"Yaampun, ini benar benar segar" Ucap Yvonne. Dia saat itu sedang berendam di sungai. Dia membersihkan dirinya saat itu, padahal saat itu sudah tengah malam, hari begitu larut. Anehnya Yvonne memiliki kebiasaan berendam di malam hari dengan air dingin. Baginya itu bisa meredakan lelah.
"Tuan, Anda sudah berendam selama 20 menit. Apa Anda benar benar tak kedinginan?" Tanya Ayaa yang sedang berdiri di belakang Yvonne. Ayaa saat itu hanya menjaga Tuannya Yvonne, dia tak ingin ikut berendam juga. "Kenapa memangnya? Ini seru kok. Melihat bulan dan mengamati jutaan bintang di langit. Apalagi jika ditemani dengan kopi panas" Ungkap Yvonne.
"Apa perlu saya buatkan kopi sekarang?" Ayaa menawarkan diri untuk membuat kopi. "Tidak, tidak perlu repot repot. Aku lebih senang jika kau ikut berendam bersamaku" Ajak Yvonne.
"Tidak perlu, terimakasih" Ungkap Ayaa dengan penuh ketegasan menolak tawaran Tuannya. "Yaampun, kaku sekali. Ayolah, ini tidak dingin kok" Bujuk Yve.
Ayaa mencoba menolak tuannya yang memaksanya ikut berendam. Tapi Yvonne masih keras kepala mengajaknya. Dan akhirnya dia mencoba memasukkan sedikit ujung kakinya ke dalam air sungai. "Tunggu, apanya yang tidak dingin. Ini benar benar dingin" Tegas Ayaa.
Ayaa benar benar tertipu oleh tuannya. Entah dia tertipu atau bagi Yvonne air sungai saat itu tak dingin sama sekali, hanya sekedar segar. Mungkin seperti itu.
Saat itu Yvonne berdiri dan membalikkan badannya. Air sungai itu hanya setinggi pusar Yvonne. Kini mereka berdua saling bertatapan. Lalu Yvonne melakukan hal yang diluar dugaan. Dia menendang air sungai hingga semua cipratannya membasahi Ayaa. Tubuhnya begitu basah sekarang. Ayaa begitu mengigil kedinginan seperti burung yang terkena flu.
"T-tunggu tuan. Apaa maksudnya ini" Bisiknya sambil menahan suhu dingin yang menusuk tubuhnya. "Ahaa, itu balasan dari hinaanmu tadi. Sekarang kita impas" Ejek Yve sambil menunjuk Ayaa. Mereka benar benar menikmati waktu mereka, tapi tak lama lagi bencana besar akan segera melanda.
Dari kejauhan, muncullah Nino. Nino berjalan menuju mereka berdua. Saat itu tubuhnya trlihat memar memar dan berkeringat. Dia terlihat seperti baru saja melakukan hal besar.
"Tuan, mohon bantuannya" Ungkap Nino dengan tergesa gesa. "Sebenarnya aku, kakak dan Dean pergi tanp-" Ucapan Nino terhenti. "Aku sudah tahu kok. Langsung ke intinya saja" Suruh Yvonne.
Nino langsung memahami jika sebenarnya Yvonne membiarkan mereka pergi tanpa izin. Lalu setelah itu dia menceritakan akar permasalahannya. "Kami sudah berhasil menyelamatkan ayah dari Dean. Tapi ada masalah, disan ada sekte salvation dan mereka melakukan pemanggilan iblis" Ungkap Nino.
"Hanya aku yang berhasil pergi. Kakakku Riella mencoba mengulur waktu. Dan sekarang mereka berhadapan dengan iblis itu" Papar Nino.
Saat itu Yvonne mulai melangkah keluar dari dalam sungai. "Ayaa, Nino. Kalian sekarang pergi bangunkan semuanya. Suruh Frederick, Fiona dan Matteo untuk menjaga Violette dan mansion" Perintahnya.
"Lalu kalian dan Zero persiapkan diri kalian. Gunakan pakaian hitam untuk misi. Lalu temui aku di kamarku" Sambungnya. "Cepat, ini situasi gawat" Perintah Yvonne. Kini Nino membuka portalnya. Dia dan Ayaa memasukinya untuk kembali ke dalam mansion.
"Mereka pasti bisa melakukannya huhh? Jika tak bisa pasti ada masalah besar, lalu mereka akan kembali untuk melapor. Tak kusangka ucapanku akan menjadi kenyataan" Ucap Yvonne sambil mengenakan pakaiannya.
Kini yve membuat portalnya sendiri. Dia memasuki portal sihir itu dan kembali ke kamarnya. Kini dia berjalan menuju lemari kayu miliknya. Dia mengambil pakaian serba hitam miliknya yang biasa dia gunakan saat pergi melakukan misi, lalu Yve mengenakan pakaian itu. Setelah itu dia juga mengenakan masker hitam untuk menutupi wajahnya. Dia begitu meminimalisir agar identitasnya tak ketahuan.
Sekarang yvonne menatap ke dinding, dia melihat ke arah sebuah pedang kecil yang dia gantung sebagai hiasan. "Aku takkan menggunakan pedang pemberian ayah. Aku takut semakin sering digunakan membuatnya menjadi rusa" Gumam Yve. Pedang itu pemberian ayahnya saat Yvonne berulang tahun. Selain Liontin pemberian ibunya, pedang itu juga begitu penting baginya.
Yvonne melangkah dengan perlahan dan beranjak pergi ke atas kasur. Disana ada Violette, bayi mungilnya yang tertidur begitu pulas. "Maafkan aku. Kali ini aku akan pergi meninggalkanmu lagi" Ucap Yvonne sambil menyentuh pipi Vio dengan jari telunjuknya. "Selamat tinggal" salam perpisahan dari Yve untuk bayinya itu.
Saat itu Yve menoleh ke arah pintu kamarnya. Dia merasakan ada kedatangan seseorang. "Mereka sudah selesai ya?" Pikir Yve. Dengan cepat dan tanpa suara, kini Yvonne membuka pintu kamarnya. Disana sudah ada semua bawahannya yang sudah selesai bersiap.
"Ayaa, Nino, Zero, hanya kita yang akan pergi" Suruh Yve pada semua bawahannya yang ada di hadapannya. "Nino, Buka portalnya" Perintah Yve padanya. Seketika Nino mulai membuka portal teleportasinya. Bawahan yang dia tunjuk masuk terlebih dulu. Saat akan memasuki portal, Yve membalikkan badannya dan melihat ke arah Frederick.
"Frederik, Matteo dan Fiona. Jagalah mansion ini, terutama Violette" Perintah Yve pada mereka. "Tentu Nona. Anda bisa mempercayakan pada kami" Ucap Frederick. Kini Yvonne memasuki portal itu dan menghilang dari hadapan mereka bertiga.
Di dalam bangunan bawah tanah, rasanya dinding bergetar karena langkah iblis itu. Riella dikeja kejar oleh iblis yang begitu mengerikan. Iblis itu begitu tinggi, perkiraan tingginya sekitar 1,5 Mot (3 meter). Dengan tangan yang begitu besar dan berotot. Muka hancur yang dipenuhi bekas jahitan. Riella dikejar oleh sosok besar macam itu.
"Ugh, apa Dean berhasil melarikan diri" Pikir Riella di benaknya. Saat itu Riella memasuki sebuah ruangan. Ruangan yang begitu besar, luas dan tinggi. Ruangan itu berdinding batu kuning yang dipoles dengan rapi. Kini usaha kaburnya itu begitu sia sia. Riella berada di pojokan ruangan itu, sementara itu iblis besar masih terus mengejarnya.
Kini iblis besar itu tepat berada di depan Riella. Iblis itu mengangkat tangannya begitu tinggi, dia siap meremukkan tubuh Riella dengan satu serangannya. Saat pukulan iblis itu hampir mengenai Riella, ada sesosok gadis berbaju serba hitam diantara mereka.
Gadis pirang itu mengalirkan serangan iblis itu hingga berbelok dan tak mengenai Riella. Lalu gadis itu melompat begitu tinggi dan menendang kepala iblis itu. Kini iblis yang mengerikan itu terpental cukup jauh hingga menabrak tembok. Tembok tembok di belakangnya bahkan retak karena kekuatan mengerikan iblis itu.
"Kau sudah bertahan cukup baik" Puji gadis pirang itu. "Iyaa Tuan. Terimakasih sudah menyelamatkan saya" Ucap Riella pada Yvonne.
"Sepertinya ini akan berakhir dengan sangat mudah" Gumam Yve. Lalu dia melihat ke kakinya sendiri. Kaki yang dia gunakan untuk menendang iblis itu memar. Dengan itu Yve menyadari jika tubuh iblis itu begitu keras. "Atau tidak?" Pikir Yve di benaknya.
"Tuan, Anda terlalu cepat" Ungkap Zero. Dia baru datang dan dibelakangnya diikuti Ayaa dan Nino. "Kalian yang terlalu lambat" Ledek Yve pada mereka semua. "Hati hati, tubuh iblis itu sangat keras. Kakiku bahkan sakit saat menendangnya" Ungkap Yvonne.
"Sudah selesai bermain mainnya?" Tanya iblis itu. Suaranya begitu keras dan serak, suara yang begitu mengerikan dan menimbulkan perasaan takut. Bagaimanapun dia tetaplah iblis. Kehadirannya tak boleh di anggap remeh.
"Berapapun jumlah kalian, tetap bukan tandinganku" Hina iblis itu pada Yvonne dan bawahannya. "Ohh, begitu" Respon Yve. "Aura yang di pancarkan iblis ini tak sekuat iblis yang berada di cabang Slave Association. Lalu saat di tempat itu sebelumnya, eksekutif 015 mengatakan jika iblis yang dpanggilnya itu tingkat menengah" Pikir Yve.
"Berarti yang di hadapanku saat ini itu kemungkinan tingkat rendah" Pikir Yve. "Zero, kau maju pancing dia. Ayaa, kau potong tangannya. Nino kau cari kelemahannya sambil melakukan beberapa serangan" Perintah Yve.
"Baik" Jawab mereka berempat. Zero mulai meloncat dan siap melakukan sayatan dengan cakarnya. Tapi Zero langsung disambut dengan pukulan dari tangan kanan iblis itu. Tapi Zero tak terkena serangan iblis itu karena Ayaa memotong lengan iblis yang di hadapannya dengan sihir partikelnya.
Tak disangka, serangan milik Ayaa berpengaruh pada tubuhnya yang begitu keras. "Begitu empuk" Hina Ayaa pada iblis itu. Dan tak disangka, tangannya yang terpotong langsung menyambung kembali ke tubuhnya. Itu regenerasi yang begitu cepat.
Tapi kini Nino berada di belakang kaki iblis. Nino memotong otot tendon pada kaki iblis, kini keseimbangannya menjadi kacau karena Nino. Lalu ada Riella yang muncul dari portal teleportasi milik Nino. Dia muncul tepat di belakang iblis itu. Lalu dia menendang kepalanya dengan begitu kuat.
Kini iblis itu terjatuh ke depan. Lalu ada Zero yang mencolok mata dan mengigit lehernya. Iblis itu tak berkutik dihadapan mereka. "Aku Ninurta takkan kalah hanya dengan hal sepele macam ini" Teriak Ninurta, iblis mengerikan itu.
Setelah berteriak, dia menghempaskan bawahan Yvonne dengan satu serangan. "Benarkah takkan kalah?" Tanya Yve. Kini Yvonne memegang sebuah tombak yang begitu panjang. Dia akan menunjukkan sebuah teknik serangan yang begitu dahsyat. Sebelumnya dia tak jadi menggunakan teknik itu saat melawan si kembar.
"Kerja bagus kalian semua. Kini dia tak bergerak. Sea Serpent" Teriak Yve. Sekarang dari tusukan tombaknya itu terlihat ada ular besar yang muncul. Ular itu mengigit dan mendorong Ninurta hingga membentur tembok. Serangan yang begitu kuat itu dilancarkan oleh Yvonne.
Setelah itu Yve melemparkan tombaknya ke arah Ninurta dan menembus perutnya. "Zero itu usaha yang bagus. Jika tubuhnya keras maka kau tinggal menghancurkan bagian yang lunak seperti mata" Puji Yve padanya.
Tapi dengan semua serangan yang diterimanya, Ninurta masih bisa beregenerasi. Tubuhnya kembali ke keadaan semula. Tubuhnya terlihat seperti tak pernah terluka. "Tapi ini takkan berakhir secepat itu" Ujar Yve. "Bukankah sudah kubilang jika kalian takkan bisa mengalahkanku" Teriak Ninurta.
Ninurta mulai melopat begitu tinggi dan menghantam Yvonne. Tapi Yve menggunakan tekniknya yaitu shadow step, dia menggunakan teknik itu untuk berpindah tepat ke belakang Ninurta. "Dasar bodoh" Hina Yve padanya. Kini Yve memenggal kepala Ninurta dengan pedang besi yang dia buat dengan sihir.
Setelah itu Yvonne memotong kedua tangan dan kakinya. Kini hanya tersisa tubuhnya saja. Ayaa dengan sigap memotong tubuhnya hingga menjadi begitu kecil menjadi seukuran kerikil. Jantung dari Ninurta sekarang terlihat. Zero masuk ke portal yang dibuat Nino untuk mendekati jantung Ninurta. Zero mencakar jantung Ninurta dengan cakar cakarnya. Setelah itu mereka semua mundur.
"Bukankah sudah kubilang tak ada gunanya?" Hina Ninurta pada mereka semua. Tubuhnya mulai beregenerasi kembali. Bagian bagian kecil yang terpisah mulai menyambung. Bahkan setelah jantungnya dihancurkan, dia masih bisa tetap hidup.
"Ini memuakkan" Ucap Yvonne sambil membuat pedang dengan sihirnya. "Akan kukeluarkan teknik terkuatku sekarang" Teriak Yvonne.
Infinite Slash. Teknik melakukan seratus tebasan dengan pedang dalam waktu satu detik. Yve memperkuat tubuhnya sendiri dengan sihir untuk melakukan serangan itu. Tubuh Ninurta mulai terbelah begitu kecil.
Tubuhnya terbelah, lalu menyambung lagi. Tubuhnya terbelah dan masih beregenerasi. Tiap Regenerasi yang Ninurta lakukan, Yve selalu menebasnya lagi hingga terpotong. Dia beregenerasi lagi dan lagi, sementara itu Yvonne terus melakukan tebasannya lagi dan lagi.
Setelah itu Yvonne berhenti melakukan serangannya. Seluruh dinding ruangan besar itu tampak memiliki bekas tebasan. Saat itu juga Yvonne menyadari jika tangannya terluka karena tak kuat menahan dampak serangannya sendiri. "Tubuhku masih belum cukup kuat" Gumam Yve.
"Bukankah sudah kukatakan itu tak berguna" Hina Ninurta padanya. Tubuhnya mulai beregenerasi lagi. Walau dihadapkan situas macam itu, anehnya Yvonne malah tersenyum. "Zero, apa kau melihatnya?" Tanya Yve.
"Iya tuan, Saya menyadariya. Regenerasinya menjadi lebih lambat dari sebelumnya" Papar Zero. "Mungkin itu karena serangan Anda" Sambung Zero. "Tidak tidak tidak. Itu karen regenerasinya memakan energi. Entah tenaga atau mana, itu tak penting. Yang penting kelemahannya sudah diketahui" Papar Yve.
"Jadi dia melakukan itu bukan untuk melakukan serangan habis habisan. Tapi untuk mencari kelemahan regenerasiku" Pikir Ninurta di dalam benaknya. Sekarang wajahnya terlihat cukup kesal karena hal itu.
"Berapa sisa tenaga kalian?" Tanya Yve pada semua bawahannya. "Setengah" Jawab Riella. "Masih banyak Tuan" Jawab Nino. "Cukup untuk bertahan hingga akhir" Ungkap Zero. "Masih sangat banyak" Imbuh Ayaa.
"Dengarkan aku. Sekarang ini menjadi pertarungan stamina. Siapa yang lelah duluan, dia kalah. Jadi kalian fokus untuk mengulur waktu saja. Memberikan luka kecil sudah cukup" Perintah Yve. "Baik" Jawab mereka berempat secara bersamaan.
"Brengsek" Teriak Ninurta. Tanpa perintah siapapun, Zero langsung memulai menyerbu ke depan sekuat tenaga. Saat itu juga Ninutra hendak memukulnya. Di detik detik terakhir saat pukulan keras itu akan mengenai Zero, Nino sudah membuka portalnya sehingga tangan Ninutra memasuki portal itu. Portal yang dibuat Nino itu mengarah ke salah satu dinding ruangan. Kini dinding yang terkena pukulannya menjadi retak tak karuan walau masih belum runtuh sepenuhnya.
Saat itu Riella muncul dari atas Ninutra. Dia muncul lewat portal yang dibuat oleh Nino adiknya. Kini Riella menebas punggung Ninutra dari atas ke bawah. Tapi tubuh iblis itu terlalu keras, serangan pedang dari Riella hanya menimbulkan sedikit bekas luka.
"Tak masalah. Sekarang bagianku" Ucap Ayaa. Ayaa memotong kepala Ninutra dengan sihir partikelnya. Hanya serangan dari Ayaa yang efektif untuk melukainya. Saat itu juga Ninutra menendang Ayaa dengan kaki kanannya. Tapi Zero sudah berada di bawah Ninurta, dia mendorong kaki kiri iblis itu hingga hilang keseimbangan.
Ayaa memang terkena tendangan iblis itu hingga terpental begitu jauh, tapi serangannya itu tak begitu fatal karena Zero mengganggu keseimbangannya. Tanpa jeda, Nino langsung muncul tepat di depan muka Ninurta. "Nikmati ini dasar jelek!" Hina Nino padanya.
"Hmm. Kerja sama mereka begitu bagus. Iblis itu memang kuat, tapi dengan begini dia menjadi mudah di kalahkan" Pikir Yvonne. "Tak boleh begitu. Jika lawannya mudah, mereka takkan berkembang nantinya" Pikir Yve sekali lagi. "Aku harus membuat situasi dimana mereka mereka kesusahan, tetapi tak sampai terbunuh" Pikir Yvonne. Dia begitu ingin agar bawahannya berkembang.
"Apalagi tanganku terluka karena belum sanggup melakukan teknik kuat macam itu" Gumamnya saat melihat tangannya yang penuh bekas memar. "Ini situasi yang sempurna" umam Yve sambil tersenyum. Dia sudah selesai memprediksi semua yang akan terjadi.
Sekitar 20 menit telah berlalu. Pertarungan bawahan Yvonne melawan Ninurta itu begitu sengit. Yve hanya mengamati pertarungan mereka dari jauh. "ARRGHH" Teriak Ninurta. "Aku muak. Kalian para semut suka sekali mundur" Hinaannya itu ditujukan untuk bawahan Yve.
Saat itu juga Ninurta mengeluarkan sebuah aura yang menghempaskan seluruh bawahan Yve hingga terpental cukup jauh. Yvonne hanya berdiri tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya berpijak. Kini Ninurta melompat ke arah Yvonne, sekali lagi dia menargetkannya.
"Jika tak ada kau, mereka akan menjadi kacau bukan?" Teriak Ninurta. Kini iblis itu melayangkan satu pukulannya ke arah Yvonne. Lengan besar berotot yang begitu kuat, tapi itu tetap terlihat lambat di mana Yvonne. Yve bisa menghindarinya dengan mudah.
Tapi itu semua hanya tipuan. Saat pandangan Yve teralihkan, dia meninju dengan satu lengannya yang lain. Yvonne terpental begitu jauh hingga menabrak tembok. Hal itu bahkan membuat bagian bagian tembok menjadi retal. Itulah alasan tak ada yang menerima serangan mentah dari Ninurta. Karena kekuatannya sendiri itu terlalu gila.
Setelah itu Ninurta menghantam Yvonne berkali kali. Yve bahkan tak berkutik karenanya. "Tidak tidak tidak" Teriak Ayaa. "Sialan kau" Bentaknya. Ninurta menoleh ke belakang. Dia menatap tajam ke arah Ayaa. Disana Ayaa langsung memotong tangan iblis itu dengan sihir partikelnya.
"Bajingan. Akan kucincang kau" Bentak Zero. Dia mulai maju menghadapi Ninurta, tapi dia masih gegabah seperti biasanya. Zero yang penuh celah kini terkena pukulan telak oleh Ninurta. Dia yang terpental begitu jauh kini bangkit lagi.
Ada darah yang menetes dari hidungnya. Tapi dia masih dengan serampangan ingin menghajar Ninurta. Sekali lagi dia terkena pukulan telak. Tulang di lengannya patah, tapi dia masih berdiri dengan begitu beringas. "Ini tak ada bedanya dengan digigit semut" Hina Zero padanya.
Pada saat itu waktu seolah berhenti. Kemampuan terkuat dari licanthrope mulai bangkit dari tubuh Zero. Situasi yang begitu memojokkan Zero telah membangkitkan kekuatan sejati dari ras Licanthrope. Kemampuan itu disebut transformasi. Perlahan lahan lengan Zero mulai berubah menjadi lebih besar, bulu bulu putih juga muncul menyelimutinya. Tubuhnya berubah menjadi begitu besar dan tinggi. Kini ekor Zero juga terlihat lebih panjang.
Inilah kekuatan sesungguhnya dari licanthrope. Mereka dapat berubah menjadi binatang buas yang begitu tangguh. Saat itu juga Zero baru bisa membangkitkan kekuatannya, dia masih belum menguasai sepenuhnya. Dan dalam kasusnya, Zero berubah menjadi serigala yang begitu besar, berdiri dengan dua kaki seperti seorang manusia.
"Awoooo"
Suara lolongan dari Zero benar benar mirip dengan serigala. Wujudnya juga begitu mirip dengan serigala. Kini dia terlihat begitu tangguh dan beringas. Bahkan liurnya menetes dari mulutnya itu.
"Mari kita lihat apa kau bisa bertahan seperti tadi" Hina Zero pada Ninurta.
Kini Zero mulai mencakar dada Ninurta, tapi itu hanya meninggalkan goresan yang begitu kecil. "Biar kubantu, aku juga sedang kesal" Ucap Ayaa.
Saat itu Ayaa membelah dada iblis itu dengan sihirnya. Tapi itu tak terbelah dengan sempurna, tebasannya hanya mencapai perut Ninurta. Kini Zero memegang tubuh iblis itu. Dia merobek tubuhnya tepat di bekas luka yang ditimbulkan Ayaa.
"Sial, tenagaku sudah habis. Aku bahkan tak sanggup berdiri lagi" Gumam Riella saat melihat pertarungan sengit mereka. "Tak apa, biar aku saja" Sahut Nino menjawab perkataan kakaknya.
Kini Nino berpindah tepat di kepala Ninurta. Dia menusukkan kedua belatinya tepat ke mata iblis itu. Ninurta dibuat buta olehnya.
Kini iblis itu tak dapat melihat apapun yang berada di depannya. Ninurta memukul ke berbagai arah karena dia tak tahu dimana lokasi bawahan Yvonne. Dan Zero terkena pukulan telak olehnya tepat di dadanya.
Satu pukulan dari iblis itu saja sudah begitu kuat. Beberapa tulang rusuk Zero dibuat patah karena pukulan telak iblis itu. Tapi Zero tetap bertahan dengan gigih dan tetap menyerang Ninurta dengan taring dan cakarnya.
Satu pukulan dari Ninurta saja sudah bisa menghancurkan batu besar hingga tak bersisa. Tapi kini Zero dan Ninurta saling beradu serangan, banyak serangan yang saling mereka berikan. Dengan tulang yang patah di lengannya, Zero masih berdiri dengan begitu kokoh.
"Ti- tidak mungkin. Seharusnya kau sudah terjatuh. Apa kau punya regenerasi atau semacamnya" Bentak iblis itu.
"Kenapa ini, padahal aku mendengarnya jika tadi tulang Zero patah" Tanya Nino dengan penuh keheranan. "Itu adrenalin. Dia tak merasakan rasa sakit yang dideritanya dan fokus untuk menghancurkan musuhnya" Jawab Riella pada adiknya. Riella kini sempoyongan karena sudah terlalu lelah mengalihkan perhatian iblis itu.
Bahkan bahunya juga terluka. Kini Riella memegang bahunya sambil bersandar ke tembok. Setelah itu Nino membantu kakaknya untuk tetap berdiri.
"Pertarungan ini akan segera berakhir" Ungkap Nino. "Iyaa, iblis itu hampir tak beregenerasi lagi" Jawab Riella.
Saat itu si kembar bawahan Yvonne itu hanya duduk mengamati mereka. Kedua bersaudari itu mengamati pertarungan Ayaa dan Zero yang melawan Ninurta. Lalu saat menengok ke arah lain, Riella menyadari sesuatu.
"Loh, itukan?" Ungkapnya. "Ahh, jadi begitu. Ternyata itu disengaja" Sambung Riella.
Kini hanya Ayaa dan Zero yang bertahan. Ninurta sudah tergeletak tak berdaya. Kepalanya sudah terpenggal oleh Ayaa. Dadanya berlubang karena jantungnya juga sudah dicabut oleh Zero.
Pertarungan itu begitu sengit hingga tubuh Zero yang sebelumnya berwarna putih karena bulunya menjadi berwarna merah. Menjadi begitu merah karena darahnya sendiri. Rahangnya terkoyak, rusuk dan lengannya patah. Zero berdiri dengan sempoyongan.
Tubuhnya sudah tak sanggup menahan luka yang begitu banyak. Perlahan lahan kesadaran Zero menghilang. Kini dia pingsan, Ayaa menahan tubuh Zero sesaat sebelum tubuhnya terjatuh kedepan.
"Kerja bagus" Puji Ayaa padanya. Ayaa sendiri juga kelelahan karena terlalu banyak menggunakan sihir partikelnya. tapi tetap saja itu tak bisa dibandingkan dengan luka yang diterima zero.
lalu dari arah pintu masuk terdengar suara seseorang. "Kerja bagus, hampir saja aku ikut campur" Ucap Yvonne. Tepat di belakang Yve ada Dean dan Ayahnya. Dua dwarf itu sudah dicari dan dijemput oleh Yve.
Yvonne berpindah dengan begitu cepat kearah Zero dan Ayaa. "Maafkan aku karena memanfaatkan perasaan kalian. Aku perlu membuat kalian terluka agar berkembang" Ucap Yve dengan menampakkan wajah sedihnya.
"Aku juga dari tadi sudah mengawasi kalian. Jadi kujamin kalian takkan tewas walau aku melakukan ini" Imbuhnya. "Lalu tuan, bagaimana anda bisa tak terluka setelah menerima semua serangan Ninurta. Padahal satu pukulan saja sudah begitu kuat" Tanya Ayaa.
"Pukulan dan tenaganya kuserap. Lalu aku menggunakan sihirku sendiri untuk membuat darah dan suara yang retak. Aku juga menambahkan sensasi seolah diriku telah remuk". Penjelasan Yvonne yang panjang itu diterima dengan mudahnya oleh Ayaa.
"Yahh walau begitu juga aku masih menerima luka karena iblis ini" Sambung Yve sambil menatap mayat Ninurta.
"Baiklah, karena semuanya tak ada tenaga. Biar aku saja yang menggendong Zero" Suruh Yve. "Nino, buka portalnya" Suruhnya. "Baik Tuan" Responnya.
Setelah itu Yve, Ayaa, Zero, si kembar, Dean dan Ayahnya kembali ke markas. Mereka pulang ke Mansion besar itu. Lalu luka mereka segera diobati oleh Frederick, Fiona dan Matteo.
Pukul tiga pagi saat matahari belum menampakkan hidungnya. Semuanya kecuali Zero kini berkumpul di ruang kerja Yvonne. Mereka akan membahas hal yang begitu penting kali ini.
"Maafkan aku Yve, aku pergi tanpa izin darimu" Pinta Dean. "Sudahlah tak masalah. Aku juga sudah tau" Ungkap Yve. "Kau dan si kembar sebenarnya bisa menyelamatkan ayahmu jika tak ada iblis itu. Tapi tak apa, ini sepenuhnya salahku karena tak memperhitungkan hal itu" Sambungnya.
"Nak, kau pasti telah menjaga putraku ini. Dia memang rewel dan suka cerewet, pasti kau begitu kesulitan mengurusnya" Kata ayah Dean. "Tapi, kau tetap menjaganya setelah ada tragedi itu" Ungkapnya sambil membayangkan para Hell Hound saat menyerang bagian pinggiran kerajaan Dwarf.
"Aku ingin tau, siapa sebenarnya dirimu. Dan apa yang kau lawan?" Tanya ayah Dean. "Aku Yvonne Isabelle Coquette. Pemimpin dari Assailant. Lalu lawanku adalah Hell Hound, merekalah yang menyerang kerajaan Dwarf. Mereka juga begitu kuat, jadi aku akan terus merekrut berbagai macam bawahan" Ungkap Yvonne.
"Baiklah, akan kuabadikan hidupku untukmu. Akan kubantu kau melawan mereka. Walau tua renta begini, aku pernah menjadi pandai besi terbaik saat aku masih muda" Ungkapnya. "Tolong berikan aku tugas pertamaku" Pinta Ayah Dean pada Yve.
"Baiklah, mulai sekarang namamu adalah Tobias. Tugas pertamamu adalah membantu anakmu dalam membuat kristal komunikasi" Perintah Yvonne. Setelah itu Yve melirik ke arah Dean. Dean sedikit tersenyum, penyesalan karena berkelahi dengan ayahnya telah hilang.
"Oi bodoh, apa yang kau lakukan. Apa kau tak akan melakukan hal itu juga" Bentak Tobias sambil memukul ke kepala anaknya. Keluarga Dwarf ini suka sekali membuat kegaduhan yang tak perlu. "Aduh. Pak tua ini berisik sekali" Bentak Dean pada Ayahnya.
"Pak tua? ck ck ck kau masih tak punya tata krama. Aku ini ayahmu, dasar bodoh!" Ungkao Tobias.
"Yvonne, maafkan aku. Aku berpikir terlalu pendek dan tak menyadari niatmu saat merekrut Riella Nino. Dan sesaat aku merasa kehilangan kendali" Ungkap Dean. "Keinginanku telah terpenuhi. Rumahku juga telah hancur. Tapi aku merasa akan menjadi ilmuwan yang hebat jika aku berada di bawah bimbunganmu" Ungkap Dean.
"Dengan ini aku, Dean bersumpah akan mengabdikan diriku padamu yaitu Yvonne. Untuk selanjutnya kumohon teruslah menulis agar aku bisa membacanya".
"Terimakasih, kuhargai permintaan kalian. Jadi tak usah bertele tele, kira kira kapan kristal komunikasinya akan selesai?" Tanya Yve. "Tiga hari, beri kami tiga hari maka itu akan tuntas" Ungkap Dean.
"Frederick, mempertimbangkan luka Zero yang akan menjadi pengawal kalian. Lalu Kristal komunikasi ini akan diberikan untuk kalian juga setelah tiga hari dari sekarang" Ungkap Yve.
"Jadi bagaimana pendapatmu jika waktu keberangkatan kalian diundur menjadi tiga hari lagi?" Tanya Yve. "Walau lebih cepat lebih baik, tapi itu tak masalah bagiku. Bagaimanapun juga aku bisa membuat bisnis ini berkembang dengan sangat pesat" Ungkap Frederick.
"Baiklah, sudah diputuskan. Silahkan kalian semua beristirahat. Jika sesuatu, kalian bisa mendatangiku di kamarku" Pamit Yve mempersilahkan semuanya untuk meninggalkan ruang kerjanya.