Bermain Catur [3]

Gusi yang robek, tubuh babak belur karena dikoyak oleh lawannya, kaki yang terlihat lemas. Namun, dengan kegigihannya dia bisa bertahan. Itulah Zero, tak ada yang bisa mematahkan kegigihannya. Dia benar benar tak ingin dikalahkan, walau oleh dirinya sendiri yang sekarang.

"Huhh. Dipikir pikir, kenapa aku sering menghadapi situasi hidup dan mati macam ini ya?" Tanya Zero pada dirinya sendiri. Dia mencoba bertahan sekuat tenaga dari serangan patung dirinya sendiri.

"Kata Tuan tadi patung ini dua kali lipat lebih kuat, apa karena itu aku tak bisa mengalahkannya. Atau, aku saja yang lemah?" Saat itu dilema memenuhi pikiran Zero.

Pikirannya dipenuhi kekacauan karena terlihat lebih lemah dari anggota Assailant yang lain. Rasa inferior memenuhi hatinya. Saat itu, patung Zero yang berubah menjadi serigala mulai meloncat dan menerjang ke arah Zero.

"Tapi, aku takkan menyerah semudah itu. Aku takkan tumbang" Teriaknya sambil menghindari cakaran patung itu. Zero langsung memberikan serangan balik, dia menusuk mata patung itu dengan jarinya. Tapi, patung itu menunduk dan menendang perut Zero. Kini, Zero memegang kaki patung itu dengan kuat. Dia mengigit kaki patung itu.

Kaki patung itu kini menjadi retak bahkan hancur. Tapi, patung itu juga punya kegigihan yang dimiliki Zero. Patung itu mulai mencoba mengigit lengan Zero. Tetapi, sebuah keanehan terjadi. Patung itu melompat mundur dari Zero, dia meloncat mundur begitu jauh.

"Ehh, dia kenapa?" Tanya Zero pada dirinya sendiri. Saat Zero mulai melihat ekspresi wajah patung itu, dia menyadari sesuatu. "Ahh, dia ketakutan" Gumam Zero.

"Satu satunya hal yang bisa membuatku merasakan terror adalah Tuan Yvonne Isabelle. Karena aku terluka begitu banyak, aku jadi tak menyadari jika Tuan sedang mendekat dengan kecepatan tinggi" Gumam Zero.

"Aku jadi teringat pertemuan pertamaku dengannya. Saat itu di padang salju, aku mencoba melawannya. Dan saat itu tuan Yvonne melayangkan sebuah pukulan, tapi aku bisa melihat puluhan langkah lanjutan dari teknik itu. Kemanapun aku menghindar, teknik lanjutannya masih mengenaiku" Gumam Zero.

"Lalu sekarang, apa aku bisa beristirahat dengan tenang. Aku... Cukup lelah" Gerutunya. Zero tak kuat menerima beban luka yang begitu banyak hingga akhirnya jatuh pingsan. Dan, Yvonne datang dengan menghancurkan tembok batu di dekatnya.

Yvonne berjalan dengan begitu santai mendekati Zero. Dia bahkan tak melirik ke arah patung Zero sama sekali. Atau mungkin, sebenarnya Yvonne tak peduli pada lawannya itu. Benar benar sifat yang penuh kesombongan mutlak.

Saat sudah berada di dekat Zero, Yvonne duduk untuk memastikan keadaannya. "Tak apa, tidurlah. Kau sudah bertahan cukup baik" Puji Yvonne pada Zero yang sudah terkapar tak berdaya. "Mau bagaimanapun yang lain menghinamu, kau itu kuat. Kau sangat kuat, aku mengakuimu" Puji Yvonne sekali lagi.

Kini, Yvonne berdiri. Dia melempar ramuan penyembuh yang begitu mujarab ke badan Zero. Seketika hampir semua lukanya menghilang, tapi Zero sendiri masih pingsan tak berdaya. "Potion penyembuh yang cukup mahal, tapi ini sesuai dengan efeknya" Ujar Yve saat itu.

Kini, dia menatap dengan tegas ke arah patung itu. Dia berjalan dengan begitu santai ke arahnya. Aura mematikan yang dipenuhi kesombongan dipancarkan olehnya. "Sekarang, akan kuhajar dirimu karena telah membuatnya terlihat tak berdaya macam itu" Katanya dengan suara yang begitu pelan.

Patung Zero saat itu berdiri dengan ketakutan. Tentu, binatang macamnya pasti merasakan takut jika dihadapkan dengan predator yang begitu tangguh.

Yvonne menciptakan sebuah tombak dengan sihirnya. Dia kini menggunakan tekniknya yaitu shadow steps untuk berpindah ke belakang patung Zero. Dia menebas patung itu dengan bilah tombak itu. Tapi, patung itu menunduk menghindarinya. Sesuai kata Zero, teknik lanjutannya itu sudah pasti tak bisa dihindarinya. Ujung tombak yang lain mengenai kepala patung Zero.

Kini patung itu terpental hingga membentur tembok labirin. Tembok di sekitarnya bahkan hingga retak karenanya. Kini sebuah sabit besar yang begitu tajam memotong kaki kiri patung itu. Patung itu menjadi tak berdaya sama sekali.

Tapi tetap saja, kegigihan Zero juga dimilikinya. Walau kedua kakinya telah hancur, patung itu mencoba bangkit, dia berlari dengan dua tangannya. Mencoba kabur dari Yvonne, tapi itu hal yang mustahil.

"Kau mau kemana" Hina Yve padanya. Kini sebuah anak panah menancap di punggung patung itu. Tak lama kemudian, ada beberapa panah lagi yang menancap di punggungnya. Tidak, itu bukan hanya beberapa, tapi ratusan panah menghujaninya.

Patung itu tertusuk oleh panah yang begitu banyak. Tapi, dia masih gigih bertahan walau tak ada kemungkinan untuk hidup baginya. "Padahal hanya patung, tapi kau juga bisa merasa takut ya" Hina Yve padanya.

Yvonne memegang kepala patung itu dengan kedua tangannya. Kini dia memelintir kepalanya hingga terbalik 180 derajat. Setelah itu dia memisahkan kepala dan badan patung itu. Kematian yang begitu mengerikan terjadi padanya.

"Aku bersumpah akan membunuh eksekutif 017 secepat mungkin" Janji Yvonne pada dirinya sendiri. "Sekarang, saatnya aku membangunkannya" Kata Yve sambil berjalan santai mendekati Zero. "Dia pasti masih bisa bertarung. Staminanya juga tersisa banyak. Hanya luka yang membuatnya seperti itu, dan itu sudah kusembuhkan"

Saat membangunkan Zero, Yvonne merasakan ada suatu hal yang mendekatinya "Ada dua orang yang mengarah kemari dari arah jam 6. Aku bisa merasakannya" Gumamnya.

Dia pun menjebol tembok labirin ke arah dua orang itu. "Ayaa, Rhea. Kemarilah" Suruhnya. "Wahh, ternyata anda. Kukira siapa" Sapa Ayaa pada Yvonne. "Dia menjebol tembok baru dengan begitu mudahnya. Seberapa kuat dirinya?" Batin Rhea.

"Bangunkan Zero. Kita akan pergi ke lantai atas" Suruh Yvonne pada mereka berdua. "Ehh? Caranya?" Tanya Rhea. "Cara yang sama dengan yang kulakukan untuk menjemput kalian" Tegasnya.

Lantai selanjutnya. Kini banyak ruangan yang terlihat seperti penjara. Dwarf, Manusia, Elf ataupun Licanthrope. Semua ruangan itu dipenuhi budak dari berbagai ras. Kotor dan tak terawat. Kurus dan penuh luka. Mata mereka terlihat sudah mati, atau mereka memang mengganggap dirinya mati.

"Tuan, aku ingin membebaskan mereka" Ujar Rhea. "Jangan, kita tak ada persiapan untuk membebaskan semuanya. Jika memaksa, mereka pasti banyak yang akan terbunuh" Tegas Yvonne.

Dari ujung lorong terdengar langkah beberapa orang. Pedang, golok, tombak dan panah. Mereka membawa senjata yang begitu banyak. Sepertinya tak ada penyihir di antara mereka.

"Huhh, apa kalian yang perlu kuhadapi?" Tanya seseorang diantara para petarung itu. Yang pasti, dia lah yang paling kuat disekumpulan orang orang itu.

Pedang dengan dua mata pedang. Pegangan yang dilapisi karet. Rambut coklat dan mata biru yang terlihat begitu bersemangat. Dengan tubuh manusia yang begitu berotot. Sudah jelas jika dia prajurit bayaran yang begitu berpengalaman.

"Kau, kau yang paling kuat diantara semuanya. Aku ingin melawanmu" Ungkapnya sambil menunjuk Yvonne dengan jarinya. Dia malah menantang Yve. "Mana senjatamu?" Tanyanya pada Yvonne. Memang, sedari awal Yvonne tak membawa senjata apapun. Karena dia bisa menciptakan senjata dengan sihirnya.

"Aku, Lorenzo menantangmu untuk sebuah duel" Katanya sambil melemparkan pedang cadangannya pada Yvonne. Yve menangkap pedang yang dilempar orang itu. "Aku bisa melihatnya. Tubuh kecilmu yang begitu kuat. Kau sudah mencapai tingkat Quattro dalam tingkatan petarung. Itu tingkatan yang sama sepertiku" Tegasnya.

"Kau, kenapa tak langsung menyerang kami? kau kan menang jumlah" Tanya Yvonne sambil membuka sarung pedang milik Lorenzo. "Aku hanya ingin memenuhi keinginanku. Aku perlu mengalahkan seseorang yang begitu kuat" Tegasnya.

"Ayaa, Zero, Rhea. Kalian atasi bawahannya. Biar aku yang melawannya" Suruh Yvonne. Setelah itu mereka bertiga langsung menyerbu melawan sekelompok tentara bayaran itu.

"Dan untukmu, kuterima tantanganmu" Jawab Yvonne. "Tak ada dendam pribadi, tak ada perasaan. Ini hanya di antara kita" Gumam Lorenzo.

Lorenzo pun mulai melemparkan sarung pedangnya ke arah Yvonne. Dia mencoba menggunakan hal itu untuk mengalihkan perhatiannya. Setelah itu, satu tusukan kedepan.

Tanpa gerakan yang terbuang. Yvonne mundur selangkah dan mengubah arah pedang Lorenzo dengan pedangnya. Setelah itu Yvonne menebaskan pedangnya tiga kali ke Lorenzo, tapi itu masih bisa ditepis olehnya. Mereka saling memberikan sapaan.

Shadow step, Yvonne menggunakan teknik langkah kakinya itu untuk berpindah ke belakang Lorenzo. Dia berniat mengakhirinya dengan cepat. Satu tebasan ke arah punggungnya. Tapi lawannya itu melindungi pungungnya dengan pedangnya. "Wahh, kecepatan kaki macam apa itu" Tegas Lorenzo.

"Entahlah, aku mendapatkannya dengan sedikit sulit" Tegas Yve. "Tapi itu tak penting bukan?" Katanya sambil mencoba menendang lutut Lorenzo.

"Pedang musim gugur, gerakan pertama. Tiga tebasan dibawah bunga". Lorenzo mengeluarkan tekniknya untuk menyerang Yvonne. Tapi tiba tiba keseimbangannya kacau oleh sesuatu. Setelah itu, suatu hal pun terjadi.

"Maaf, aku tak ada waktu untuk meladeni pertarungan ini" Tegas Yvonne. Lorenzo tertebas di perutnya. Tubuhnya terbelah menjadi dua. Kini Yvonne berjalan meninggalkannya yang sudah sekarat.

"Kau curang, ternyata kau adalah seorang penyihir. Kau dari tadi menghindar sambil menciptakan paku tajam di lantai" Tegas Lorenzo.

"Lagipula aku akan segera mati. Jadi, Kumohon. Tolong beritahu aku, tebasan macam apa yang kau lakukan diakhir tadi. Kenapa aku tak bisa melihatnya".

Yvonne dan bawahannya sudah selesai mengatasi tentara bayaran itu. Mereka disapu bersih oleh bawahan Yve itu. "Kalian, pergilah ke lantai teratas. Tempat yang tadi. Aku akan menyusul" Suruh Yvonne. "Baik"

Yvonne mulai membalikkan badannya. Dia mendekati Lorenzo yang sedang sekarat terkapar tak berdaya. "Maafkan aku karena mengabaikanmu" Pinta Yvonne.

"Tak apa"

cough cough

Dia mulai batuk hingga mengeluarkan darah. Wajar saja karena tubuhnya sudah terpotong. "Jadi... Teknik macam apa, yang kau lakukan diakhir" Tanyanya.

"Aku mengkombinasikan gerakan tiga sendi lenganku untuk membuat tebasannya menjadi lebih cepat. Dan kupadukan dengan teknik langkah kaki. Itulah alasan kenapa tebasannya menjadi tak terlihat" Ujar Yvonne.

"Jadi begitu, perbedaan tingkatan diantara kita begitu lebar. Sejak awal kemenangan sudah ditentukan" Tegas Lorenzo. "Ya, itu benar" Jawab Yvonne sambil pergi meninggalkannya.

Diakhie hidupnya, Lorenzo melihat seseorang. Dia melihat kakaknya sendiri yang selalu meremehkan dan memandang rendah dirinya. Dia selalu merasa tertinggal oleh kakaknya itu.

"Kakak, sepertinya sampai akhirpun aku tak bisa mengalahkanmu"

"Kenapa, kenapa kamu selalu membenciku. Padahal kita ini saudara"

Diakhir hidupnya, itulah salah satu penyesalan darinya.

Tempat awal, empat orang itu kini sudah kembali ke titik awal. Yvonne, Ayaa, Rhea dan Zero. titik dimana mereka bertemu dengan salah satu eksekutif Hell Hound, yaitu 017.

Tapi, para Assailant itu disambut dengan pemandangan tak biasa. Mereka disambut langsung oleh ketua Hell Hound. Sang ketua berdiri di lantai teratas, sementara itu Yvonne dan bawahannya satu lantai di bawahnya. Lantai tempat Yvonne itu di hubungkan dengan tangga yang begitu lebar untuk pergi ke lantai selanjutnya. Tempat dimana ketua Hell Hound itu berdiri. Dia dan Yvonne saling bertatapan dari jarak yang begitu jauh.

"Kenapa ini, wajahnya sedikit tak asing" Pikir Yvonne di benaknya. "Ohh, kalian para kutu sialan sudah sampai hingga keatas sini" Teriak 017.

Sang ketua hanya memandang Yvonne dengan rendah. Sementara itu di sebelah kirinya ada eksekutif 017. Di samping kanannya ada seorang Elf. Tak begitu jelas identitas Elf itu, wajahnya tertutup tudung.

"Hahh, kau berisik sekali ya. Kau benar benar membuatku kesal" Bentak Yvonne pada 017. "Terus kenapa, kau hanya manusia biasa" Kata 017. "Lihatlah diriku" Kata 017 sambil menunjukkan telinga Elfnya yang sebelumnya dia tutupi dengan rambut.

"Aku ini Elf. Ras yang diberkati oleh sihir. Tak sepertimu yang hanya manusia rendahan" Hinanya pada Yvonne. "Dan tak lama lagi, aku akan mencapai levelnya. Arabella, sang pahlawan. Aku akan melampauinya" Ungkapnya.

"Sungguh, diamlah kau. Berisik sekali sialan. Padahal hanya punya telinga runcing" Teriak Yvonne. "Hah? kau meremehkan keagunganku. Padahal sebelumnya kau kewalahan karena kekuatanku. Dan sekar-". Pada saat itu, celotehan dari 017 itu terhenti.

Yvonne sudah berada tepat di belakang 017 dengan kecepatan yang tak bisa dideteksi siapapun disana. Dantara Yvonne dan 017 hanya berjarak beberapa jari saja. Mereka benar benar dekat saat itu. Yvonne dengan cepat memegang kepala 017, memutarnya dengan begitu kuat. Kini wajahnya menghadap ke belakang ke arah Yvonne. Wajahnya terlihat terkejut saat itu, dari mata dan mulutnya juga keluar darah. Dia benar benar tewas karena kepalanya diputar kebelakang.

Setelah itu Yvonne kembali ke samping Ayaa. Dia berpindah keatas dengan teknik kakinya yaitu Sky Step. Jika hanya menggunakan teknik itu sebanyak 2 kali, efeknya masih bisa ditahan tubuh Yvonne.

"Ahh, maaf maaf. Aku hanya tak suka hal yang berisik" Hina Yvonne pada ketua Hell Hound. Tapi wajah sang ketua begitu datar, ekspresinya seolah tak peduli dengan kematian bawahannya. "Ini menarik, perkenalkan namaku Zeno" Sapa Elf yang berada di samping sang ketua Hell Hound. Sepertinya dia adalah tangan kanan dari si ketua.

"Bagaimana caramu menembus sihir pertahanan pasif miliknya?" Tanya Zeno pada Yvonne. "Sebelumnya aku sudah menyerangnya satu kali dengan sihirku" Tegas Yve. "Dan saat itu sihirku ditahan oleh sihir pasif barrier pertahanan miliknya. Saat itu aku sudah mengetahui kelemahannya"

"Diserang dari luar maka akan dihalangi oleh Barrier itu. Tapi jika kau berpindah ke dalamnya, maka kau bisa membunuhnya" Ungkap Yvonne. "Mengagumkan, dia bisa mengetahui kelemahan 017 dengan waktu yang singkat" Pikir Zeno di benaknya. Dia begitu terkesan dengan kecerdasan Yve. Sayang sekali, mereka adalah lawan. Jika mereka kawan, mereka pasti akan begitu dekat.

"Yahh, itu tak begitu penting" Gumam Yve. "Ayaa, buatlah portal teleportasi. Lalu pergilah dengan Rhea dan Zero" Suruh Yvonne padanya. "Baik" Jawab Ayaa.

"Lalu kau kira aku akan membiarkanmu pergi begitu saja?" Tegas Zeno. "Barrier magic. Anti teleportation" Rapalnya sambil mengangkat kedua tangannya. Sebuah kubah merah mulai terbentuk. Kubah itu difungsikan untuk menghalangi portal dan sihir teleportasi. Itu digunakan untuk mencegah Yvonne dan yang lain kabur.

"Dan kau kira aku takkan membatalkan barrier rendahan milikmu ini" Hina Yve. Dia menjentikkan jarinya, penghalang yang dibuat oleh Zeno saat itu langsung menghilang. "Tidak mungkin, dia juga penyihir? terlebih lagi tanpa mantra?" Pikir Zeno di benaknya.

"Mustahil, artefak apa yang kau gunakan. Kecerdasan macam apa yang kau miliki sehingga bisa membatalkan barrier sihirku. Terlebih lagi, bukankah memperlukan mana dalam jumlah besar untuk hal itu" Kata Zeno dengan wajah yang penuh keheranan. "Ya, kebetulan sekali aku pernah meneliti soal barrier. Aku juga tak perlu khawatir soal mana. Toh, jantung mana milikku menyimpan mana 10 kali lebih besar dari tingkatanku" Ungkap Yve.

"Apa anda yakin ingin ditinggal sendirian?" Tanya Rhea. "Sudahlah, beliau pasti memiliki rencana. Lebih baik kita tak mengganggunya" Ujar Ayaa. "Iyaa, itu benar" Imbuh Zero. "Setelah ini kalian langsung bantulah Frederick dan yang lainnya" Suruh Yve.

Setelah itu mereka bertiga mulai pergi meninggalkan Yvonne sendirian. "Ketua, apa yang perlu kita lakukan?" Bisik Zeno pada ketuanya. Tapi ketua Hell Hound tak merespon perkataannya sama sekali. Dia hanya terus menatap Yvonne dengan tajam. "Apa kau ingin menghadapi kami semua sendirian?" Bentak Zeno.

"Entahlah. Kebetulan juga aku suka dikeroyok" Jawab Yvonne. "Kau bocah. Apa kau tak bisa berhenti bermain main". Akhirnya sang ketua mulai mengatakan sesuatu saat itu. " Bukankah wajar bocah sepertiku suka bermain?" Hina Yvonne sekali lagi. Dia benar benar memprovokasinya.

"Sial, tamatlah sudah riwayatnya. Ketua tak suka dibuat kesal" Pikir Zeno.

Rambut putih yang begitu panjang. Tubuh kekar dan begitu berisi. Cakar dan taring Licanthrope. Itulah sang ketua. Dia langsung meloncat ke lantai bawah menuju Yvonne.

"Sialan, apa para Lican itu memang suka langsung maju begitu" Pikir Yve di benaknya.

Cakar si ketua itu begitu besar. Serangannya menghancurkan seluruh lantai tempat itu. Padahal hanya satu serangan, tapi dampak destruktif yang diberikan begitu besar. Terlebih lagi Yvonne sudah tak ada di hadapannya. Yvonne sudah menghilang, tak ada di manapun, pergi tanpa diketahui siapapun.

Sementara itu di suatu tempat yang begitu jauh dari Slave Association. Didalam hutan Assiria, disanalah Yvonne berada. Dia berada di depan mansion miliknya yang sudah kosong tak ada penghuni. Yve berdiri dengan kepayahan menahan luka yang ada di tangannya.

"Apa apaan itu. Ini sungguh tak bisa di percaya"

"Serangannya belum mengenaiku. Tapi dampak dari tekanan udara yang ditimbulkannya saja bisa membuat lenganku patah?"

"Untunglah aku sudah menyiapkan portal teleportasi untuk kabur" Kata Yvonne sambil menyembuhkan tangannya dengan sihir penyembuh. Perlahan lahan tulang yang patah itu menyambung. Walau menyakitkan, dia masih bisa menahannnya.

"Tapi tak kusangka. Identitas ketua Hell Hound ternyata adalah... Yahh untuk saat ini itu tak penting. Aku bisa menanyakan langsung ke orang yang bersangkutan" Gumamnya.

"Sekarang, semua bawahanku kecuali Riella pasti sudah menuju utara. Apa Riella masih menyebarkan rumornya?". Saat itu Yvonne berbicara dengan dirinya sendiri. Melakukan sebuah monolog sambil pergi ke arah utara.

"Semua umpan sudah ditebar, pemicu sudah dipasang. Hanya menunggu waktu untuk berjalan sesuai dengan rencanaku"