"Sialan. Akan kuhajar kalian semua"
Saat itu dia bertahan dengan seluruh kekuatan hidupnya. Walaupun sihirnya sedang disegel menggunakan sebuah artefak, tapi dia tetaplah komandan perang. Kekuatan dan pengalamannya masihlah begitu kuat walaupun dia akan dibunuh bawahannya sendiri.
"Ughh, seperti yang diduga dari Liliana. Korps komandan sihir ke 9 yang termuda dalam sejarah. Kau benar benar tangguh" Puji salah satu lelaki yang berada di sana.
Mereka semua berkumpul disana demi satu tujuan. Membunuh hama yang menghalangi tujuan jahat mereka. Dan sekarang cakar mereka sedang diarahkan padanya.
"Kalian pikir aku akan kalah dengan remeh begini?" Bentak Liliana. "Aku adalah pedang keadilan. Aku akan terus membasmi semua hal yang melanggar hukum".
"Ahahaaa. Apa apaan itu? kau selalu sok berdiri terdepan. Tapi lihatlah dirimu sekarang, bahkan untuk berdiri saja kepayahan" Hinanya. Ucapan mereka memang benar, Liliana bahkan sudah tak sanggup berdiri saat ini. Lututnya gemetaran menghadapi berat tubuhnya sendiri. Apalagi sihirnya juga sudah disegel dengan artefak oleh bawahannya.
"Keadilan? kau kira orang sepertimu memahami arti keadilan?" Bentak mereka.
"Kekuatan itu membawa hukum. Jika kau kuat, maka ucapanmu akan menjadi hukum itu sendiri. Sekarang salahkan dirimu karena kau lemah" Hina mereka.
"Fire magic. Soldier of Flame's". Dengan satu rapalan mantra yang dirapalkan bawahannya itu. Kini tercipta patung ksatria yang sepenuhnya terbuat dari api. Para ksatria api itu menusuk Liliana dengan pedang mereka.
"Bakar dia. Seorang De - Un sepertinya tak cocok menjadi komandan".
"Fire magic. Son of flame"
"Fire magic. Ring of Fire"
"Fire magic. Hell Fire"
Semua bawahan yang berkumpul disana merapalkan mantra dengan elemen yang sama. Mantra sihir element api. Mereka berniat membakarnya hidup hidup. Setelah itu, semuanya meninggalkan Liliana yang sudah tewas di hutan itu.
Apa ini? Sebenarnya apa salahku hingga mereka mengkhianati seperti itu. Aku tak masalah walau kalian mengejekku dari belakang. Tapi bisa bisanya kalian jatuh ke jalan kejahatan.
Aku harus bertahan hidup sekuat tenagaku. Tapi apa yang bisa kulakukan? mereka semua sedang merapalkan mantra api untukku. Apa aku harus menyerah?
Tidak tidak tidak! Aku takkan menyerah hanya dengan dibakar. Berikan sihir terkuat kalian, aku akan menahannya sekuat tenagaku. Mau bagaimanapun juga, aku takkan menyerah menegakkan keadilan.
Tapi mau bagaimanapun Liliana menahan dengan tekadnya. Tubuh manusia mempunyai batasan. Perlahan lahan tubuhnya hangus hingga terlihat seperti daging panggang. Setelah semua bawahannya yang membakarnya itu pergi meninggalkannya, Liliana mungkin bisa dipastikan tewas.
Tidak, jari jemarinya masih bergerak. Tubuhnya memang tak bergerak sama sekali, tapi jari tangannya bergerak mencoba mempertahankan kesadarannya.
"Wahh. Sepertinya aku sedikit terlambat"
"Bagaimana ini Tuan?"
"Nino, Lihat itu. Dia masih berusaha hidup. Jadi setidaknya akan kuberikan mantra penyembuh untuknya sekarang"
Setelah itu Yvonne mencoba menyembuhkan Liliana. Dan usahanya itu menghasilkan sesuatu. Dia memang masih hidup, tapi tubuhnya mendapat luka bakar yang cukup parah hingga tak dikenali lagi.
"Riella, gendong dia" Perintah Yve padanya. "Baik Tuan" Jawabnya, setelah itu Riella menggendong Liliana di punggungnya. "Yahh baiklah. Kita pulang" Ajak Yve. Dengan Portal milik Nino, mereka kembali ke mansion.
"Hmm. Yahh. Aku sudah selesai mengobatinya. Tubuh dan wajahnya akan segera pulih sekitar dua minggu lagi. Lalu mungkin besok dia akan siuman" Tegas Yve.
Saat itu, Yve selesai mengobati Liliana di salah satu kamar Mansion. Wajah Liliana dipenuhi perban karena rusak terbakar. Potion penyembuh mungkin bisa mengobatinya, tapi tetap membutuhkan ilmu medis yang mumpuni.
"Kalian sudah boleh pergi kok" Ucap Yve pada Riella Nino. Si kembar itu sedari tadi menunggu Yve selesai mengobati Liliana. Mereka berdua menunggu sambil berdiri bersandar pada tembok.
"Kami akan disini sebentar lagi" Ujar Riella. "Mana bisa kami tidur mendahului anda" Sambung Nino. "Iyaa deh. Ini aku pergi ke kamarku" Pamit Yve.
Kini Yvonne berjalan menyusuri lorong lantai 1. Disampingnya juga ada si kembar yang sedang menuju kamar mereka.
"Tuan, kalau tak salah dia itu Korps komandan bukan?" Tanya Nino. "Ya, itu benar" Ungkap Yvonne. "Lalu kenapa anda menolongnya? Bukankah kekaisaran ini musuh kita?" Tanya Riella.
"Lalu kenapa? Kalian sebelumnya juga musuhku kan?" Ungkap Yve. Kedua saudari kembar itu hanya terdiam menanggapi ucapannya. Entah Yvonne yang hobi merekrut musuhnya, atau ada sesuatu yang telah diprediksi olehnya.
"Dia memiliki idealisme yang menarik bagiku" Ungkap Yve. "Misalkan dia setuju denganku nanti, dia akan membantuku melawan kekaisaran" Ungkapnya. "Dan jika dia tak setuju. Aku juga bisa menggerakkannya di atas papan catur ini tanpa disadari olehnya sendiri" Sambungnya.
"Yahh memang beginilah Tuan Yvonne. Dia tak peduli pada masalalu seseorang, termasuk diriku. Yang dipedulikan hanyalah mereka memiliki kemampuam atau tidak" Pikir Nino di benaknya. "Benar benar berani. Tapi walau ada masalah, dia bisa mengatasinya".
"Kalian tidur saja dulu. Aku mau pergi ke kamarku" Ujar Yve. "Baiklah, selamat malam Tuan" Pamit Nino. "Selamat malam Tuan Yvonne" Lanjut Riella.
[Musim panas, tanggal 271 tahun 3211]
[Pagi hari setelah Yvonne menyelamatkan Liliana]
"Dimana ini?" Pikir Liliana. Kamar yang begitu asing. Dinding kayu yang dipoles dengan lembut. Kasur dan bantal yang empuk dan lembut. Dia benar benar berada ditempat yang asing.
"Sebenarnya dimana ini?" Pikirnya. Setelah mengamati seisi kamar, Kini Liliana mengamati tangannya sendiri. "Aku masih hidup ya" Pikirnya.
Dia menyingkirkan selimut yang menghangatkan tubuhnya. Benar saja sesuai dugaan, tubuhnya sudah disembuhkan oleh seseorang. Walau masih tersisa begitu banyak luka bakar, tapi dia bersyukur karena masih hidup.
Kini Liliana beranjak dari kasur. Dia mendekati meja yang berada di pojok kamar. Lalu dia mengambil cermin kecil yang berada di atas meja. Dia melihat wajahnya sendiri pada cermin.
"Semua bagian wajahku dibalut dengan rapi. Pasti ada seseorang yang menyelamatkanku" Pikirnya. "Kau sudah sadar?" Tanya seseorang yang mengamatinya di belakang.
Liliana begitu kaget dan menoleh ke belakang ke sumber suara itu. Disana ada gadis berambut pirang yang berdiri menatapnya. Seorang gadis kecil yang menggendong seorang bayi. "Apa yang digendong itu adiknya?" Pikir Liliana.
"Apa kamu yang menyelamatkanku?" Tanya Liliana pada Yvonne. "Benar, aku yang menyelamatkanmu" Tegas Yve sambil menarik kursi yang berada di dekat kasur. Setelah itu dia duduk diatas kursi itu sambil memangku Vio.
"Padahal aku Korps komandan. Tapi aku tadi tak bisa merasakan kehadirannya sama sekali. Dia pasti bukan gadis biasa" Pikir Liliana. "Terimakasih karena telah menyelamatkanku. Aku berhutang budi padamu" Ujarnya.
"Duduklah" Suruh Yvonne padanya. Liliana hanya menurut, dia bersikap ramah pada penyelamat hidupnya. "Bagaimana kondisimu?" Tanya Yve.
"Berkat pengobatan yang kuterima, aku menjadi lebih baik. Tubuhku juga sudah bisa bergerak" Ungkapnya. "Syukurlah" Balas Yvonne sambil mencubit pipi Violette yang terasa begitu empuk. "Aaaa. Nnnn" Perkataan tak jelas Vio.
Setelah mengobrol beberapa saat, kini mereka berdua tak mengatakan apapun. Yvonne hanya sibuk menggoda Violette. Tapi Liliana, raut wajahnya seolah terbebani oleh sesuatu. Dia seolah memikirkan hal yang begitu berat baginya.
"Kuucapkan terimakasih karena menyelamatkanku" Ucapnya. "Loh, tadi kan kau sudah berterimakasih" Ungkap Yve. "Lalu, besok aku akan pergi dari sini" Sela Liliana.
"Kenapa? Tubuhmu bahkan belum pulih sepenuhnya kan?" Tanya Yve. "Aku tau itu dengan pasti karena ini tubuhku sendiri. Tapi aku tak bisa membahayakan penyelamatku" Gerutu Liliana. "Ada situasi yang berbahaya. Jika mereka tahu aku ada disini, mungkin kau akan dibunuh"
"Kau kira aku menyelamatkanmu tanpa tahu kau itu siapa? Tenang saja, disini bisa kupastikan aman. Mereka bahkan takkan bisa menemukan ujung rambutmu" Ucap Yve. Dia begitu percaya diri jika mansionnya takkan ditemukan oleh prajurit kekaisaran Claudia.
"Tidak, tak bisa. Kau hanya terlalu percaya diri. Kau tak tahu seberapa berbahayanya mereka" Racau Liliana. "Mereka memang takkan bisa menemukan tempat ini kok. Buktinya kau saja tak pernah bisa menemukanku bukan?". Setelah mengatakan hal itu, Yvonne tersenyum begitu percaya diri.
"Huhh? Apa maskudmu?". Wajah Liliana mulai terlihat kebingungan. Dia tak tahu apa yang ada di pikiran gadis yang ada di depannya ini. "Belakangan ini ada pemberontakan bukan. Lalu ada bangsawan yang dibunuh di antaranya" Ungkap Yve. "Kau dan pasukanmu berusaha mencariku, tapi kalian tak pernah bisa menemukanku bukan" Perkataan Yvonne saat itu seolah merendahkannya.
"Tunggu, jangan jangan". Kini Liliana mulai menebak nebak identitas Yvonne. " Ya, itu benar. Aku Yvonne Isabelle Coquette, ketua dari organisasi Assailant" Ungkapnya.
"Singkatnya, aku musuhmu. Tapi penyelidikan kalian bahkan tak bisa menemukan namaku" Sambungnya.
Yvonne mulai mengambil secangkir obat yang sebelumnya dia taruh di atas meja. "Tak perlu terkejut dulu, lebih baik minum obat ini agar tubuhmu segera sembuh. Mungkin sedikit panas, tapi obat ini cukup manju-"
Padahal Yvonne menawarinya dengan ramah, tapi Liliana menepis obat itu. Kini cangkirnya pecah di lantai. Obat panas itu juga berjatuhan membasahi lantai, tapi ada beberapa tetes yang mengenai wajah Violette. Vio menjadi menangis karena terluka terkena obat panas itu.
Tanpa aba aba, Yvonne langsung menyerang Liliana. Tangan kirinya mengendong Vio, tangan kanannya mencekik Leher Liliana dengan kuat. "Bangsat. Mentang mentang aku terlihat ramah, apa kau meremehkanku?" Teriak Yvonne sambil membenturkan tubuh Liliana ke dinding.
"Aku tak masalah dengan sikap tak sopanmu. Tapi tindakanmu menyakiti anakku". Yvonne Mulai menambah tenaga pada tangan yang mencekiknya. Wajah Liliana kini mulai membiru karenanya.
"Tuan, ada apa? Saya mendengar suara yang keras dan segera datang kemari" Teriak Nino yang memasuki kamar itu. Yvonne lalu melepaskan cekikannya itu. "Jadi itu anaknya? bukan adiknya?" Pikir Liliana di benaknya.
"Bawa Violette untuk jalan jalan diluar. Pastikan jaga dia baik baik. Aku ingin berbicara berdua dengannya" Perintah Yve pada Nino. "Baik" Ucap Nino. Nino mulai membuka portalnya, mereka meninggalkan Yvonne dan Liliana berdua saja di ruangan itu.
"Jika seperti ini, dari awal lebih baik bunuh saja aku" Cemoohnya sambil meringkuh kesakitan. "Apa kau tak sadar jika yang kau lakukan itu juga kejahatan? Kau menggunakan kekuasaanmu untuk menekan rakyat kecil dengan semena mena" Hina Yve padanya.
"Tak hanya itu, kau juga-" Ucapan Yve terhenti.
"Apa, aku juga kenapa? Lebih baik aku tak mendengarkan ucapan pemberontak sepertimu" Sanggahnya. "Aku ini selalu mengikuti hukum dan prosedur yang ada" Gerutunya.
"Hukum? Lucu sekali. Maksudmu hukum yang selalu abu abu untuk para bangsawan?" Cemooh Yvonne padanya. Dari raut wajahnya, sudah jelas jika harga diri Liliana tercoret karena perkataannya.
"Kalian juga bahkan menaikkan pajak begitu tinggi. Pajak 30% dari penghasilan, kau pikir itu masuk akal?" Cemooh Yve. "Kalian bahkan tak memberi fasilitas ataupun sistem yang bermanfaat untuk warga. Selain itu korupsi yang merajarela. Pungutan liar oleh para prajurit"
"Ughhh. Itu Cuma oknum. Tak semua prajurit kekaisaran memiliki sifat macam itu" Ungkapnya mencoba melindungi dirinya sendiri. "Benar, itu Cuma oknum. Tapi jika dikumpulkan mungkin berjumlah ribuan. Aku sendiri bahkan curiga jika kaisar itu sama seperti mereka. Bangsawan dan kaisar yang sampah"
Liliana hanya terdiam karena ucapan Yvonne. Dia masih teguh dengan pendiriannya sendiri yaitu keadilan dan hukum. Kini bibirnya mulai bergerak dan dia akan mengatakan sesuatu. "Tapi tetap saja, kita berdua ini manusia. Kau tak bisa membunuh sembarangan. Pasti ada cara yang lebih efisien" Tegas Liliana.
"Huft. Sepertinya sia sia berbicara denganmu. Baiklah sekarang ikuti aku. Akan kutunjukkan padamu bagaimana kondisi kekaisaran saat ini" Ajak Yvonne.
Yve mulai membuka kedua tangannya. Dia menciptakan portal teleportasi. Setelah itu dia memasukinya dan diikuti oleh Liliana. Mereka kini sudah sampai di suatu tempat.
"Dimana ini. Tempat apa ini" Pikir Liliana. "Ini bagian belakang dari mansion seorang bangsawan. Count Hugo, dia memiliki banyak catatan kejahatan, tapi menurutku yang paling menonjol adalah sifatnya yang maniak seks" Ucap Yvonne.
Mereka kini menyusuri taman di belakang mansion itu. Kini mereka masuk ke kandang kuda. Dan tanpa diketahui siapapun, ada ruangan rahasia dibawah kandang itu. Yvonne mengetahuinya sejak lama.
"Ini, tulang belulang. Kenapa semuanya pendek dan kecil" Batin Liliana. Namun, di ujung ruangan bawah tanah itu juga masih ada beberapa mayat. Mayat gadis yang membusuk dikerubungi ulat dan belatung.
"Count Hugo ini seorang maniak seks. Lalu apa kau tak penasaran kenapa semua tulang disini memiliki ukuran yang kecil? Itu karena dia seorang pedofil. Selesai melakukan hubungan seksual dengan mereka, si hugo bangsat itu membuang mayat mereka kesini" Penjelasan Yve.
Saat itu, Liliana muntah karena tak kuat menahan aroma busuk bau bangkai yang begitu pekat dan kuat. "Ikut aku" Perintah Yve padanya. Dia mulai membuka portal teleportasi. Kini mereka berada di ruang kerja milik Yvonne. Yve mencari suatu hal yang ingin dia tunjukkan pada Liliana.
Yve pun melemparkan sejumlah kertas ke arah Liliana. "Sophia, Olivia, Ava, Luna, Freya, Astrid, Margaret, Amelia, Beth, Elisabeth, Anaa, Ayora, Lea, Galatea, Ondine, Lila, Nina, Picca, Edda, Elara, Clio, Helga. Itu adalah nama nama gadis yang jadi korban pemerkosaan dari Count Hugo. Tak semuanya dibunuh, ada juga yang kabur dan akhirnya mentalnya terganggu" Ungkap Yvonne.
Liliana tak mengambil kertas yang dilempar Yvonne. "Masih ada banyak nama lain, kau bisa melihatnya di dokumen itu" Suruh Yve. Tapi Liliana hanya memandangi dokumen yang dibawah kakinya itu. Dia hanya diam, tak mengatakan apapun sama sekali.
"Selanjutnya" Ucap Yve. Kini mereka berpindah ke cabang Slave Association. Tapi tempat itu sudah rata dengan tanah karena Yvonne menghancurkannya. "Sebelumnya ini adalah salah satu cabang perdagangan budak. Kau bisa berkeliling sepuasmu".
Lalu, setelah mereka berkeliling di tempat itu. Lagi lagi mereka berpindah tempat. Kali ini mereka mengunjungi licanthrope dari dua suku. Suku putih dan suku biru muda. "Suku Licanthrope ini adalah salah satu korban perbudakan" Ungkap Yve.
Disana Liliana hanya duduk. Sementara Yvonne bermain dengan anak anak dari suku itu. Petak umpet, bermain bola, lempar tangkap, kejar kejaran. Banyak permainan yang dilakukan Yvonne dengan anak anak dari suku itu. Liliana hanya mengamati mereka dari kejauhan.
Setelah itu, mereka berpindah tempat sekali lagi. Kali ini sekali lagi mereka memasuki sebuah wilayah bangsawan. Anehnya, semua orang di jalanan terlihat kurus seperti hanya tersisa tulang belulang. Mereka juga seolah begitu lemas tak ada tenaga. Selain itu setengah dari mereka juga terlihat seperti orang gila. Membenturkan kepala mereka sendiri ke dinding dan sebagainya. Jalanan itu dipenuhi pemandangan orang yang hilang akal.
"Ini adalah wilayah bangsawan. Marquess Dean. Dia memproduksi Fentalyn dan-". "Sudah cukup. Ayo kita kembali" Ajak Liliana, ucapannya itu menghentikan perkataan Yvonne. "Okee". Setelah itu mereka kembali ke kamar tempat Liliana dirawat.
"Yvonne. Aku tahu maksudmu. Kau menunjukkan seberapa bobroknya kekaisaran ini, tetapi pasti ada cara lain. Kan masih bisa tak perlu melakukan begitu banyak pembunuhan" Bujuk Liliana. "Iyaa, memang benar masih ada cara yang lebih lembut" Ungkap Yve.
"Sudah kuduga kau mengetahuinya. Jadi lebih baik". "Tapi itu terlalu lama. 10 tahun? 50? 100? Aku tak punya waktu untuk itu. Dengan caraku setidaknya ini akan selesai paling lambat 5 tahun" Ungkapnya. "Baiklah, tapi memangnya kau tak takut pada neraka?"
"Aku tak peduli seberapa buruk jalan yang kutempuh. Neraka? Aku takut, tapi aku tak peduli. Begitu juga dengan dewa, jika mereka menghalangiku juga pasti akan kulawan. Aku takkan mundur" Ungkap Yve.
"Liliana, aku tahu semua perjuanganmu" Iba Yve padanya. "Ya. Sejak kecil aku sudah berjuang sekuat tenaga. Begitu keras usahaku sehingga bisa mencapai posisi ini. Tapi, aku dikhianati oleh bawahanku sendiri. Ini rasanya begitu tak adil" Keluhnya. "Yvonne, sebenarnya apa itu keadilan menurutmu" Tanya Liliana.
"Entahlah. Aku tak terlalu memahaminya. Tapi, menurutku keadilan itu tak harus sama. Semuanya memiliki takarannya masing masing, semua hal tak harus sama. Dan menurutku satu satunya keadilan mutlak di dunia ini adalah semua orang merasakan ketidakadilan"
Saat mendengar pendapat Yvonne, Liliana menjadi sedikit paham arti keadilan sesungguhnya. Dia mencoba menahan tangisnya sekuat tenaga, tapi air matanya tak bisa dia bendung. Yvonne saat itu mengusap air mata wanita itu. Kini pandangannya tentang keadilan mulai berubah. Lagi lagi dia bertanya.
"Lalu hukum. Bagaimana hukum menurutmu di kekaisaran ini?". "Hukum dibuat untuk mencegah kejahatan dan membangun kedisiplinan. Hukum dibuat oleh pihak yang kuat. Tapi disini, bagiku hukum tak ada ubahnya dengan sampah. Oleh karena itu aku akan jadi pihak yang kuat"
"Renungkan saja semuanya. Pikirkan dengan baik. Akan kuberi waktu. Kuharap kau mau bergabung denganku". Setelah mengatakan hal itu, Yvonne meninggalkan Liliana seorang diri.
Pandangannya seolah tercerahkan. Pikirannya mulai berubah. Dia merasa seolah bertemu dengan sang pembawa cahaya.
Tak jelas bagaimana ekspresi Liliana saat itu. Yang pasti, dia merenungkannya. Pikirannya terlarut didalam gelas berisi air. Dirinya juga keluar dari dilema yang memenuhi kepalanya.
[Musim Panas, tanggal 271 tahun 3211]
[Sore hari setelah kejadian itu]
"Bagaimana kondisimu?" Tanya Yve. Dia masuk ke kamar Liliana sambil membawa sepiring makanan untuknya. "Lebih baik. Tadi siang juga aku sudah makan. Bawahanmu yang kembar itu mengantarkannya" Sahutnya. "Jadi, mari kudengarkan keputusan apa yang akan kau buat"
Yvonne menaruh sepiring makanan itu keatas meja. Lalu dia mulai duduk diatas kursi. Dia akan mendengar perkataan Liliana. "Aku... aku akan bergabung dengan organisasimu" Ujarnya.
"Tapi dengan satu syarat. Jika aku merasa kau sudah tak mengikuti prinsipmu, kau tak membuat kemajuan soal pembersihan kekaisaran, ataupun kau tak kompeten menjadi pemimpin, maka aku akan meninggalkanmu" Imbuhnya.
"Kau yakin? Syarat masuk di organisasiku adalah kau harus melepas dan melupakan masa lalumu. Itu agar kau bisa lebih fokus dengan pekerjaanmu" Ungkap Yve. "Ya, aku tak masalah" Jawab Liliana. "Okee. Mulai sekarang namamu adalah Rhea"
"Selamat datang di Assailant. Kuharap dirimu akan nyaman"