil menjewer telinga Dean. "Iyaa deh iyaa" Kata Dean. "Kalian pergi saja ke lantai satu, disana banyak kamar yang tersedia. Pilih saja sesuka hati" Ungkap Dean sambil mempersilahkan mereka masuk. "Bawahan baru kah?" Pikirnya sambil menatap mereka semua.

Erika dan Miko memasuki kamar milik mereka. Mereka lebih memilih untuk tinggal satu kamar dan tidur satu kasur. Tanpa ragu ragu, Miko langsung melompat ke ranjang empuk itu. "Ahh, lelah sekali. Banyak hal yang telah terjadi" Gumamnya. "Iyaa, kali ini ayo kita menjadi lebih baik" Ajak Erika. "Tentu. Selama ini kita selalu bertemu orang yang salah, tapi kali ini kita bertemu orang yang benar" Ungkap Miko.

Malam itu, mereka tidur dengan saling berpelukan. Selimut yang lembut dan kasur yang empuk membuat tidur mereka begitu nyenyak. Mereka tidur dengan berpikir seolah itu tak masalah, padahal besok mereka akan menghadapi kebencian yang mereka ciptakan sendiri.

Hari sudah siang, Yvonne belum juga sadar sejak kemarin. Namun Ayaa tetap merawatnya dengan sepenuh hati. Zero, para budak dan si kembar juga bergantian mengecek kondisinya. Namun kondisi Yve tak membuat produktifitas mereka semua terhambat. Mereka membersihkan seisi mansion, merawat tanaman dan mengambil hadiah yang diberikan oleh dua suku licanthrope.

Pada saat itu, Miko berkeliling mansion dengan begitu santai. Dia menemukan sebuah ruangan yang menarik baginya. Perpustakaan besar yang isinya masih begitu kosong. Disana hanya satu rak saja yang berisi buku. Buku itu berisi bahasa aneh yang disebut bahasa inggris. Seharian penuh Miko membaca buku itu, dalam waktu yang sebentar dia sudah mengingat semua isinya.

"Menakjubkan bukan?" Tanya Dean yang muncul entah dari mana. Dia berjalan mendekati Miko yang membaca banyak buku di perpustakaan itu. "Iyaa, buku ini sungguh menakjubkan" Ungkap Miko. "Tidak tidak, kau tak menangkap ucapanku. Maksudku itu Yvonne. Dia menulis buku ini dengan cara menulis empat buku bersamaan sekaligus" Papar Dean dengan wajah yang begitu kagum.

"Dia bisa membagi otaknya untuk bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Sungguh kemampuan yang mengerikan. Dia seperti orang gila, gila dalam artian positif yang mengambarkan kemampuannya" Tegas Dean. "Iyaa, aku paham kok" Jawab Miko. "Aku memang berasal dari Hell Hound, tapi beliau masih mau menerimaku. Aku beruntung" Sambungnya.

"Ohh, jadi kau dari organisasi itu ya? Apa pangkatmu?" Tanya Dean sambil mulai memandang Miko dengan tatapan yang begitu tajam. "Eksekutif" Jawab Miko dengan begitu singkat. "Ahh, jadi begitu" Ketus Dean. Wajahnya saat itu terlihat begitu sedih dan kecewa. Dia mulai berjalan menjauh sambil mengatakan "Aku sudah paham".

Apa ini, kenapa atmosfernya terasa berat. Apa Dwarf tadi menyimpan dendam kepada kami? Kemungkinan besar sih iyaa. Aku harus segera mendiskusikannya ke kakakku. Kami harus menyelesaikan masalah yang kami buat sendiri. Tak perlu melibatkan Tuan Yve.

Lalu pada hari saat Yvonne sadar, perkiraan Miko benar benar menjadi kenyataan. Disana dia melihan Dean yang meluapkan kekesalannya. Dia tak terima jika Miko dan Erika diterima masuk oleh Yvonne kedalam Assailant. Kebencian yang begitu besar itu ditujukan padanya dan kakaknya. Entah dari mana kebencian itu berasal.

Saat itu Nino pergi ke kamarnya, dia mencoba mencari kakaknya. Tapi dia tak ada disana, dia akhirnya berkeliling di sekeliling mansion. Akhirnya Nino menemukan kakaknya, Riella saat itu sedang memberi makan beberapa hewan ternak. "Iyaa Nino? Kenapa kau terlihat cemas begitu. Apa ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan?" Tanya Riella sambil memberi makan rusa dengan beberapa helai daun.

Didalam kandang itu Nino menceritakan semuanya ke kakaknya. Dia bercerita dengan begitu resah dan cemas. "Tak apaa. Aku sebelumnya memang berniat menemuimu untuk menyelesaikan masalah ini" Tegas Riella. "Kalau begitu, ayo selesaikan ini dengan cara kita dulu" Ajak Nino pada kakaknya. "Tentu".

Setelah memberi makan rusa rusa itu, mereka berdua pergi meninggalkan kandang. Mereka tak terlalu tergesa gesa karena mereka begitu yakin bisa menyelesaikan masalah ini. Riella Nino memasuki hutan cukup jauh dan meneriakkan nama seseorang. "Zeroo. Oi." Teriak Nino. Tapi Zero tak kunjung muncul. "Apa ini tak bekerja?" Tanya Riella pada adiknya. "Tidak, ini pasti bekerja. Dia seorang Licanthrope, jadi pasti pendengarannya tajam" Paparnya.

Tak lama kemudian dari rumbunan ranting dan dedaunan, disana muncul seseorang yang berlari dengan begitu cepat menuju si kembar. "Ada apa?' Tanya Zero yang sedang berdiri diatas pohon. Dia menatap mereka berdua dan muncul dengan begitu kerennya.

"Langsung saja tak perlu basa basi, toh kita sudah jadi rekan. Apa kau tahu suatu hal yang membuat Dean begitu membenci kami" Tanya Nino. "Saat 1000 Hell Hound menyerang pinggiran kerajaan Funisia. Saat itu ayahnya yang seorang pandai besi diculik oleh kalian (Hell Hound)." Tuturnya. "Hanya itu saja yang bisa kukatakan, aku sedang sibuk berburu dan berpatroli" Tegasnya.

"Iyaa, terimakasih sudah mau membantu" Jawab Nino. "Terimakasih" Jawab Riella. "Ya. Sama sama" Responnya sambil menunjukkan punggungnya dan kembali pergi.

Malam purnama telah tiba. Saat itu semuanya sudah selesai makan malam. Hari juga telah begitu larut. Kemungkinan semua orang di mansion sudah tertidur. Saat itu Yvonne masih terjaga di kamarnya, ada juga Ayaa yang menemaninya berbicara hingga larut malam. Yve sedang duduk santai diatas kasurnya sambil menemani Violette yang tertidur manis.

"Jadi Tuan Isabelle, Anda akan melakukan apa untuk menyelesaikan persoalan Dean? Dia pasti akan mogok kerja jika terus seperti ini" Kata Ayaa sambil memasukkan sebuah kue ke mulutnya. "Kau ini bicara apa. Aku memang bersiap untuk menyelesaikannya kok" Tegasnya. "Tapi ternyata Nino itu Atreya yang memiliki bakat ingatan. Dan dengan itu masalahnya sudah selesai dengan sendirinya" Tegasnya.

"Sudahlah, aku ingin mandi saja" Papar Yvonne. "Mau saya siapkan air hangat?" Sanggah Ayaa. "Tak perlu, aku ingin mandi air dingin di sungai" Kata Yve sambil mulai membuka portal teleportasi menuju sungai. Saat mendengar perkataan tuannya, Ayaa menjadi cukup cemberut karena dia berpikir jika dirinya tak berguna.

"Kau juga bisa ikut untuk menjagaku kok" Ajak Yve. Wajah Ayaa yang terlihat kusam mulai bersinar seperti mentari. Dia begitu kegirangan hanya dengan beberapa kata yang diucapkan Tuannya.

Saat sudah sampai di sungai, Yve mulai melepaskan pakaiannya dan melipatnya agar rapi. "Mau ikut masuk?" Ajak Yve. "Tidak, saya tak kuat menahan rasa dingin yang menusuk. Lagipula saya memiliki kewajiban untuk menjaga Anda saat ini bukan? Jadi saya akan berdiri disini sambil mengawasi sekitar" Ungkapnya.

"Lagipula orang aneh mana yang hobi berendam air dingin di sungai saat malam hari" Goda Ayaa padanya. "Yakan? Iyaa. Iyaa itu sangat benar sekali. Karena besok kau mau pergi dariku, makanya kau jadi cukup usil ya" Cibir Yve sambil tersenyum ramah padanya. "Ehehee" Tawanya.

Tak lama kemudian Yvonne merasakan sesuatu. Dia merasakan ada seseorang yang melewati Barrier buatannya yang melindungi mansion. "Tuhkan, aku merasakan mereka. Riella, Nino dan Dean sudah berbaikan. Mereka pasti pergi mencari Ayahnya. Dean pasti mau melakukan itu setelah dibujuk oleh si kembar itu" Paparnya.

"Yahh mereka bertiga pergi diam diam sih tanpa pamit ke anda" Sahut Ayaa. "Biarkan saja. Itu pasti karena si kembar el nino tak ingin melibatkanku. Mereka pasti ingin menyelesaikan masalah yang mereka buat sendiri" Tegasnya. "el nino? Panggilan macam apa itu tuan?" Tanya Ayaa dengan sedikit tawa kecil. "Yahh di dunia lamaku itu artinya bencana. Jika merek berpisah, mereka bukanlah apa apa. Tapi jika bersama, menjadi sebuah bencana" Paparnya.

Setelah semua obrolan itu, Ayaa menjadi cukup resah. "Apa ini tak berbahaya? Maksudku bukan untuk anda, tapi untuk mereka" Tanyanya. "Tak apa, mereka pasti percaya diri bisa melakukannya sendiri. Jadi biarkan saja" Jawabnya. Selang beberapa detik kemudian, Yvonne melanjutkan perkataannya. "Kecuali ada sesuatu yang begitu berbahaya, mereka pasti menghubungiku bukan?".