Kristal

Walau selesai bertarung melawan iblis, tapi semua bawahan Yvonne tak menunjukkan tanda tanda takut sedikitpun. Mereka tak trauma ataupun takut karena kejadian itu. Sebaliknya, mereka tetap beraktifitas seperti biasa.

Dean masih saja fokus dengan penelitiannya dalam kristal komunikasi. Kali ini dia dibantu oleh Tobias, yaitu ayahnya.

Setelah selesai mengurus berbagai hal, Ayaa menggantikan Zero berpatroli di sekitar. Zero masih terbaring lemas karena luka yang dideritanya. Tapi dia pasti akan segera sembuh karena tubuh dari Licanthrope itu memiliki penyembuhan yang lebih baik jika dibandingkan manusia.

Si kembar Riella dan Nino, mereka mengurusi ternak. Memberi makan, membersihkan kandang dan mengecek kesehatan hewan hewan ternak. Untuk saat ini mereka hanya merawat beberapa rusa saja.

Frederick, Fiona dan Matteo, mereka sibuk dengan pisau di dapur. Mereka memasak berbagai sayuran dan daging babi yang sudah diburu oleh Ayaa. Saat itu mereka menyiapkan makan siang untuk semua orang yang berada di mansion.

Tak seperti yang lain, Yvonne hanya bersantai di sungai bersama Violette. Dia sudah tak ada pekerjaan lagi, pagi ini saja dia sudah selesai menulis 4 buku. Selain itu dia juga membaca berbagai macam dokumen yang dibawanya saat mengalahkan Ninurta.

Cuaca yang begitu terik, waktu yang sangat cocok untuk berendam. Air sungai yang segar dan hembusai angin sepoi yang terasa begitu lembut di kulit. Yve dan Vio berendam menikmati air sungai.

Baginya itu sudah cukup untuk meredakan stres. Menikmati momen kebahagiaan sederhana bersama Violette, anaknya. Hanya dengan hal sederhana itu baginya sudah cukup untuk menahan kegilaan. Kegilaan yang memecahkan pikirannya karena kehilangan keluarganya dua kali.

Rasa benci pada dunia dan kekaisaran ini karena kehilangan keluarganya. Rasa benci itu hanya dalam beberapa bulan saja sudah hilang. Entah Yve itu tipe yang pendendam atau bukan, dia sendiri juga tak tahu. Padahal sebelumnya dia begitu ingin membakar semua orang bajingan di kekaisaran ini.

"Tapi sekarang, aku tak terlalu menginginkan hal itu. Aku tak paham dengan perasaanku sendiri" Pikir Yve saat berendam di air sungai bersama Vio. "Atau itu karena 'dia' yang selalu bersamaku" Pikir Yve.

"Aku tak ingin kehilangannya juga. Karena dia juga keluargaku"

sementara itu disudut lain dibagian mansion. Fred, Ayaa, Riella dan Nino mereka sedang berkumpul akan membahas sesuatu. Mereka berkumpul di kamar Nino karena Ayaa akan memberitahukan sesuatu pada mereka.

"Jadi, apa yang akan kau katakan?" Tanya Nino padanya. "Baiklah, akan kuceritakan yang Tuan Yvonne Isabelle Coquette katakan padaku" Ujar Ayaa. "Tumben kau panggil nama lengkap" Sahut Frederick yang duduk dikursi. dia menggunakan kursi secara terbalik sehingga dadanya mengenai tempat bersandar yang ada di kursi kayu itu.

"Jadi begini. Nino, kau pasti mengingat soal bekas cekikan yang ada di leherku. Walau cuma terlihat sebentar, kau pasti menyadarinya bukan?" Tegas Ayaa.

"Kau kan seorang Atreya yang memiliki bakat mengingat" Ungkap Ayaa. "Bukan mengingat, tapi ingatan yang kuat dan detail" Ujarnya mencoba membenarkan perkataan Ayaa.

"Sudah sudah itu tak terlalu penting. Ayaa, memangnya kenapa?" Tanya Frederick pada Ayaa.

Saat itu Ayaa hanya duduk bersantai diatas meja. Jari jemarinya mengotak atik pena dengan begitu lihai. Pena itu berputar dan mengelilingi jarinya. Terkadang dia juga mengetuk pena itu ke meja beberara kali.

"Tunggu, setidaknya Nino harus menjawab dulu" Suruh Ayaa.

"Yaampun, ini jadi berbelit belit begini" Gumam Riella yang duduk di samping adiknya, yaitu Nino. Dua saudari kembar itu duduk dengan tenang diatas kasur empuk mereka.

"Iyaa, aku mengingatnya, kenapa memang?" Tanya Nino. Wajahnya begitu tenang saat itu, tak ada tanda heran atau hal semacamnya.

"Nahh, saat itu kau pasti sadar jika cekikan di leherku itu bekas dari tangan seorang wanita" Tegas Ayaa. "Iyaa, aku sudah sadar" Sanggah Nino.

"Lalu, iblis itu memiliki" Kata Ayaa, setelah mengatakan hal itu dia terdiam selama beberapa detik. "Hahh? jadi kau sudah sadar?" Teriak Ayaa padanya.

"Tentu, kau pikir aku tak menyadari keanehan ini?" Tegas Nino. "Kau memang aneh karena tak menyadari bekas luka pada tubuhmu sendiri" Hina Nino pada Ayaa. Wajahnya terlihat menjadi begitu sombong saat itu.

"Mulai deh mulai. Kebiasaan buruk adikku mulai lagi" Pikir Riella di benaknya sambil melirik ke arah adiknya.

"Maksudmu itu begini kan? kau sebenarnya dicekik oleh wanita aneh dan bukan iblis. Lalu ingatan kita semua diganti olehnya" Papar Nino dengan wajah yang begitu sombong.

"Gotcha" Ungkap Ayaa sambil menjentikkan jarinya. "Kau benar sekali, kata tuan Yve disana ada dua wanita aneh" Paparnya.

"Aneh bagaimana?" Tanya Frederick. Dia memang tak terlalu peduli pada topik ini. Tapi baginya semakin banyak informasi itu lebih baik. Dengan begitu maka dia bisa menciptakan rencana yang efisien.

"Pertama, ada satu wanita berambut abu abu yang mengenakan pakaian kasual. Dia hanya menjentikkan jarinya lalu iblis itu sudah mati karenanya" Papar Ayaa.

"Lalu satu lagi yang mencekikku itu bawahannya. Seorang elf berambut hitam. Kira kira begitulah di ingatan Tuan Yvonne" Ungkap Ayaa.

"Nino, jadi bagaimana kau bisa menyadari jika ingatanmu dirumah?" Tanya Ayaa padanya.

"Ingatanku saat itu tak detail. Saat Tuan Yve melawan iblis itu aku tak bisa mengingat hal remeh seperti berapa langkah kaki mereka, berapa kali tebasan, serangan, elakan, dan berapa kali mereka berkedip. Kira kira seperti itu"

"Aku sebelumnya mau membahas hal ini dengan Tuan, tapi kau terlebih dulu membahasnya" Ungkap Nino.

"Yahh, tapi bagaimanapun juga kau itu hebat sih" Puji Ayaa padanya.

"Tunggu, apa maksudmu?" Gumam Nino. "Maksudnya itu kamu hebat karena bisa menyadari hal itu" Papar Riella sambil mengelus elus kepala adiknya saat itu. Nino menjadi sedikit tersipu karenanya.

"Tapi serius, Nona Yve memang hebat karena menyadarinya paling awal dari kita semua" Sanggah Frederick. "Dia juga ahli berbisnis dan berbagai hal lainnya" Sambung Fred.

"Aku tiba tiba berpikir, apa orang sepertinya itu bisa punya kelemahan?" Tanya Fred. Dia hanya iseng saja menanyakan hal itu sebagai candaan.

"Kelemahan? Tentu tuan punya" Respon Ayaa. "Sebenarnya wajah Tuan Yvonne itu mudah memerah jika digoda. Singkatnya dia pemalu. Ahahaa" Canda Ayaa pada mereka semua.

"Apa dia membalas dengan candaan karena masih curiga denganku dan kakakku?" Pikir Nino di benaknya. Wajar saja karena posisinya saat itu adalah mantan eksekutif Hell Hound.

"Mudah tersipu? Aku tak percaya orang sepertinya bisa begitu" Pikir Fred sambil membayangkan muka Yve yang memerah. Tapi dia tak bisa membayangkannya karena baginya itu mustahil.

"Apa yang kamu pikirkan Nino?" Tanya Ayaa sambil mengamatinya dengan tajam. "Aku memang masih belum mempercayaimu. Hanya sedikit rasa curiga" Ungkap Ayaa.

"Tapi... Aku mempercayai keputusan Beliau" Imbuhnya.

"Terimakasih" Jawab saudari kembar itu secara bersamaan.

Disaat mereka asyik megobrol, Dean dan ayahnya sedang meneliti Kristal komunikasi yang dimiliki Yvonne. Mereka sibuk mengerjakan penelitian itu. Dn setelah selesai fokus dengan yang mereka kerjakan, kini mereka beristirahat.

"Ahh, yaampun. Ini susah sekali" Gerutu Tobias. "Memang, dia ingin kristal besar ini dipotong menjadi begitu kecil. Sebut saja potongan kristal ini itu X. Tuan Yve ingin Variabel X ini hanya bisa terhubung dengan X yang lain juga" Ungkap Dean.

"Biar kutegaskan lagi, dia ingin 'hanya' terhubung dengan pecahan lain" Imbuh Tobias. Dia mengatakan hal itu pada anaknya. "Aku tahu ayah. Yang berarti Variabel X tak bisa berkomunikasi Dengan Variabel lain seperti Y atau Z" Sanggah Dean.

Saat itu Tobias menuangkan Teh panas dari teko ke cangkirnya. Lalu dia meminum teh hangat itu. Ayah dan anak itu kini duduk di meja yang sama sembari membahas hal yang ditugaskan Yve.

"Sebenarnya apa tujuan proyek yang kita lakukan?" Tanya Tobias. "Apa orang tua memang suka rewel macam ini? Atau hanya ayahku saja?" Pikir Dean di benaknya.

"Kelak nantinya organisasi Assailant ini pasti berkembang hingga memiliki ratusan anggota. Jadi kristal komunikasi ini akan digunakan oleh mereka nantinya. Proyek ini dilakukan agar nantinya tak ada kebocoran informasi" Penjelasan Dean pada Ayahnya.

"Ohh, aku tahu. Memang ada kristal komunikasi yang bisa masuk ke obrolan kristal lain. Sebut saja itu 'kristal tak sopan'. Tapi jika orang yang memiliki 'kristal tak sopan' itu tak bicara, maka obrolan mereka bisa diintip tanpa ketahuan. Begitu bukan?" Tanya Tobias pada anaknya.

"Kristal tak sopan? Kenapa ayah memberi penamaan aneh macam itu. Tapi yahh tak apa, walau banyak kebiasaa buruk darinya, aku bersyukur dia masih hidup" Pikir Dean di benaknya.

"Didengar, bukan diintip" Imbuh Dean. "Iyaa iyaa itu pokoknya. Ampun sudah, anak muda zaman sekarang rewel sekali" Hina Tobias pada anaknya. "Dasar Boomer" Hina Dean dibenaknya. Dia juga sedikit tersenyum saat meledek ayahnya itu.

"Lalu, kau mengetahuinya dari mana?" Tanya Tobias.

"Apanya?"

"Itu, tujuan penelitian ini. Apa Tuan Yvonne yang memberitahumu?" Tanya Tobias padanya.

"Tidak, ini hanya spekulasiku sendiri. Lagipula dia menulis buku bahasa inggris itu tujuannya pasti untuk digunakan saat misi. Dia mencegah kebocoran informasi" Papar Dean.

Tebakan Dean saat itu begitu tepat. Yvonne menggunakan bahasa inggris, kristal komunikasi, kristal ingatan bahkan air suci dari air mata dewi Fitreya. Dia menggunakan hal itu untuk mencegah kebocoran informasi keluar saat anggotanya tertangkap atau sebagainya.

"Ahh, bayi kecil mungilku" Puji Yve pada Violette. Mereka berdua sedang bersantai di balkon kamar milik Yvonne. Menikmati camilan kue kering dan teh hitam yang dibuat oleh Ayaa dan Fiona. Mereka berdua benar benar ahli dalam memasak.

"Maafkan aku ya. Setelah ini, mama akan pergi keluar untuk melakukan beberapa pekerjaan. Ini begitu penting" Ungkapnya. Setelah mengatakan itu, dia juga mencubit pipi Vio karena begitu menggemaskan. "Serius deh, pipimu seperti mau meledak" Gumam Yve.

"Yahh baiklah kali ini kita akan mengunjungi orang sakit" Ungkap Yvonne. "Kamu mau ikut?" Tanyanya pada putri kecilnya. Tentu bayi sepertinya takkan bisa menjawab hal itu.

Putri dari Yvonne itu begitu menggemaskan. Dengan rambut abu abu berkilauan yang terlihat seperti perak, rambut itu juga masih tumbuh terlalu pendek. Bola mata merahnya yang begitu mirip Yvonne juga terlihat memelas seperti ingin diajak ataupun selalu bersama Yvonne. Walau tak bisa menjawab dengan kalimat, Yvonne tetap mengajaknya pergi.

Tanpa mengetuk ataupun permisi, Yvonne langsung membuka pintu kamar Zero. Setelah masuk ke kamarnya, Yve juga menutup pintu itu. Dia berjalan dengan begitu santai sambil mengendong Violette.

"Wahh, tak disangka kau sudah sadar" Ungkapnya. Benar saja, saat itu Zero sudah siuman. Luka fisik memang masih ada, tapi itu sembuh dengan cepat karena tubuh dari ras Licanthrope.

"Iyaa Tuan, maaf tak bisa berdiri menyambut Anda" Sesalnya.

"Tak apa, jadi bagaimana keadaanmu?" Tanya Yve. "Aba abaa. Abwaa bwaa" Gumam Vio dengan ucapan tak jelasnya."Mungkin sehari lagi akan sembuh" Paparnya.

"Baiklah, apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" Tanya Yve. "Mungkin tak perlu. Lagipula saya juga sudah selesai makan" Ungkap Zero. "Mungkin Ayaa yang meninggalkan makanan ini di atas meja" Sambungnya sambil menunjuk sisa makanannya di meja.

"Okee, tetaplah beristirahat" Suruh Yve. "Agagagaa. Ajajajaja" Ucap Vio sembari mengemut jari jemarinya. "Ya ampun. Kamu tak boleh melakukannya" Kata Yve sambil menarik jari Vio dari mulutnya. Kini jari bayi kecil itu penuh dengan liurnya sendiri.

"Saya senang karena sekarang sudah sekuat 10 orang teratas di suku ku. Semua orang terkuat disana bisa berubah menjadi binatang buas" Ungkap Zero. "Iyaa, selamat karena sudah mecapai tingkatan itu" Ucap Yve.

"Baiklah, aku pergi dulu. Ada pekerjaan yang perlu di lakukan" Pamit Yvonne. "Iyaa Tuan. Semoga keberuntungan menyertai anda" Ungkap Zero. "Terimakasih" Kata Yve sambil beranjak dari kursinya. Kini dia melangkah keluar kamar dan akhir menutup pintu.

Tok tok tok

Suara Yvonne mengetuk pintu dari kamar Nino. "Iyaa, siapa?" Tanya Nino. "Yvonne" Ungkapnya. "Maafkan aku Tuanku karena membuat Anda menunggu" Pinta Nino. Frederick pun mulai membuka pintu kamar itu. Lalu Yvonne perlahan mulai melangkah masuk.

"Wahh, kebetulan sekali kalian berempat berkumpul di satu tempat" Ungkap Yvonne sembari mengendong Vio. Kini dia duduk di kursi yang disediakan oleh Frederick. Dia duduk dengan begitu santai.

"Nona, memangnya ada apa? Apa ada hal baru yang perlu dikerjakan?" Tanya Fred. "Tentu ada" Ungkap Yve.

"Setelah ini aku akan mengunjungi suku putih. Aku ingin agar mereka memindahkan tempat tinggal mereka ke suatu tempat?" Kata Yve. "Ehh? Kenapa Tuan?" Tanya Ayaa.

"Dalam waktu dekat, aku akan mengadu domba Hell Hound dengan Kekaisaran. Aku takut mereka akan terlibat dampaknya, makanya kusuruh pindah" Papar Yvonne. Setelah itu dia memberikan dua lembar kertas pada Ayaa.

1 lembar itu lokasi yang strategis untuk suku Licanthrope itu pindah. Lalu kertas lainnya berisi rincian rencana Yvonne. Rincian seperti kapan terjadinya hingga dampak dari hal itu.

"Ayaa, Riella dan Nino. Aku ingin kalian bertiga pergi ke tempat suku biru muda. Tunjukkan kertas yang berisi rencanaku itu pada mereka. Tawarkan mereka agar segera memindahkan tempat tinggal mereka. Jika mereka tak mau, maka jangan dipaksa" Suruh Yvonne.

"Tapi misalkan mereka setuju, beri peta ini. Aku sudah menandai lokasi yang strategis untuk mereka" Ungkapnya. "Baik Tuan" Kata Ayaa. "Ohh iyaa. Kalian hanya boleh menunjukkan kertas yang berisi rencanaku pada mereka. Menunjukkan, bukan memberi. Paham kan?" Paparnya.

"Kami paham Tuan" Ucap Mereka bertiga secara bersamaan. "Baiklah, lakukanlah sekarang" Suruh Yvonne.

"Dan untukmu Frederick. Aku ingin kau menjaga Vio sebentar" Suruhnya. "Walau aku tak ahli merawat bayi, tapi aku tak masalah sih" Ungkapnya. "Kau kan juga bisa meminta Bantuan Fiona dan Matteo" Sarannya. "Baiklah" Jawab Fred.

Beberapa waktu kemudian, Yvonne sudah sampai di tempat tinggal suku putih. Keadaannya masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja sekarang ada beberapa menara pengawas yang dibangun.

"Ohh, Anda datang" Sambut seorang Licanthrope menyambut Yve. "Kamu? Kalau tak salah namamu igro, orang terkuat ketujuh di desa ini" Ungkap Yve. "Itu benar, jadi Anda mengingatku. Apa ingin bertemu kepala suku?" Tanyanya. "Ya, benar."

Igro pun mulai mengantarkan Yvonne untuk pergi ke rumah kepala suku. Kebetulan juga dia tidak sibuk. Lalu di perjalanan itu Yve bertemu dengan seorang gadis binatang, gadis licanthrope yang sebelumnya dia selamatkan dari perbudakan.

"Nona, nonaa" Teriak gadis itu dari kejauhan. Mendengar teriakannya membuat Yvonne berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Ohh kamu. Kalau tak salah, kamu itu yang membantuku merawat Violette bukan?" Yvonne mencoba menebak nebak siapakah identitas gadis itu. "Wahhh.. Anda mengingatku. Itu benar loh" Katanya dengan nada yang begitu bersemangat.

"Iyaa itu kuingat. Tapi maaf ya, aku sedang ada urusan penting disini. Setelah ini aku akan mampir ke rumahmu kok" Ungkap Yve. "Benarkah? Benarkah. Ahahaaa, baiklah. Maaf menganggu urusan Anda". Setelah itu Yvonne pergi meninggalkan gadis itu sambil tersenyum manis.

"Kita sudah sampai" Kata Igro pada Yve. "Anda bisa masuk, ketua suku sudah menunggu Anda di dalam" Ucap Igro sembari membuka tirai. Para licanthrope tak menggunaka pintu seperti ras lainnya. Mereka menggunakan tirai sebagai pengganti pintu.

"Hmph. Padahal aku belum menginjakkan kaki disini. Tapi kau sudah menyuruh mereka mengantarku" Puji Yve pada ketua suku. "Tentu, kami bisa mendengar dari jauh" Imbuh ketua suku itu.

"Jadi, ada urusan apa kau kesini?" Tanya Perez si ketua suku. Walaupun sudah tua renta, tapi sepertinya dia terlalu buru buru. "Ck. Aku saja belum duduk di tikar ini, tapi kau langsung membahas intinya begitu" Imbuh Yve. "Pelayan, tolong buatkan Teh olong untuk Kami" Suruh si Perez pada bawahannya.

Saat Yvonne mulai duduk di tikar, dia mulai mengatakan tujuannya datang kesana. "Organisasi Assailant milikku punya hubungan baik dengan suku ini. Makanya, aku datang untuk memperingatkan kalian" Ungkap Yve.

"Tuangkan untuk kami" Suruh ketua suku pada bawahannya. Kini bawahannya menuangkan teh olong untuk dinikmati mereka berdua. "Aku akan melakukan rencana besar. Dan aku khawatir kalian akan terkena dampaknya" Papar Yve.

Setelah mengatakan hal itu, dia melemparkan kertas yang berisi rincian tentang rencananya. Dia melemparkannya pada pak tua Perez, ketua suku licanthrope itu."Baca saja sendiri. Di situ sudah tertulis semuanya, termasuk alasan yang logis agar kalian pindah"

Perez pun mulai membaca kertas catatan milik Yvonne. Tak terlewat satu kalimat yang dia baca. Matanya bergerak ke kanan dan kiri membaca tulisan itu. Setelah itu dia sedikit terkejut dan kagum dengan rencana itu.

"Tak kusangka kau nanti akan memafaatkan kekuatan musuhmu sendiri demi tujuanmu" Kata Perez sembari mengembalikan kertas catatan itu pada Yvonne. "Tapi masalahnya adalah, kemana kami harus pindah?" Tanyanya.

Yvonne hanya meneguk teh olong miliknya. Setelah itu dia memberikan peta pada Perez, si ketua suku. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Yvonne. Perez seketika menjadi marah.

"Apa kau bercanda? Ini wilayah kekuasaan miliknya. Mana mungkin kami bisa tinggal disana" Bentaknya. "Kau salah. Itu tak memasuki wilayahnya, hanya mendekati saja" Papar Yve. "Tapi tetap saja berbahaya. Kau ingin kami tinggal di dekat makluk barbar macam itu" Katanya.

"Perez. Aku tahu ini berbahaya. Tapi nantinya prajurit kekaisaran akan menyerbu hutan ini. Jalan inilah satu satunya cara menyelamatkan mereka" Papar Yve. Kini dia berdiri dan mulai bersiap meninggalkan ketua suku itu.

"Aku tahu memang berat menjadi pemimpin. Tapi kuharap kau bisa tetap rasional" Saran Yvonne padanya. "Apa aku bisa mempercayaimu?" Tanya Perez si kepala suku pada Yvonne. "Tentu. Mungkin terlihat seperti aku mengorbankan kalian. Berbeda dari Assailant milikku yang memiliki sedikit anggota, suku milikmu itu memiliki ratusan bukan? Makanya aku menyuruh kalian bersiap siap sejak sekarang"

"Lagipula kami juga akan pindah kesana, bahkan masuk ke wilayahnya" Ungkap Yve. "Apa kau akan bernegosiasi dengannya?" Tanya Perez. "Tentu, aku bahkan akan memastikan negosiasiku berhasil" Ungkap Yve.

"Aku tak memaksa. Nyawa suku ini ada di tanganmu sendiri. Jadi, kuharap kau membuat keputusan dengan bijak" Sarannya. Setelah mengataan hal itu, Yvonne pergi keluar dari rumah kepala suku. Dia juga menemui gadis yang sebelumnya dan mampir di rumahnya.

[Pada Musim Panas tanggal 270, Tahun 3211]

[Tepat dua hari setelah Yvonne mengunjungi Perez]

"Ini Tuan. Ini kristal komunikasinya. Sudah jadi. Ini juga sudah sesuai dengan desain yang Anda minta" Kata Dean pada Yve. Dia saat itu memberikan anting logam pada Yvonne. Anting logam berbentuk tabung yang hanya seukuran lidi dan memiliki panjang 3 cot (6 cm). Lalu di ujung anting itu ada Kristal komunikasi yang begitu kecil. Itu disamarkan sebagai hiasan dari anting logam itu.

"Ayahku yang membuat ini" Kata Dean. "Wahh, terimakasih" Ucap Yvonne. Saat itu juga hanya beberapa bawahannya yang menerimanya. Ayaa membuat kristal komunikasi itu menjadi kalung. Zero mendapat cincin. Riella dan Nino mendapatkan gelang kembar. Frederick juga mendapat gelang yang diberi kristal komunikasi itu.

Tak semua bawahan mendapatkan perhiasan itu. Alasannya adalah karena lama waktunya pengerjaan. Tapi kini mereka bisa tetap berkomunikasi dan melapor walau terpisah dengan jarak yang begitu jauh. Sungguh alat yang bermanfaat.

Pada pagi hari setelah mereka menerima perhiasan itu. Frederick, Matteo, Fiona, Ayaa dan Zero sudah pergi. Mereka akan membangun bisnis sebagai aliran dana utama untuk organisasi Assailant itu.

Lalu, pada malam hari. Nino dan Riella menyadari jika Yvonne di kamarnya sedang bersiap siap akan pergi keluar. "Tuan, Anda akan pergi kemana?" Tanya mereka berdua. "Jangan berisik, dia sedang tidur" Pinta Yve pada mereka agar tak terlalu berisik karena Violette sedang tertidur lelap.

"Aku? Aku akan pergi mencari sang keadilan"