Identitas

"Tuan, dari arah barat daya. Saya merasakan ada pergerakan dari beberapa Troll" Kata Zero. Malam itu dia melaporkan ada pergerakan yang aneh di dalam hutan.

"Wahh, sepertinya kita diikuti" Papar Rhea. "Rhea, ayo ikut aku membereskan mereka. Zero, tunjukkan jalannya. Ayaa dan yang lainnya, kalian fokus memasak dan membuat tenda saja" Suruh Yvonne.

"Baikk" Ucap Ayaa. Dia dan beberapa bawahan Yvonne yang lain sedang memasak dan bersiap siap untuk membuat tempat istirahat sementara. Kini Yvonne, Rhea dan Zero meninggalkan mereka.

"kraghh, raghh, arrghh graghh. (Kau! Manusia. Kenapa melewati wilayah kami)" Kata Troll itu. Dia berbicara dengan bahasanya sendiri, tapi tak ada yang mengerti dengan ucapannya.

"Kamu, manusia. Kenapa memasuki wilayah kekuasaan kami. Itu yang dia katakan" Ucap Yvonne. Tak disangka dia dapat memahaminya. "Loh, anda bisa bahasa mereka? padahal aku tak pernah mendengar jika perkataan mereka dimengerti" Tanya Zero.

"Tentu tidak. Aku tak mengerti. Aku hanya menebak maksudnya dari gestur dan tubuh mereka. Aku tak benar benar memahaminya" Ungkap Yvonne. Tetap saja, memahami ucapan monster itu sedikit mengagumkan. Yvonne menggunakan gestur, pergerakan otot dan tangan lawan didepannya itu untuk menebak apa yang mereka katakan.

"Jadi ini cuma persoalan wilayah ya. Kukira ada sesuatu, ternyata hal yang sepele" Pikir Yvonne di benaknya. "Ini hanya sementara, besok kami akan pergi" Ungkap Yvonne. Dia mencoba berkomunikasi dengan Trolls itu.

"Arrghh, araca. Raghh. Rrrghhh (Kamu, manusia lemah. Kamu, melewati wilayah. Kamu, harus mati)" Kata Troll itu. Tentu, hanya Yvonne yang mengerti maksudnya saat itu. Beberapa Troll liar yang berada di belakangnya bersorak sorak setelah pemimpinnya mengatakan hal tersebut.

"Kelompokku takkan mengganggumu kok, jadi mari kita akhiri keributan tak berguna ini" Ajak Yvonne. "Apa dia mencoba bernegosiasi dengan monster yang tak berakal?" Pikir Rhea di benaknya.

"Uaarghh. Aarrghh. Raggh. Gggrrr. Mgraaghh (Aku, tak menurut. Kamu hanyalah gadis lemah)" Bentak Troll itu. "Ck, diamlah bajingan. Hari ini aku sudah cukup lelah" Hina Yve padanya.

"Ughh. Mgrrnn, ung. Rrghhhh (Kamu, kecil. Aku, besar)" Ucap Troll itu sambil menunjuk tubuh Yvonne dan tubuhnya sendiri. Troll itu mulai mengangkat kedua tangannya dengan begitu tinggi. Dia bersiap siap menghantam Yvonne.

"Ck" Decik Yve. "Kualitas selalu lebih baik dari kuantitas" Gumam Yvonne sambil meloncat begitu tinggi hingga melewati kepala Troll itu. Yvonne mengangkat kaki kanannya. Setelah itu dia mengayunkan kakinya kebawah hingga mengenai kepala Troll. Sekarang Monster itu terjatuh ke tanah hingga menghancurkan tanah di sekitarnya. Dia tak bisa bangkit lagi karena tendangan Yvonne. Sudah dipastikan dia tewas dalam satu serangan. "Kalian, bereskan sisanya. Aku mau makan" Suruh Yvonne pada Zero dan Rhea.

"Ayaa, Fiona. Apa makanannya sudah siap?" Tanya Yvonne. "Ohh, tuanku. Aku baru saja selesai menyiapkannya untuk anda. Rica rica daging rusa" Kata Ayaa sambil memberikan semangkuk makanan. Dia juga mempersilahkan Yvonne untuk duduk di batang kayu besar yang sudah dipotong.

"Wahh, keliatan enak" Puji Yve. Beberapa waktu kemudian, Rhea dan Zero sudah datang. Semua kecuali si kembar sedang berkumpul, mereka akan makan bersama.

Dan diantara mereka yang sedang makan, terbentuklah sebuah portal teleportasi disana. Itu sihir milik Nino. Dia selesai menjemput kakaknya yang sedang berada di tempat cukup jauh.

"Riella, Nino. Ayo makan. Kami sudah menunggumu" Ajak Yvonne. Yvonne saat itu mengambil kembali bayi kecilnya yang tadi diasuh Fiona. Semuanya duduk bersama secara melingkar saling menatap api unggun yang berada di tengah.

"Riella, bagaimana tugas yang kuberikan kepadamu?" Tanya Yvonne padanya. "Semuanya berjalan cukup baik. Tiga hari ini tak ada hambatan sama sekali" Ungkapnya. "Apa ini bagian dari rencanamu itu?" Tanya Frederick.

"Ya, aku menyuruh kalian meloncat di lumpur, memanjat pohon dan berbagai hal konyol lainnya. Itu semua memiliki alasannya" Ungkap Yvonne.

"Kita harus meninggalkan jejak yang identik dengan hutan. Dan itu harus terkesan dengan kecerobohan. Dengan ini semua pasukan dari dua kubu pasti akan bergerak" Ungkap Yvonne

Sementara itu beberapa jam yang lalu, di bagian paling selatan kekaisaran Claudia, di Slave Association. Ketua Hell Hound terlihat begitu murka karena mangsanya lepas dari gigitannya.

Di detik detik terakhir saat serangannya hampir mencapai Yvonne. Gadis itu sudah menghilang dari hadapannya. Dia bisa menyimpulkan jika gadis itu hanya mempermainkan organisasi besar miliknya.

"Semuanya, kita adalah organisasi yang menguasai dunia bawah di kekaisaran ini. Kita organisasi kriminal yang akan melakukan apapun demi uang, melakukan apapun demi kepuasan klien, juga melakukan bisnis berbahaya tanpa pilih pilih" Katanya dengan suara yang begitu lantang.

"Tapi belakangan ini kita diusik oleh lalat lalat kecil. Dan sekarang, bahkan dia mengacungkan pisau tepat di hidung organisasi ini. Tapi kita bahkan tak bisa melakukan apa apa untuk menangkap mereka" Kata ketua Hell Hound dengan begitu lantang.

"Kini, kuumumkan kalau kita akan berperang dengan para Assailant bajingan itu" Ungkapnya. Saat dia mengatakan itu, ratusan bawahannya bersorak sorak sambil mengangkat senjata mereka. "Zeno, kau sudah mengetahui lokasi mereka bukan?" Tanya ketua Hell Hound.

"Tentu bos. Lumpur, daun, debu, semua jejak pada pakaian dan jejak yang mereka tinggalkan. Bisa kusimpulkan jika mereka dari hutan besar. Dan hutan yang berada di dekat sini hanyalah Assiria" Ungkap Zeno. Dia memang tangan kanan yang begitu cekatan.

"Ini terasa sedikit aneh. Lalu, apakah hal sepele ini juga perlu kulaporkan ke orang 'itu'. Sepertinya tak perlu" Pikir Zeno di benaknya.

Kembali lagi ke waktu dan tempat semula. Saat itu Yvonne menjelaskan sedikit bagian dari rencananya. "Ya, itu benar. Aku sengaja memancing para Hell Hound ke hutan ini. Mereka nantinya akan menemukan mansion yang kita tinggalkan" Ungkap Yvonne.

"Jadi... Tujuanku menyebar informasi soal mansion misterius yang penuh dengan harta, itu untuk memancing mereka. Apakah begitu tuan?" Papar Riella. "Iyaa, itu benar. Kau sudah kutugaskan 3 hari lalu agar informasinya lebih cepat beredar" Ungkap Yve.

"Lalu bagaimana dengan suku Licanthrope? apa mereka takkan terluka nantinya?" Tanya Rhea. "Tidak, Suku putih dan biru muda sudah terlebih dahulu pindah di dekat perbatasan. Perbatasan wilayan naga. Jadi mereka takkan terlibat" Paparnya.

"Wahh, berarti anda memancing Putri Cordelia juga agar terlibat di rencana ini?" Tanya Ayaa. "Yup, itu benar" Ungkap Yvonne. "Si putri setelah mengetahui lokasi mansion kita dari lukas. Dia pasti akan memanipulasi informasi sana sini untuk menipu pemerintahan. Dan dia akan bergerak tanpa mengotori tangannya, apa aku salah?" Tanya Frederick.

"Tidak kok. Yang kau simpulkan itu sudah benar" Puji Yvonne padanya. "Tapi katamu si Cordelia itu cerdas? memangnya dia akan termakan jebakan sederhana ini? walau kau memang menyuruh Nino untuk meninggalkan petunjuk kecil yang terkesan secara tidak sengaja" Ungkap Frederick.

"Tidak. Cordelia pasti akan menyimpulkan berdasarkan kepribadianku. Dia pasti akan berpikir 'dia orang yang bersih, tak mungkin menyuruh bawahannya menyampaikan pesan yang bisa meninggalkan petunjuk sedikitpun'. Nahh kira kira Cordelia akan berpikir begitu" Ungkap Yvonne.

"Jadi, dia tak termakan jebakan ini. Lalu untuk apa?" Tanya Frederick sekali lagi. "Fred, kau pecinta uang bukan? Apa yang akan kau lakukan jika ada segunung uang di depanmu, tapi itu hanyalah jebakan untuk memancingmu" Tanya Yvonne.

"Aku akan tetap maju mengambilnya. Karena umpannya terlalu besar dan menggoda" Papar Fred. "Benar, seperti itu. Aku yang selalu bersih dan tak pernah meninggalkan petunjuk sedikitpun, lalu tiba tiba aku memberi petunjuk padanya. Walau sudah tahu itu jebakan, Cordelia akan tetap maju. Karena dia adalah orang yang cerdas" Kata Yvonne. Dia dan Cordelia benar benar berada di level yang berbeda dalam kecerdasan.

"Aku... Aku sama sekali tak mencapai hal ini. Aku tak bisa memahami kalian berdua" Ungkap Fred dengan sedikit ragu pada dirinya sendiri. "Tak apa, kalian hanya perlu mengikuti yang kukatakan. Tak perlu memahami rencanaku" Suruh Yvonne.

"Nahh sekarang, Cordelia. Di papan catur besar yang kusiapkan, aku benar benar ingin bermain denganmu"

"Nahh sekarang ini jam berapa?" Tanya Yvonne pada semua bawahannya. "Kalau tak salah, ini pukul 9 malam" Jawab Fiona. "Baiklah, kita akan tidur sekarang. Besok pukul 5 pagi kita akan berangkat" Suruh Yvonne.

"Dean, Tobias dan Ayaa. Lalu Rhea, Fiona dan Frederick. Matteo dan Zero. Riella, Nini dan aku. Kita nanti akan membuat kelompok sesuai yang kusebutkan" Suruh Yvonne.

"Tiap kelompok akan berjaga selama dua jam. Dan jika selesai berjaga, maka bangunkan kelompok lain. Apa kalian paham?" Tanya Yvonne. "Iyaa, kami paham" Jawab mereka secara serentak.

"Tidak, saya tak terima. Kan anda ketuanya, jadi lebih baik anda tak usah ikut berjaga" Bujuk Ayaa. "Ehh, tidak. Aku tak perlu. Aku kan ketua, mana bisa meninggalkan kalian sementara aku hanya menikmati saja" Keluh Yvonne.

"Tak apa Tuan. Anda hari ini pasti sudah lelah". Ayaa mencoba membujuk Yvonne yang sedikit keras kepala. " Iyaa, itu benar. Aku dan kakakku bisa mengatasi ini" Sanggah Nino.

"Dia benar benar perhatian ya? Pemimpin yang baik. Apa aku sebelumnya tak memperlakukan mereka dengan cukup baik, makanya aku dikhianati?" Pikir Rhea. Dia saat itu memikirkan tentang bawahannya yang mengkhianatinya.

"Ahh. Kenapa kalian memaksaku sih" Ketus Yvonne. "Tak ada jalan lain, sepertinya aku perlu bertindak" Pikir Dean.

"Tuan, lebih baik anda mendampingi Violette semalaman. Karena mungkin akan ada nyamuk yang mengganggu tidurnya nanti. Jadi hanya anda yang bisa menjaganya" Ucap Dean. Dia mencoba membujuk Yvonne.

"Wahh, kau pikir aku tak memprediksi hal itu. Tadi aku sudah mengambil beberapa lavender di hutan. Tak mungkin aku membiarkan kecil mungilku ini digigit nyamuk" Kata Yvonne dengan sedikit nada sombong.

"Uwah, dia benar benar menyayangi Violette ya" Pikir semua bawahannya. Mereka benar benar tak menemukan celah agar Yvonne tak bekerja terlalu keras saat itu.

Menanggapi hal itu, Ayaa menghela nafasnya. Ayaa pun berjalan mendekati Tuannya itu. "Tuan, apa anda masih ingat janji anda saat aku melawan patung diriku?" Tanya Ayaa.

"Iyaa, aku ingat. Kenapa memangnya. Apa kau mau melakukannya sekarang?" Tanya Yvonne, raut wajahnya menjadi sedikit serius. "Janji mencium perut anda lima kali. Lebih baik kita lupakan saja hal itu" Kata Ayaa.

"Hahh? orang aneh macam apa yang mau mencium perutmu lima kali" Ucap Dean menyela mereka. "Oi babi. Diam lah kau berisik" Bentak Ayaa sambil melempar segumpal tanah pada Dean.

"Nahh, sekarang mari kita lupakan janji itu. Biar kuganti dengan waktu tidur nyenyak anda. Apa boleh" Bujuk Ayaa. "Huhh, kalian benar benar berusaha keras ya. Baiklah, aku takkan ikut berjaga". Akhirnya Yvonne menyerah saat itu. Semuanya benar benar bekerja keras untuk membujuknya. Dia benar benar tak ingin bawahannya menderita sendirian.

Setelah itu Yvonne mengendong Vio dan akhirnya pergi meninggalkan bawahannya. Dia tidur didalam gerobak kosong yang sebelumnya barang barang didalam gerobak itu sudah diturunkan.

"Susah juga ya" Ucap Frederick. "Begitulah. Beliau memang begitu sifatnya" Imbuh Ayaa. "Yahh, aku tak masalah sih" Sanggah Rhea. "Sudah sudah, lebih baik kalian semua istirahat sana sekarang. Besok kita akan melakukan pekerjaan besar" Suruh Dean.

"Sesuai yang disepakati. Aku, Ayah dan Ayaa yang akan menjaga dua jam pertama" Ucap Dean. "Yahh, aku tak masalah. Aku juga tak mengantuk" Sanggah Tobias. "Ya yaa yaaa. Lebih baik kalian tidur saja dulu. Besok kita akan melawan naga, jadi lebih baik mengistirahatkan tubuh" Imbuh Ayaa.

Setelah itu semuanya pergi tidur di tempat masing masing. Di dalam hutan yang begitu dingin, mereka ditemani oleh api unggun.

Malam purnama menyinari hutan. Semuanya tidur dengan nyenyak dan nyaman. Kecuali satu orang. Dia sedang bermimpi begitu buruk. Terjebak di dalam jebakan kegelapan tak berujung.

"Dimana ini? kenapa semuanya menjadi gelap gulita" Pikir Yvonne di benaknya. Tangannya mencoba meraih sesuatu di kegelapan, tapi tak ada apapun di depannya. Hanya ada kekosongan.

"Salju? tiba tiba turun salju". Saat dia menjulurkan tangannya kedepan, setitik salju jatuh di telapak tangannya. Sekitarnya mulai hujan salju, tak terlalu lebat dan tak terlalu kencang. Kini beberapa bagian mulai terlihat. Dia berada di dalam sebuah hutan yang dipenuhi salju lebat.

"Ahh, Hal mengerikan ini. Aku sudah berulang kali menyaksikannya" Pikir Yvonne. Tepat di depannya dia menyaksikan seseorang yang terluka. Orang itu berlarian dengan lemas di rimbunan salju ini. Punggungnya terkena panah, matanya sudah dibuat buta sebelah, tubuhnya penuh dengan sayatan pedang.

"Benar, lagi lagi ini adalah mimpi yang kulihat tiap malam. Gadis yang didepanku ini adalah Yumelia. Diriku sendiri yang berlari ketakutan".

Yumelia berjuang keras agar lari dari prajurit istana yang mengejarnya. Akhirnya dengan segenap tenaga, dia lolos dari pengejaran itu. Tapi dia terjatuh di padang salju.

"Dan akhirnya tewas karena kehabisan darah. Saat itu, aku sudah mati satu kali. Ini kenangan yang cukup mengerikan. Walau aku sudah melihatnya berulang kali, aku masih tidak terbiasa. Aku takut, benar benar takut"

Jiwa Yvonne saat itu seolah ditarik oleh tangan tangan merah yang mengerikan. Tangan itu adalah milik orang tuanya. "Yvonne, kenapa kau tak membalaskan dendam kami"

"Kenapa kau tak segera membunuh para bangsawan itu. Jika kau, kau pasti bisa melakukannya" Kata Eric, dia adalah ayah dari Yvonne.

"Tunggu, padahal orang tuaku biasanya tak muncul di mimpi buruk ini" Pikir Yvonne di benaknya.

"Itu benar, kau malah bermain main. Kau melakukan hal yang tak perlu. Kau seharusnya membalaskan kematian kami yang terbunuh oleh Hell Hound" Imbuh Luminia, dia adalah ibu Yvonne.

"Tahan tahan. Ini hanyalah ilusi. Mereka bukan keluargaku, ini hanyalah mimpi". Yvonne berusaha mempertahankan kewarasannya diantara kegilaan itu. Tubuhnya seolah dicabik oleh orang tuanya sendiri. Yve benar benar jatuh dalam kegelapan itu. Dan dibagian terdalam dari kegelapan, dia menyaksikan sesuatu yang lain.

"Benar, Kau bahkan gagal membalaskan dendam kami" Teriak Eva dan Stevan. Mereka adalah orang tua Yumelia yang mati mengenaskan. "Tidak tidak tidak. Aku, aku sudah berusaha. Aku masih, aku sudah berusaha" Teriak Yvonne.

Kewarasannya benar benar dikuras oleh mimpi itu. Dan akhirnya, ratusan tangan tangan menariknya ke segala arah.

Secercah cahaya bisa menerangi sebuah ruang yang gelap gulita. Begitu juga dengan sebuah harapan bisa membuat kita hidup di dunia yang penuh kegilaan ini.

Sebuah cahaya muncul menarik Yvonne keluar dari kubangan itu. "Tuanku, Tuan Yvonne". Perlahan lahan, kesadarannya mulai kembali.

Akhirnya dia terbangun dari mimpi buruk yang dideritanya. " Tuanku, apa yang sedang terjadi. Tubuh anda berkeringat, bahkan saat anda melakukan aktifitas berat. Anda tak berkeringat loh" Tanya Ayaa.

"Ahh, apa sekarang sudah pagi?" Tanya Yvonne sambil melihat ke arah luar. "Apa anda bermimpi buruk?" Tanya Ayaa.

"Tidak ada apa apa kok. Jangan khawatir" Katanya, dia tak ingin membuat Ayaa khawatir. "Kumohon, jika anda ingin bercerita. Ceritakan saja. Tak perlu menahan semuanya sendiri".

"Aku hanya bermimpi buruk biasa kok. Lagipula aku mengalami ini setiap hari. Tapi barusan entah kenapa lebih parah" Ucapnya. "Jadi tuan masih trauma soal kejadian yang menimpanya. Kuharap dia segera sembuh. Atau sekarang giliranku yang menolongnya. Sama seperti saat beliau menolongku saat itu"

Sekarang, rombongan Yvonne telah melanjutkan perjalanannya. Beberapa jam kemudian mereka sudah sampai di perbatasan wilayah sang naga agung. Di dekat sana juga ada suku licanthrope. Suku putih dan suku biru muda.

Saat itu Yvonne mengunjungi suku putih. Lagi lagi dia menemui mereka. Ada sesuatu hal penting yang ingin dia sampaikan.

Kini dia sudah berhadapan empat mata dengan ketua suku putih. Perez namanya, licanthrope tua renta, tapi masih terlihat begitu tangguh jika diajak bertarung.

Disana, Yvonne seolah memikirkan sesuatu. Dia begitu terlarut didalam pikirannya. Sesekali dia meminum teh yang sudah disuguhkan. Tapi lagi lagi dia masih memikirkan sesuatu.

"Ada apa. Kau terlihat tak baik. Dari tadi juga diam saja" Tanya si tetua licanthrope, Perez. "Huhh? Ahh, maaf. Aku hanya memikirkan kemungkinan terburuknya".

"Apa karena akan melawan naga, makanya kau gugup?" Tanya ketua suku. "Bukan, ini sesuatu yang lain" Tegas Yvonne. "Perez, apa kau punya seorang anak?" Tanya Yvonne.

"Kau tahu dari mana jika aku memiliki seorang anak?" Tanya Perez. "Gadis yang pernah mengasuh Vio. Aku mendengar hal ini darinya" Ucap Yvonne. "Ohh, begitu" Imbuh Perez. "Aku bohong. Sebenarnya aku hanya menebaknya. Karena aku perlu memastikan hal ini" Pikir Yve di benaknya.

"Aku memiliki seorang anak. Tapi puluhan tahun yang lalu, ada sebuah tragedi. Kecelakaan itu mengakibatkanku kehilangan keluargaku. Anakku tewas saat itu. Tapi itu terlalu mengerikan, dan juga aku mencari mayatnya kesana kemari, tapi aku tak menemukannya. Makanya ku simpulkan jika dia sudah tewas" Ucap Perez.

"Ini gawat" Pikir Yvonne. "Perez, ada kemungkinan anakmu masih hidup?" Ucap Yvonne. "Itu tak mungkin, kalau dia hidup dia pasti kembali"

"Baru baru ini, aku menemui seseorang. Dia sangat kuat, amat sangat kuat. Dan aku sangat terkejut saat melihat wajahnya, karena kupikir dia sedikit mirip denganmu" Ucap Yvonne. "Benarkah, beritahu aku. Aku benar benar ingin bertemu dengannya" Ucap Perez. Dia benar benar bersemangat karena mendengar kabar soal anaknya.

Wajah Yvonne terlihat ragu dan begitu jenuh saat itu. "Dia adalah, ketua Hell Hound. Orang itulah yang kusebutkan mirip denganmu" Tegas Yve. "Tak mungkin, kau jangan berbohong padaku. Anakku tak mungkin jatuh di jalan yang salah" Tegas Perez. Dia mengeluarkan cakarnya dan mengancam Yvonne.

"Aku serius. Wajahnya begitu mirip denganmu. Bulu dan rambutnya yang putih tanda dia berasal dari suku ini juga. Aku tahu, suku licanthrope yang putih tak hanya satu. Tapi dia memiliki telinga serigala, itu benar benar sama dengan suku ini"

"Itu.. Itu... Aku tak mempercayaimu. Kau pasti berbohong" Ucap Perez. Dia terlihat begitu kesakitan saat itu. "Maaf, tiap kali aku datang padamu. Itu seolah tidak baik untuk kalian. Tapi aku tak berbohong. Tak mungkin mataku membohongiku" Tegas Yvonne.

"Aku tahu kebenaran terkadang menyakitkan, tapi kuharap kau bisa berpikir logis" Kata Yvonne. Yve sekarang berdiri dan berjalan meninggalkannya.

"Jika, jika saja dia masih hidup. Aku ingin berbicara padanya. Aku akan menilainya dengan mataku sendiri" Racau ketua suku.

Yvonne mulai pergi meninggalkan rumah ketua suku. Dia disana seolah begitu kesal karena kebenaran ini. Tentu, ketua suku sudah menjadi temannya. Dia juga ingin menolongnya.

"Sial, ini menjadi lebih sulit dari yang kupikirkan" Gerutu Yvonne. Dia menyentuh anting besi pada telinga kirinya. Dia menghubungi bawahannya dengan kristal komunikasi yang ada disana.

"Apa kalian sudah berada di posisi?" Tanya Yvonne.

"Ya, kami semua sudah siap"

"Baiklah, urusanku sudah selesai. Kini sekaranglah saatnya. Bernegosiasi atau pertarungan dengan naga. Hanya satu jalan diantaranya"